27. Roller Coaster

68 4 0
                                    

“dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.”
(QS. An-Najm : 43)

***

“Nggak boleh! Pokoknya nggak boleh!”

Sheana bersikeras membawa Alysha beserta kopernya kembali masuk rumah. Hari ini adalah hari yang telah diputuskan untuk menjadi hari kepindahan Syaf dan Alysha ke rumah milik Syaf sendiri.

“She, tenang dulu,” Alysha mulai kewalahan menghadapi Sheana, “deket, kok.”

“Nggak boleh! Di sini aja, Mbak.” Ucap Sheana dengan nada hampir menangis.

“She, biarin mereka pergi.” Salman mencoba melepas tangan Sheana dari Alysha dan kopernya.

Syaf menatap Alysha iba dan Fida hanya geleng-geleng melihat tingkah bungsunya itu.

Suara Syaf menghentikan kehebohan yang tengah terjadi di halaman rumah Salman, “Mau ikut pindah?”

She menegakkan berdirinya dan tersenyum penuh kemenangan, “Mau!”

“Nggak!” Ucap Fida tak terima. “Kalo pergi semua, yang bantuin Ibu siapa?”

“Tuh, nggak kasihan sama Ibu?” Tanya Hamdan pada putrinya.

She terdiam cukup lama penuh pertimbangan, “Ya udah, deh. Boleh pindah. She di sini aja. Tapi, nanti She boleh sering main ya, Bang?”

“Iya, Boleh.” Ucap Syaf.

“Tapi kalo mau ke sana harus ngabarin dulu.” Ucap Fida. “Jangan ganggu!”

She mengerucutkan bibirnya sebal, “Iya, Bu. Maaf.”

Mereka hanya tertawa menyaksikan tingkah Sheana yang semakin manja setelah keluar dari rumah sakit dulu.

“Kami pamit Yah, Bu. Assalamualaikum.”

Waalaikumsalam.”

Di ruang kerjanya, Haris tengah menatap tajam sebuah foto pernikahan orang yang sangat dikenalnya. Ia menemukan foto itu di story akun sosial media teman kuliahnya.

“Apa sih, kurangnya gue? Sampe Alysha bisa ngelupain gue gitu aja.” Ucapnya pada diri sendiri.

Haris memutuskan keluar dari ruang kerjanya dan menuju kediaman Hamdan.

“Ayah minta maaf, Ris. Sebenarnya, waktu kamu datang ke sini, Alysha sudah dilamar Syafril. Ayah mau bilang sama kamu, tapi kamu buru-buru pergi.” Hamdan berkata penuh pengertian.

“Nggak perlu minta maaf, Yah,” Haris tertawa hambar, “saya ikut bahagia karena pernikahan Alysha.”

“Maaf ya, Nak Haris.” Ucap Fida.

“Nggak apa-apa, Bu,” ucap Haris santai, “ini nggak akan memutus tali silaturahmi kita.”

“Iya, Nak Haris.” Ucap Hamdan.

“Kalau begitu saya pamit. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Sampai di mobilnya, Haris menelepon seseorang.

“Cari tahu dan terus beri saya laporan.” Ucapnya singkat.

Haris memandang wallpaper ponselnya yang menampakkan wajah bahagianya dan Alysha di taman kampus, “Aku cinta sama kamu, Lysh.”

Syaf mengajak Alysha mengelilingi tempat tinggal mereka yang baru.

“Suka?” Tanya Syaf.

“Suka,” Alysha mengedarkan pandangannya di taman belakang rumah. “Kamu tinggal sendirian di rumah sebesar ini?”

Debar tanpa Definisi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang