22. Sabar tanpa Batas

91 5 0
                                    

Tak ada perjuangan yang sia-sia. Kenapa banyak rintangan dan kau merasa begitu sulit? Agar ketika kau sampai di akhir, kau punya cerita yang bisa dikenang sampai sebelum Allah mengambil semuanya darimu. Allah memang seromantis itu, ya?

***

"Bu, Dewi belum ngasih kabar?" tanya Salman yang sedang menikmati kopi di hari liburnya. "Udah berhari-hari, lho. Soal She sama Wisnu mau gimana?"

"Dewi masih belum ngabarin. Belum ada kabar juga, Yah," jawab Fida sembari memainkan jarinya di bibir cangkir putih di hadapannya. "Kita perlu siap-siap dulu atau nunggu kabar?"

"Menurut Ayah, kita fokus dulu sama pernikahan Syaf. Menurut Ibu gimana?"

"Pernikahan Syaf emang sebentar lagi. Tapi, Ibu takutnya Dewi ngabarin mendadak."

"Nggak apa-apa, Bu. Baru lamaran juga. Kalo bajunya mau yang harus bikin, ya boleh sekarang." Respons Salman.

"Bareng sama fitting baju buat pernikahan Syaf sama Alysha aja, ya?"

"Nah, iya. Biar sekalian."

"Tapi, perasaan Ibu kok agak nggak enak, ya, Yah?" Ucap Fida dengan tatapannya yang gelisah.

"Perbanyak dzikir, Bu," jawab Salman. "Jangan terlalu cemas sama anak-anak. Semua Allah yang atur."

Siang harinya, keluarga Sheana, minus Syafril, dan keluarga Alysha melakukan fitting baju pernikahan. Putih dipilih untuk warna baju akad Syaf dan Alysha. Ungu muda dipilih untuk baju resepsi dan seragam keluarga.

Alysha sedikit kecewa karena ketidakhadiran Syaf saat ini. Namun, ia tak bisa apa-apa. Cukup banyak pekerjaan yang harus lak-laki itu selesaikan dan statusnya yang masih sebatas calon istri. Ia tak bisa menuntut terlalu banyak. Rencana Allah, siapa yang tahu? Alysha hanya berharap, pernikahannya dan Syaf berjalan lancar.

Berulang kali ia menyalakan ponselnya untuk melihat apakah ada pesan atau panggilan dari Syaf. Namun nihil. Laki-laki itu tak mengabarinya atau menanyakan kabarnya sama sekali. Permintaan maaf pun tak ia terima.

Alysha memutuskan untuk berhenti mengharapkan kabar dari Syaf dan mencoba fokus pada kegiatannya saat ini.

"Hey, kakak ipar? Kok ngelamun?" Tanya She yang sudah berada tepat di samping Alysha.

"Ah, enggak kok, She," jawab Alysha dengan senyum kecilnya. "Udah selese?"

"Udah, kok." Jawab She dengan senyumnya yang ceria.

"Cie, bentar lagi mau nikah juga," goda Alysha. "Jodoh emang nggak disangka-sangka, ya?"

"Nikahnya masih lama, lamarannya juga belum." Jawab She dengan malu-malu.

"Paling sebentar lagi," jawab Alysha sebelum mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan dan hanya menemukan Salman dan Hamdan yang nampak sedang bercanda. "Azzam sama Ibu ke mana, ya?"

"Mau keluar sebentar katanya. Ibu aku udah akrab banget sama Azzam, masa?"

"Alhamdulillah kalo gitu." Ucap Alysha dengan senyum yang sedikit dipaksakan. "Kamu gimana? Suka sama Azzam, nggak?"

"Suka, Lysh. Bule gitu, gemesin," Jawab Sheana dengan tawa kecilnya. "Kamu sedih Bang Syaf masih sibuk urusan kantor?"

"Enggak, kok. Lagian itu kan tanggung jawab dia, She. Aku juga nggak bisa menuntut banyak. Kita langsung pulang, kan?"

"Makan dulu, lah. Laper, Lysh." Jawab Shea dengan semangat.

Dua keluarga itu memutuskan untuk makan di sebuah tempat makan sederhana. Semua orang ikut ceria melihat Azzam makan dengan begitu lahap dan belepotan.

Debar tanpa Definisi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang