21. Semoga Disemogakan (2)

84 7 0
                                    

                                                                                             Damaikanlah hatiku atas tiap-tiap ketentuan-Mu.

                                                                                                                                              ***

"Syaf, gue ambil kunci motor. Abis itu langsung pulang." Ucap Wisnu ketika sampai di rumah Syaf.

"Kok buru-buru? Tapi, by the way, makasih, ya. Lo udah bawa gue ke rumah Alysha."

"Lo, sih. Suka nggak jelas sendiri. Soal kelanjutan lo sama Alysha kabarin gue aja."

"Pasti. Sekali lagi, thanks ya, Bro."

Setelah mengambil kunci motornya di kamar Syaf, Wisnu langsung pamit pulang. Ketika sampai di pintu utama, ia berpapasan dengan Sheana uyang akan masuk ke rumah.

"Dari mana, She?" Tanya Wisnu berusaha senetral mungkin.

"Dari mini market, Mas. Mas Wisnu udah mau pulang?" Tanya Sheana dengan memandang lantai.

"Iya. Assalamualaikum."

Wisnu keluar dari rumah Syaf masih dengan senyuman di bibirnya.

"Waalaikumsalam." Jawab Sheana yang sudah pasti tidak didengar Wisnu yang sudah menjauh sampai di motornya.

Sheana masih memandangi Wisnu sampai laki-laki itu keluar dari area rumahnya.

"Dari mana, Dek?"

Tanya Syaf yang tiba-tiba sudah ada di belakang Sheana.

"Mini market, Bang. Abang mau ke mana lagi?"

"Nggak ke mana-mana. Ayah sama Ibu belum pulang?"

"Belum. Mungkin bentar lagi."

"Oh."

"Abang kenapa, Deh? Uring-uringan gitu."

"Nggak kenapa-kenapa. Kamu nggak masak buat makan malem?"

"Kata Ibu nggak usah. Nanti Ibu beli di luar aja."

"Oh."

Sheana pergi meninggakan Syaf yang masih celingukan di depan pintu rumah mereka.

Selesai makan malam, seperti biasa, Sheana membantu ibunya beres-beres di dapur dan Syaf juga ayahnya di ruang keluarga.

Salman cukup peka dengan tingkah putranya yang sejak tadi terus bergerak gelisah dan terlihat tengah memikirkan sesuatu.

"Kenapa, Bang?"

"Ha? Kenapa, Yah?" Ucap Syaf mencoba fokus.

"Ayah nanya, kamu kenapa?"

"Nggak kenapa-kenapa." Ucap Syaf dengan tawa kecil yang dipaksakan.

"Ini kayak bukan kamu banget deh, Bang. Kalo mau ngomong, ngomong aja." Ucap Salman mulai tak sabar.

"Anu, Yah."

"Hm?"

"Kalo misal Syaf mau ngelamar perempuan gimana?" Ucap Syaf hati-hati.

Salman sedikit terkejut mendengar pernyataan Syaf. Namun, ia enggan menunjukkan keterkejutannya itu. Salman masih berusaha sebiasa mungkin.

"Siapa?" Tanyanya serius.

Syaf masih tak berani menatap Salman. Ia masih menunduk dan memainkan jemarinya yang tertaut. Syaf juga tidak mengerti kenapa dirinya bisa bisa segugup ini.

Debar tanpa Definisi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang