28. Bukan Pembaca Hati

68 4 0
                                    


Jangan perlakukan Allah dengan keraguan. Perlakukan dengan keyakinan, agar Ia memperlakukanmu dengan kemukjizatan-kemukjizatan.

***

Suasana ruang makan di rumah Syaf begitu hening. Iya, denting sendok pun tak ada. Padahal, makanan sudah tersaji di sana.

"Ekhem," Syaf mencoba menghangatkan suasana yang sedari tadi begitu mencekam. "Ayo, dimakan! Alysha udah capek masak, lho."

Alysha memandang Syaf, bingung juga dengan situasi yang mereka hadapi saat ini. Dua orang tamu di rumah mereka sedang bertengkar, mungkin. Tapi, lewat hati. Atau dengan diri mereka sendiri barangkali. Sayang, Syaf dan Alysha bukan pembaca hati.

"She, Mbak masak kesukaan kamu ini, lho. Kok nggak dimakan?" Ujar Alysha.

Sheana mengangguk kecil, "Mbak Alysha ambil dulu buat Abang. Abis itu buat She."

Alysha tersenyum senang dan langsung mengambil tumpukan piring kosong di dekatnya.

Ia mulai mengambilkan nasi untuk Syaf dan Sheana.

"Wisnu sekalian," ucap Syaf yang dikuti anggukan kepala Alysha.

"Lauknya ambil sendiri, ya." Ucap Alysha.

"Ayo, Nu. Katanya mau numpang makan," Ucap Syaf dengan nada bercanda.

Sebelum datang, Wisnu memang menelepon Syaf untuk menanyakan alamatnya dan mengutarakan niatnya, yaitu numpang makan. Tentu saja, ia bercanda. Seorang pengusaha mapan seperti dia tidak perlu ke rumah teman untuk minta makan, bukan?

"Iya," Wisnu mulai mengambil lauk dan memakan makanan di hadapannya setelah usaha kerasnya mengesampingkan rasa yang berkecamuk dalam dirinya berhasil.

Syaf, Wisnu, Alysha, dan Sheana, makan dalam suasana yang canggung. Namun, obrolan bisnis Syaf dan Wisnu cukup mampu untuk menguranginya. Bukan Hanya para laki-laki yang asyik bercengkerama, Alysha dan Sheana juga bercakap mengenai kafe baru Sheana dengan suara rendah. Jadi, suara laki-laki itu tetap dominan.

"Sorry, Syaf," Wisnu berbicara setengah berbisik, "waktu itu gue nonjok lo."

Suara rendah Wisnu justru menarik perhatian Alysha dan Sheana yang sekarang sedang menatap Syaf dan Wisnu aneh.

"Ngobrolin itu ntar aja, ada She," Ucap Syaf tak kalah berbisik, "gue juga mau tanya soal Haris."

Wisnu menganggukkan kepalanya sebagai respons.

"Ngomongin apa?" Tanya Alysha.

"Urusan laki-laki, Lysh." Syaf menaik turunkan alisnya.

Aysha memutar bola matanya malas.

"Aku sama Wisnu ke depan dulu," ucap Syaf.

Alysha mengangguk sebagai jawaban.

Seperginya Syaf dan Wisnu, dua wanita itu mulai membereskan meja makan.

"Kok Mbak Alysha nggak bilang Mas Wisnu ada di sini?" Tanya She sambil terus mencuci piring.

"Mbak nggak tau, She. Kamu ngabarin Mbak, Wisnu ngabarin Mas Syaf. Jadi, gini, deh." Alysha mengambil alih aktivitas mencuci piring, "Kenapa? Harusnya nggak masalah, kan?"

"Iya, sih." Sheana mengerucutkan bibirnya, "Tapi, canggung aja, gitu. Keadaannya jadi kaku."

Alysha mengeringkan tangannya. Ia menghela nafas, "Sebenernya, kamu gimana sama Wisnu?"

Sheana mengerutkan kening, "Gimana yang gimana?"

"Kalo Wisnu jadi ngelamar, kamu bakal terima, kan? Alasannya apa?"

Debar tanpa Definisi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang