19. Bukan Kepastian (Lagi)

73 6 0
                                    

Innallaaha ma’ana.

————————————————

“Nu?”

“Kenapa, Ma?”

Mendengar suara sang mama, Wisnu langsung menutup buku yang tengah ia baca dan melepas kacamata yang bertengger tampan di hidungnya.

“Kemarin nikahannya Tasya gimana?”

“Lancar, Ma. Alhamdulillah. Jojo juga udah nikah. Ayahnya Nadia meninggal.”

Innalillahiwainailaihiraajiun ..”

“Tumben, Mama ke kamar Wisnu. Kenapa?”

“Emang nggak boleh?” Ucap Dewi dengan wajah cemberut yang dibuat-buat.

“Kan Wisnu cuma tanya, Ma.”

“Kamu masih akrab sama temen SMA kamu, kan?”

“Terus?”

“Kemarin Alysha ke butik Mama.”

“Iya. Terus?”

“Cantik, ya?”

Wisnu terlalu pintar untuk tidak tahu apa yang mamanya berusaha sampaikan.

“Punyanya Syafril itu.”

“Seriusan?!” Jawab Dewi terkejut.

“Iya, coba aja. Paling nggak lama lagi jadi.”

“Gitu, ya. Kalo Sheana?”

Dewi sebenarnya sudah malas membahas tentang gadis-gadis dengan putra semata wayangnya itu. Tapi, setelah bertemu dengan Alysha dan Sheana ia menjadi bersemangat lagi.

“Kok Mama kenal Sheana?” Tanya Wisnu dengan sedikit terkejut mengetahui mamanya mengenal Sheana.

“Kenal, lah. Alysha ke butik sama Sheana. Dia juga cantik, Nu.”

“Iya, tau.”

“Mama suka. Kamu gimana?”

“Suka juga. Eh?”

“Eh?”

“Harus ke kantor. Assalamualaikum.” Wisnu mencium punggung tangan Dewi cepat dan langsung berlari keluar rumah menghampiri motor kesayangannya.

“Oalah, Sheana, ta?” Ucap Dewi dengan mengangguk-anggukkan kepalanya.

Dewi mengambil ponselnya di atas meja dan mulai menghubungi nomor sahabatnya.

Assalamualaikum.”

“...”

“Nanti jadi ke butik? Ada yang mau aku obrolin.”

“...”

“Iya. Jangan kesorean. Biar waktunya banyak juga.”

“...”

Waalaikumsalam.”

Dewi mengakhiri telfon itu dengan wajahnya yang sumringah.

Wisnu melajukan motornya ke kantor Syaf. Belum sempat ia turun, ia melihat Syaf keluar dari kantor dan menuju parkiran.

“Syaf!”

“Woy, Nu. Ngapain?”

“Mau pulang?”

“Udah beres semua. Yuk ke rumah gue. Udah bertahun-tahun kan, nggak main ke rumah.”

“Lo terlalu sibuk, si. Mentok-mentoknya juga biasa kumpul di caffe.”

Debar tanpa Definisi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang