[Senin, 7.00 am]
Murid-murid sudah mulai berbaris rapi di tengah lapangan untuk melaksanakan upacara. Hari ini merupakan hari pertama mereka masuk kembali ke sekolah setelah libur semester ganjil.
Sekitar satu jam setengah, akhirnya upacara telah selesai. Murid-murid kembali ke kelas masing-masing. Tidak ada pembelajaran yang berlangsung untuk hari ini. Namun, mereka diwajibkan untuk turun sekolah seperti biasa.
Hanya bertahan sekitar dua puluh lima menit kelas terisi lengkap oleh penghuni yang semuanya adalah siswa. Pasalnya saat ini hampir semua siswa mulai keluar meninggalkan kelas dan pada akhirnya hanya menyisakan tiga siswa di sana.
"Lah sepi," ucap siswa yang duduk di kursi ketiga dari depan, Jaemin.
"Namanya juga jam kosong," jawab siswa yang duduk di bangku kedua tanpa mengalihkan pandangannya pada buku yang ia baca, Renjun.
"Akh....rasanya kurang liburannya, masih mau di kasur rumah," sambung Jeno, siswa yang duduk di samping bangku Jaemin.
"Oh iya hari ini kita kembali ke asrama ya?"
"Heh! Aku punya berita yang sangat-sangat luar biasa," ucap Haechan yang baru saja masuk ke kelas dan medudukkan dirinya di kursi kedua tepat di samping Renjun.
"Palingan juga omong kosong."
"Ini bersangkutan dengan sekolah kita." Ucapan Haechan membuat Renjun mengalihkan perhatiannya ke arah Haechan.
"Apaan?"
"Kalian pasti tahukan kalau setiap sekolah punya cerita seram, ternyata sekolah kita juga punya," ucap Haechan sangat serius.
"Sekolah kita bekas rumah sakit? Kuburan? Penjara?"
"Chan, anak SD sekali pun bisa ngarang cerita begitu."
"Bukan dan cerita ini tidak aku karang-karang sendiri," elak Haechan.
"Apa memangnya?" tanya Renjun penasaran. Pertanyaan yang keluar dari mulut Renjun sukses membuat ketiga temannya menatap heran ke arah Renjun.
"Renjun bisa tertarik dengan cerita beginian?" tanya Jaemin.
"Wow!!!"
"Jadi katanya tuh ya, ada mitos kalau kita tidak boleh mengetuk pintu kelas yang kosong di sekolah ini kalau tidak akan terdengar lantunan orang berhitung," jelas Haechan.
"Zaman sekarang masih percaya yang begitu?" ucap Jaemin sambil melihat ketiga temannya secara bergantian.
Tidak ada yang menyahuti perkataan Jaemin, baik Jeno maupun Renjun keduanya hanya terdiam dan lebih memilih untuk tidak berkomentar.
"Maka dari itu, ayo kita buktikan!" Ucapan Haechan tersebut langsung dihadiahi pukulan keras dengan buku yang sedari tadi di atas meja Renjun.
"Aww! Sakit!" jerit Haechan.
"Makanya enggak usah ngomong yang aneh-aneh."
"Berarti kalian percaya dengan cerita ini?" tanya Haechan memastikan ketiga temannya ini.
Ketiga menggeleng sebagai jawabannya.
"Karena kamu yang cerita, kami enggak percaya."
Haechan memutar bola matanya malas, sebenarnya Haechan tidak ingin memberi tahu kepada ketiga temannya ini, tapi mau bagaimana mana lagi, tidak ada orang yang Haechan akan temui untuk menceritakan cerita tersebut selain ketiga temannya ini.
"Karena kalian tidak percaya ayo kita buktikan, jangan bilang kalian takut?" ucap Haechan sambil memasang wajah meremehkan.
Tidak dapat dipungkiri ada perasaan penasaran pada diri mereka. Namun, perasaan tersebut harus tertutupi oleh perasaan tidak ingin mengambil risiko, apa bila cerita tersebut benar-benar terjadi.
"Karena kalian hanya diam aku anggap jawabannya iya, tidak ada bantahan."
"Kapan?" tanya Jeno
"Malam ini sehabis materi malam, sudah dipastikan sekolah akan kosong."
"Cepat banget," ucap Renjun kaget atas jawaban Haechan.
"Lebih cepat lebih baik, lagi pula malam ini kita bebas belum banyak tugas dan kamu enggak akan ada alasan untuk tidak ikut karena ingin mengerjakan tugas," ucap Haechan yang langsung ditujukan untuk Renjun.
"Tapikan Chan, guru asrama tidak akan memberikan kita izin ke sekolah malam-malam."
"Kita tidak akan meminta izin kepada guru asrama, Renjun. Kamu tunggu ayam jantan beranak pun enggak bakal dikasih izin."
Kali ini perasaan tidak ingin mengambil risiko harus kalah dengan perasaan penasaran mereka.
Kazoeru - Menghitung
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Kazoeru
Fanfiction[walaupun kisah ini telah rampung, tetaplah tinggalkan jejak :D] "Jangan diketuk atau 'dia' akan mulai menghitung" Catatan: Cerita ini hanya sekadar fiksi penggemar. Tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata. Saya hanya meminjam visual dan n...