Untuk mengatakan sesuatu sangatlah mudah. Namun, bagaimana dengan praktiknya? Itulah yang dirasakan oleh keempatnya saat ini.
Suasana semakin mencekam, pikiran mereka benar-benar beradu saat ini, setelah kembali mendengar alunan tersebut. Alunan orang berhitung. Hitungan tersebut berakhir pada angka empat yang terulang tiga kali.
"Oh ya, Renjun kamu masih ada utang penjelasan," ucap Haechan mencoba mengalihkan perhatian ketiga temannya.
"Aku tarik kata-kataku tentang rumor sekolah ini." Alih-alih mengalihkan topik pembicaraan. Haechan malah membuat pembicaraan terpusat pada hal tersebut.
Tidak ada dari mereka yang menanggapi pernyataan Renjun. Mereka hanya diam. Lidah mereka terlalu kelu untuk menanggapi perkataan Renjun.
Niat Jaemin yang ingin langsung kembali ke asrama, kini harus tandas akibat tugas yang dibebankan padanya. Menyuruhnya mengembalikan buku ke perpustakaan berhubung hari ini ia piket.
"Bantuin!" seru Jaemin pada ketiga temannya. Memang teman namanya kalau diminta bantuan ada saja alasan untuk menolak.
Alhasil buku yang genap berjumlah tiga puluh itu harus ia tanggung sendiri.
Di dalam perpustakaan tidak ada satu pun orang, bahkan pustakawannya saja tidak terlihat batang hidungnya. Keadaan begitu sunyi dan tentang.
Setelah menulis tanda kembali di jurnal perpustakaan. Jaemin langsung melangkahkan kakinya ke arah deretan rak yang berada di ujung ruangan. Dengan cekatan ia merapikan buku-buku tersebut ke dalam rak.
BRUG
Bunyi tersebut membuat pergerakan Jaemin terhenti. Ia menatap jendela yang menjadi sumber suara. Entah kenapa kakinya begitu saja melangkah mendekati jendela tersebut.
Manik mata Jaemin menatap lurus ke arah luar jendela, mencari-cari sumber utama suara tersebut. Namun, tidak ada apapun di sana sampai akhirnya-
Tik
suara tetesan terdengar.
Citttt....
Suara decitan, sukses membuat Jaemin bergerak mundur. Matanya begitu terbelalak hebat ketika melihat sebuah tangan yang berlumur darah menggerakkan jari telunjuknya ke arah kaca jendela mencoba melukiskan angka dua.
Mark memasang wajah 'kenapa?' ketika melihat tingkah adik sekamarnya.
Lelaki tersebut terlihat mengatur napasnya. Persis waktu itu.
"Aku melihat ada sesuatu yang aneh di perpustakaan, " jawab Jaemin terdengar tertatih-tatih, mencoba mengatur deru napasnya.
Mark terdiam sebentar. Seperkian detik kemudian ia tersenyum getir.
"Hahahaha...kamu terlalu menganggap ucapanku serius."
"Tapi-"
"Tidak perlu dipikirkan."
Setelah mengatakan tiga kata tersebut, Mark langsung keluar dari kamar.
Sepeninggalan Mark, Jaemin hanya merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidurnya. Banyak sekali hal-hal yang mengganggu pikirannya.
Tok...tok...tok
Ketukan pintu membuat Jaemin tersentak kaget, lamunannya seketika buyar. Dengan cepat Jaemin langsung membukakan pintu, takut-takut yang mengetuk adalah guru.
"Kirain siapa, ada apa? " tanya Jaemin saat mendapati ketiga temannyalah pelaku pengetuk pintu tersebut.
"Ada kak Mark?"
Jaemin menggelengkan kepalanya, "Baru saja keluar."
"Jaem, bagi jajan dong!" Tanpa permisi Haechan langsung masuk ke dalam kamar Jaemin.
"Mau apa mencari kak Mark?" tanya Jaemin penasaran.
"Enggak tahu, si Renjun," jawab Jeno.
Kini mereka sudah duduk melingkar. Beberapa kali Renjun ingin mengatakan sesuatu namun beberapa kali juga ia urungkan.
"Kenapa, 'Njun? "
"Jaem, apa kak Mark ada cerita lagi sama kamu tentang rumor sekolah?" tanya Renjun.
Jaemin menggelengkan kepalanya. Seingatnya, terakhir kali Mark menceritakan itu ketika ia dan teman-temannya menghampiri Mark sebelum Mark latihan basket.
"Kenapa memangnya?"
Renjun menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembuskan napasnya dengan kasar, sebelum ia menjawab pertanyaan Jaemin.
"Kalian ingat? Waktu itu aku mengatakan, kalau aku menarik kata-kataku tentang rumor sekolah. Itu bukan tanpa sebab. Hari itu .... "
Perhatian kini tertuju pada Renjun. Ketiganya mendengarkan dengan seksama setiap perkataan yang keluar dari mulut Renjun. Seperti tidak ingin ada satu kata pun yang terlewatkan tanpa mereka mengerti.
Kazoeru - Menghitung
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Kazoeru
Fanfiction[walaupun kisah ini telah rampung, tetaplah tinggalkan jejak :D] "Jangan diketuk atau 'dia' akan mulai menghitung" Catatan: Cerita ini hanya sekadar fiksi penggemar. Tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata. Saya hanya meminjam visual dan n...