18. Perpustakaan Lama

554 106 14
                                    

Jiboem mencoba memutar pikirannya. Mencoba mengingat-ingat sesuatu.

"Maksudmu perpustakaan di belakang sekolah?" tanya Jiboem memastikan yang langsung diangguki Renjun.

"Oh, itu perpustakaan lama, tetapi tidak difungsikan lagi, sekarang diganti dengan perpustakaan yang di depan," jawab Joochan.

"Mungkin saja petunjuknya ada di sana," ucap Haechan.

"Enggak mungkin kita ke sana sekarang, hari mulai sore kita harus kembali ke asrama."

Tidak ada pilihan lain, benar yang di katakan Donghyun mereka harus kembali ke asrama atau guru asrama akan memarahi mereka.









Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Hari ini merupakan H-2 untuk kelas duabelas sebelum bertempur dengan beberapa ujian sekolah. Hanya tersisa hari ini dan besok sebelum akhirnya hari senin yang menjadi hari-H mereka.

Renjun, Jeno, Jaemin dan Haechan kini menunggu Donghyun dan Joochan untuk melaksanakan hal yang telah mereka bicarakan.

Tidak memakan waktu yang cukup lama, dua orang tersebut kini sudah memunculkan batang hidungnya. Tidak mau berlama-lama mereka pun langsung menuju ke perpustakaan lama yang menjadi tempat tujuan mereka.

Bau khas bangunan kayu lama dan buku-buku menjadi sapaan selamat datang untuk mereka sesaat setelah memasuki perpustakaan tersebut.

Rak-rak kayu yang terisi banyak buku layaknya perpustakaan biasa terlukiskan pada ruangan tersebut. Hanya saja tempat tersebut terlihat tua dan sedikit berdebu. Namun, cukup terawat.

"Apa ada yang bisa dibantu?" Sontak pertanyaan tersebut membuat mereka kaget.

Seorang pria paruh baya dengan postur tubuh sedikit membungkuk, tersenyum ke arah mereka.

Renjun ingat bahwa pria itu tidak sekali ia jumpai. Namun, sudah pernah sebelumnya, saat itu ketika ia mencari bola.

Mereka saling melemparkan pandangan. Tidak tahu kata-kata apa yang harus mereka lontarkan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"Ee...itu tidak ada pak," jawab Joochan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal.

Pria paruh baya itu pun langsung berlalu meninggalkan mereka menuju meja pustakawan.

Setelah cukup lama berdiri dengan seribu satu bahasa. Mereka mencoba mencari-cari di setiap rak namun, tidak ada satu pun yang menjadi petunjuk.

Petunjuk yang mereka cari terlalu kelabu. Hanya berbekal dengan sebuah kalimat 'dua setengah tahun yang lalu'.


Kini cahaya mentari senja terlihat pendek dan berwarna kuning kemerahan dari jendela perpustakaan. Menginstrupsikan bahwa mereka harus kembali ke asrama masing-masing.

"Kita harus cari kemana lagi?" tanya Joochan.

Semua terdiam. Mereka benar-benar tidak tahu ingin melangkah kemana lagi. Tidak ada jejak yang mereka temui. Ini semua terlalu semu.

"Tidak ada."

"Maksudnya?" Tidak hanya Joochan yang terkejut setelah mendengar jawaban Donghyun namun keempatnya juga.

"Aku tidak bisa melakukan ini lagi. Senin sudah ujian," jelas Donghyun.

"Berarti kasus ini menggantung sampai di sini saja?"

"Dari pada nilaiku yang menggantung? Kamu mau menanggungnya?" ucap Donghyun.

Tidak ada yang bisa menyanggah perkataan Donghyun terlebih Joochan yang menjadi sasaran utama perkataan Donghyun.

Mungkin saja semua ini harus selasai begini saja tanpa ada kejelasan yang pasti.

Keadaan menjadi hening seketika. Sampai akhirnya Donghyun kembali membuka suara.

"Aku duluan," ucapnya sambil melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Tidak ada pilihan lain bagi Joochan selain fokus pada ujian, walaupun awalnya ia ingin sekali menyelesaikan semua ini bagaimana pun caranya. Namun, sekarang itu hanya sebuah keinginan yang kemungkinan terbesarnya adalah 0,1%.










Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Hari ini hari-H, siswa kelas dua belas melaksanakan ujian. Yang artinya kelas sebelas dan sepuluh diliburkan. Beberapa siswa memanfaatkan liburan tersebut untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Namun, tidak dengan Renjun dan ketiga temannya. Mereka memilih untuk tetap berada di sekolah.

Renjun memanfaatkan liburannya untuk belajar. Seperti saat ini, ia tengah duduk tenang di kursi meja belajarnya di temani beberapa buku.

Walaupun sudah membaca berpuluh-puluh lembar halaman, tidak banyak yang ia tangkap dari bacaannya. Entah kenapa pikirannya begitu liar, sulit untuk konsentrasi. Pikirannya kini terpusat pada kejadian- kejadian aneh di luar nalar yang ia alami.

Renjun sempat mengingat-ingat kalau ia pernah berkata kalau ini hanya omong kosong dan ia tidak tertarik dengan hal tersebut. Namun, bagaikan menjilat ludah sendiri, kini Renjun malah sangat mempercayainya.



















Kazoeru - Menghitung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kazoeru - Menghitung

[1] KazoeruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang