16. Pemikiran Jeno

558 110 6
                                    

Baru sedikit poin-poin yang biasa mereka tangkap dari semua kejadian yang mereka alami.

Tidak mungkin mereka akan selalu berpangku tangan kepada Joochan yang beberapa hari ini membantu mereka, pasalnya kakak kelas mereka kini harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian sekolah. Hal ini pun juga membuat Joochan semakin sulit untuk membujuk Donghyun untuk sedikit membantu mereka. Belajar. Alasan klasik itu selalu di lontarkan oleh Donghyun.

Tidak terasa memang, entah karena waktu yang memang berlalu sangat cepat atau mereka yang tidak sadar karena terlalu sibuk dengan kejadian di luar nalar tersebut.

Persiapan ujian sekolah membuat jam kosong pada saat pembelajaran semakin bertambah untuk kelas sepuluh dan sebelas. Membuat para siswa tersebut bebas melakukan rutinitas yang mereka inginkan.

Tak bedanya dengan Renjun, Jeno, Jaemin dan Haechan yang sibuk berbicara di bangku mereka, pusat pembicaraan mereka tidak jauh dari kejadian janggal tersebut.

"Di setiap hitungan selalu ada hitungan yang berakhir dengan angka empat yang terulang tiga kali," ucap Renjun. Ia berpikir kertas mencoba mengerti maksud dibalik hitungan itu.

Rasanya ingin sekali mereka bertukar pikiran kembali dengan Joochan seperti hari-hari kemarinnya. Namun, apalah daya mereka tidak mungkin mengganggu kakak kelasnya tersebut untuk melakukan persiapan ujian.

"Pusing," gerutu Haechan. Sambil sesekali menggaruk pangkal kepalanya dengan kasar.

"Bagaimana kalau angka empat itu pertanda? Lalu kata-kata pindah itu sebagai kata pengganti kata-kata meninggal. Dan tulisan dengan tinta merah itu sebagai penguatnya?" ucap Jeno

"Mohon maaf tuan Jeno yang terhormat, tolong berbicara dengan jelas!" seru Haechan yang semakin pusing.

Jeno menghembuskan napasnya, "Hitungan yang kita dengar pertama kali yang berhenti di angka 'random' itu sebagai awal mulainya, lalu setiap hitungan yang kita dengar selalu ada hitungan yang berakhir pada angka empat yang terulang tiga itu seperti pertanda akan ada sesuatu terjadi dan sesuatu yang terjadi itu adalah kabar 'pindah sekolah'. Aku pikir, bagaimana kalau kata-kata pindah sekolah itu sebenarnya sebagai kata pengganti kalau orang tersebut telah meninggal, tulisan dengan tinta merah yang tertuju pada mereka itu penguatnya kalau mereka-"

"Jangan asal ngomong!" seru Jaemin sambil memukul meja Jeno.





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Bruuuuk

Setumpuk kertas berjatuhan saat loker terbuka. Sukses membuat sang pemiliknya terbebelak kaget.

Renjun, Haechan dan Jaemin yang awalnya berdiri di ambang pintu kelas langsung menghampiri Jeno yang terdiam mematung di depan lokernya.

Dengan cekatan Jeno langsung memungut kertas-kertas tersebut dan membuangnya ketempat sampah.

Setiap kertas tersebut bertuliskan satu debit angka dengan tinta merah.

Keadaan begitu sepi, hanya menyisakan mereka makhluk hidup yang masih berada di dalam kelas. Pasalnya siswa-siswa yang lain sudah meninggalkan kelas sedari tadi.

"Apa benar semua ini gara-gara kita mengetuk pintu kelas yang kosong?" tanya Jaemin sambil membantu memungut kertas yang berserakan.

"Dari pada memikirkan itu lebih baik memikirkan bagaimana cara untuk menyelesaikannya," jawab Jeno.

"Apa akan ada kabar yang pindah lagi? Siapa selanjutnya?" tanya Renjun.

"Terlalu random, bagaimana bisa kita memprediksinya?"

Semua terdiam, yang dikatakan Haechan benar. Bagaimana mereka akan memprediksi kalau kejadian tersebut terlalu random dan tidak dapat diterima oleh nalar?

"Walaupun begitu, aku harap perkataan Jeno tidak benar," ucap Renjun.

Berdiam diri di kelas semakin lama membuat mereka semakin bergidik ngeri. Walaupun suara teriakan dari arah lapangan masih samar-samar terdengar. Mereka lebih memilih untuk kembali ke asrama masing-masing.









Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Jeno mencoba menyalakan beberapa keran air di toilet asrama. Namun, tidak ada satu pun yang menyala. Membuat pria tersebut mengehembuskan napasnya kesal. Mata sipitnya pun menatap ke arah keran air yang berada di ujung toilet yang bersegel rusak. Keran air yang tidak pernah digunakan dan satu-satunya keran yang belum ia coba.

Walaupun sudah membaca tulisan tersebut dengan jelas tetap saja Jeno menyalakan keran tersebut. Tidak seperti yang tertulis. Justru keran tersebut mengalirkan air.

"Apanya yang rusak?" gumam Jeno sambil menampung air tersebut dengan telapak tangannya.

Namun, lama kelamaan air tersebut berubah warna menjadi keruh. Semakin lama warna air tersebut menjadi sangat keruh diikuti pula dengan beberapa helai rambut yang keluar dari keran tersebut. Sontak membuat Jeno langsung membuang air tersebut.

Gerk~Geerrk

Suara deruan aneh itu berasal dari keran tersebut dengan cepat tangan Jeno langsung mematikan keran tersebut dan lari melesat keluar dari toilet tersebut.









Kazoeru - Menghitung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kazoeru - Menghitung

[1] KazoeruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang