19. Langkah Kaki

586 98 19
                                    

Malam ini mereka berkumpul di kamar Jeno. Satu-satunya kamar yang kini bisa mereka gunakan untuk berkumpul. Karena teman sekamar Jeno—Sunwoo sedang pulang.


"Bagaimana kalau besok kita cari di perpustakaan?" ucap Renjun.

"Lagi?" Renjun mengangguk mantap.

"Waktu itu kita sudah mencarinya di sana kan? Tidak ada apa-apa."

"Coba kita cari saja lagi."

"Ya ampun, sudah enggak dibolehkan ibu pulang ke rumah ini malah disuruh berkelana mencari sesuatu yang enggak pasti," eluh Jaemin.

"Curhat?" ejek Jeno.

"Enggak usah saling mengejek antar sepernasipan."

"Sorry, Aku sih enggak pulang itu karena pilihan. Mau menghemat pengeluaran." elak Jeno.

"Bilang aja enggak punya uang."

"Jun, kenapa kamu enggak pulang aja? Semua tugaskanmukan sudah kamu kumpul, enggak mungkinlah di tahan kaya si Haechan," ucap Jaemin sambil menekan kata 'kaya' dan 'Haechan'. Membuat sang pemilik nama meruncingkan matanya.

"Malas sama orang rumah?"  Mata Renjun membulat, tampak sedikit terkejut dengan pernyataannya Jeno.

"Orang cinta sekolah mah beda."







"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Jeno sudah selesai bersiap-siap. Sambil menunggu, Jeno merebahkan badannya di kasur. Walaupun hari sudah siang, memang berat rasanya melepaskan diri dari kasur di hari libur seperti ini.

Clek

Suara pintu kamar terbuka, terdengar dari arah luar, di ikuti dengan suara ketukan pintu dari pintu yang berbeda. Jeno tahu siapa pelaku tersebut. Renjun, siapa lagi kalau bukan pria berambut pirang kemerah-kemerahan tersebut.

"Tidak lama lagi pintuku yang akan diketuknya," gumam Jeno sambil merubah posisinya menjadi duduk di sisi kasur.

Dan benar saja, seperkian detik berikutnya pintu kamarnya diketuk. Mau tak mau Jeno melangkahkan kakinya.

Seperti yang sudah mereka rencanakan, kini mereka sudah berada di perpustakaan lama. Hanya ada mereka berempat di sana.

Cahaya matahari yang menyengat menerobos masuk melalui celah ventilasi membuat ruangan tersebut terang dengan cahaya tersebut. Iya, ruangan tersebut tidak memiliki lampu penerangan.

Dengan cekatan Renjun menatap setiap buku yang berada disetiap rak. Berpikir kalau-kalau di sana ada petunjuk yang akan mereka dapatkan.

Sudah terhitung satu jam setengah dari mereka memasuki perpustakaan tersebut. Namun, tidak ada sedikit pun petunjuk yang mereka dapatkan.

"Di sini tidak ada, ayo keluar."

"Tunggu, coba cari lagi!"

"Enggak ada. Apa yang mau di cari coba?"

"Entah kenapa aku merasa sesuatu yang kita cari ada di sini," ucap Renjun.

"Entah kenapa aku merasa sesuatu yang kita cari tidak ada di sini," ucap Haechan sambil mengikuti nada bicara Renjun.

"Sudahlah, Jun."

Tidak ada pilihan lain, dengan berat hati Renjun harus mengikuti perkataan teman-temannya. Setelah genap menghabiskan waktu kurang lebih dua jam di perpustakaan mereka pun kembali ke asrama. Tentu saja dengan tangan kosong.







Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Jeno terbangun dari tidurnya. Ia melirik jam yang tergantung di dinding kamarnya. Menunjukkan pukul 3.03 am. Terlalu cepat untuk bangun pikirnya. Jadi ia memutuskan untuk kembali ke alam mimpi dan menyambung mimpinya yang sempat terputus tadi. Namun, sekarang matanya terjaga, seketika rasa kantuk sirna begitu saja.

Jeno mencoba menutup matanya mencoba membuat dirinya terlelap kembali. Namun, rasa kantuk enggan menyelimutinya. Matanya pun enggan tertutup kembali. Alhasil Jeno hanya mengamati langit-langit kamarnya. Menunggu rasa kantuk menyerangnya kembali.

Suasana kamar Jeno sangat sunyi dan senyap terlebih lagi ia hanya sendiri di kamarnya. Hanya ada suara detak jam yang menemaninya. Sampai akhirnya suara detak jam tersebut kini mulai tenggelam.



Tak....tak....tak



Tergantikan dengan suara langkah kaki yang terdengar jelas di luar kamar.

Awalnya suara tersebut terdengar seperti suara langkah kaki biasa. Namun, lama kelamaan suara langkah itu menjadi semakin cepat seperti seseorang yang berlari.

Suara tersebut kini terpusat dan menetap di depan kamar Jeno. Seperti ada yang tengah lari bolak balik di depan pintu kamarnya. Jeno mencoba melirik ke arah sela bawah pintu tersebut. Namun, sela tersebut sangat kecil di tambah pencahayaan yang minim, membuatnya tidak melihat apapun di sana.

Jeno mencoba tidak memperdulikan suara tersebut dan memaksakan matanya agar tertutup. Namun, suara tersebut terdengar semakin cepat dan keras.



















Kazoeru - Menghitung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kazoeru - Menghitung

[1] KazoeruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang