Keadaan kamar menjadi sunyi. Ketiganya kini sedang menatap tajam ke arah Mark. Raut wajah mereka begitu berharap bahwa Mark akan menjawab pertanyaan mereka.
"Jaemin aku baca bukumu di kamarku, janji sebelum jam makan malam aku kembalikan," ucap Renjun memecah keheningan.
"Enggak! Kalau mau baca tetap disini." Jaemin tetap kokoh dengan pendiriannya walaupun dari tadi Renjun sudah memintanya beberapa kali.
Karena sudah kepala tanggung, Renjun akhirnya memutuskan untuk bertahan lebih lama lagi, walaupun telinganya sudah panas mendengar pembicaraan teman-temannya.
Buku yang dibaca Renjun merupakan buku yang sedari dulu ia inginkan. Namun, baru kali ini ia bisa membacanya. Buku sejarah. Buku yang tebal dan paling tidak diminati oleh anak-anak seumur mereka. Jaemin mempunyainya pun itu karena menang undian membeli snacks berhadiah.
Kini perhatianpun kembali terpusat oleh Mark. Mereka begitu haus akan penjelasan, membuat Mark berkali-kali menghela napas.
"Bagaimana aku harus menceritakannya kalau aku juga tidak tahu?"
"Tapi kenapa kemarin malam kakak langsung bertanya 'Apa ada suara orang berhitung?' Sepertinya kakak tahu sesuatu dan sepertinya hal ini juga bukan rahasia umum lagi bagi kalian kelas dua belas, " ucap Jaemin.
"Aku setuju, karena awal kami tahu ini pun karena kakak kelas dua belas."
"Baiklah... jujur aku benar-benar tidak tahu rahasia sekolah ini, namun kira-kira dua setengah tahun yang lalu tepatnya saat aku berada di kelas 10 semester dua."
Mark POV On
Hari itu merupakan hari yang tidak pernah dipikirkan. Tepat sebulan pelajaran semester dua telah dimulai.
Pada saat itu kami belajar bahasa inggris dimana kami menggunakan pengeras suara karena materi saat itu adalah Listening. Pelajaran, awalnya berjalan dengan baik dan sampai akhirnya tiba-tiba,
Kret Kret Kret.........
Suara bising lalu dilanjutkan dengan suara seseorang yang sedang berhitung terdengar jelas dari alat pengeras suara.
Kami yang berada di kelas tertawa mendengar lantunan tersebut. Kami pikir itu hanya kesalahan dari audio yang dimiliki guru kami.
Lantunan hitungan tersebut berhenti saat akan memasuki angka sepuluh. Guru yang mengajar kami begitu saja keluar dari kelas kami.
Kami tidak menaruh curiga apapun karena waktu itu juga bertepatan dengan waktu istirahat. Jadi begitu guru tersebut keluar, murid-murid juga ikut keluar.
"Enggak ke kantin, No?" ajakku. Namun Dino hanya menatap lurus ke arah depan tanpa mengatakan apapun.
"Heh! Ngapain melamun?!" ucapku sambil mengibas-ngibaskan tanganku di depan wajahnya.
Tidak ada respon. Akupun mengikuti arah pandanganya. Ia menatap lekat ke arah papan tulis tanpa mengedipkan matanya sedetikpun.
"Dino kamu mau ke kantin gak nih?!" ucapku sedikit menaikkan nada bicaraku.
Ia hanya menggelengkan kepalanya dengan mata yang masih menatap lekat ke arah papan tulis.
Keesokan harinya aku melihatnya. Dino. Pagi-pagi dia sudah berada di kelas tidak seperti biasanya.
Wajahnya kini pucat, tatapannya kosong dan menatap lekat ke arah papan tulis.
Tanganku menepuk pelan pundaknya.
"Dino kau sakit?"
Bukan jawaban yang aku dapatkan melainkan ia mulai berhitung dan tatapannya begitu kosong.
Aku hanya berdiri terdiam mematung tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Perasaan bingung dan takut bercampur.
Lalu tiba-tiba ia berdiri dari kursinya dan mendorongku. Membuat tubuhku jatuh menghantam dinding kelas.
Setelah itu, ia langsung berlari ke luar kelas, aku berusaha berdiri namun apa daya rasa nyeri akibat hantaman dinding membuatku susah bergerak.
*BRUG*
Suara sesuatu jatuh dari ketinggian dan teriakan seseorang terdengar begitu nyaring.
Mark POV Off
Kazoeru - Menghitung
A/N:
HALLO!!! Terima kasih untuk kalian semua yang sudah mau menunggu cerita saya. Jangan malu-malu untuk komentar di buku saya. Saya juga butuh saran dari kalian semua. Vote dan komentar kalian sangat berharga untuk saya, hehehe... :)
Bagi kalian yang mau bercerita tentang kejadian horror yang pernah kalian alami kalau tidak keberatan bisa berbagi disini hehehe.... :)
Kalau enggak ada, cerita yang lainnya juga boleh hehehe.... :)
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Kazoeru
Fanfiction[walaupun kisah ini telah rampung, tetaplah tinggalkan jejak :D] "Jangan diketuk atau 'dia' akan mulai menghitung" Catatan: Cerita ini hanya sekadar fiksi penggemar. Tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata. Saya hanya meminjam visual dan n...