20. Petunjuk

533 97 1
                                    

Akibat kejadian semalam pikiran Jeno masih berkelana sampai siang ini. Walaupun rasa kantuk mulai menyerangnya namun ia tidak bisa memejamkan matanya, mulai berkelana ke alam mimpi meski hanya tiga puluh menit.

Suara ketukan pintu dan suara seseorang yang memanggil nama Jeno dari luar kamar menggema sampai di dalam kamarnya. Sesuatu yang tidak diharapkan oleh Jeno.

Ingin rasanya Jeno tidak mengindahkan teriakan tersebut. Namun, lama kelamaan suaranya semakin mengeras.

"JENO!!!"

Mau tidak mau Jeno melangkahkan kakinya malas ke arah pintu.

"Hmmm...ada apa?"

"ZOMBIE!" teriak Renjun.

"Ck, enggak usah teriak bisa?"

"Ya maaf."

"Cepat, ada apa?" tanya Jeno yang mulai kesal melihat tingkah temannya.

"Ayo ke perpustakaan lagi!"

"Enggak!" jawab Jeno cepat sambil mendorong pintu kamarnya agar tertutup kembali.

Namun, pergerakannya langsung ditahan oleh Renjun, "Ayolah, Jen."

"Enggak, sama Haechan atau Jaemin aja."

"Haechan lagi sibuk ngumpul tugas sama Jaemin."  Untuk menjawab Jeno lebih memilih mendorong pintu agar tertutup.

"Tadi malam ada kejadian aneh lagi kan?" tanya acak Renjun membuat Jeno menurunkan tenaganya untuk menutup pintu.

"Makanya ayo kita selesaikan!"

"Enggak, aku ngantuk, mau tidur."









"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Jun, sampai kapan mau mencari di sini?"

"Sampai dapat," jawab Renjun tanpa mengalihkan pandangannya dari tumpukan buku yang tersusun di rak.

Jeno hanya bisa mendengus kesal mendengar jawaban Renjun. Akibat paksaan satu temannya ini ia gagal untuk beristirahat. Badannya rasanya akan remuk.


"Apa yang sebenarnya kalian cari?" Tiba-tiba saja lelaki paruh baya yang sudah mereka temui dua-tiga kali itu berdiri tidak jauh dari mereka. Membuat mereka terkejut bukan main.

"Coba cari di rak paling ujung di bagian bawah. Mungkin yang kalian cari ada di situ," lanjutnya sambil berjalan meninggalkan mereka menuju meja pustakawan.

Tanpa pikir panjang keduanya langsung berjalan menuju rak paling ujung, mengikuti instruksi tersebut.

Renjun langsung berjongkok, menatap deretan buku yang berada di bagian bawah. Tangannya bergerak memeriksa satu persatu buku tersebut.

Mata mereka sukses membulat ketika melihat beberapa dokumen setengah jadi yang di buat dalam rangka kegiatan sekolah yang dilaksanakan dua setengah tahun yang lalu. Tak hanya itu banyak sekali barang-barang yang merujuk ke pada kejadian tersebut.

Namun, dibagian sisi setiap barang tersebut memiliki noda kuning kecokelatan. Seperti menandakan barang tersebut pernah terbakar.

"Hanya barang-barang itu yang tidak terbakar habis." Bagai mengerti isi pikiran mereka, lelaki paruh baya yang merupakan pustakawan itu langsung angkat bicara.

Jarak meja pustakawan dan tempat mereka berdiri tidak jauh. Jadi, Jeno bisa melihat lelaki tersebut kini tengah duduk tenang tanpa melihat ke arah mereka.

"Mereka membakar semua dokumen-dokumen yang berkenaan dengan kejadian tersebut, menghilangkan jejak bukti," jelas pustakawan tersebut dengan singkat namun dapat mereka tangkap isinya.

"Jadi benar kalau rumor tersebut sebenarnya hanya pengalih perhatian, supaya orang-orang lupa dan tidak mengungkit masalah tersebut?" tanya Jeno.

Sudut bibir pria paruh baya tersebut terangkat mengukir senyuman sayu di wajahnya.

"Bukankah kalau begitu terlalu terbaca?" tanyanya sambil menatap Jeno, masih dengan senyum sayunya.

Sementara itu, Renjun masih asyik menggerakkan tangannya keberapa tumpukan buku yang berakhir dengan buku yang terlihat sudah kusam di tambah kertasnya berwarna kuning dan ada banyak bekas gumpalan air yang mengering di sana.

Buku daftar siswa yang mengikuti kegiatan pada hari itu. Mata Renjun bergerak membaca setiap nama yang tertulis di sana.

5. Xu Ming Hao
6. Dong Sicheng

Pupil mata Renjun membesar menatap kedua nama tersebut. Ia menatap dengan seksama nama tersebut. Sampai-sampai panggilan Jeno tidak ia indahkan.

"Hah? Kenapa?" tanya Renjun.

"Kamu yang kenapa?"

"Tidak apa-apa," jawab Renjun sambil menutup buku tersebut dan mengembalikannya kembali di tempat semula. Namun, belum sempat ia mengembalikannya, sesuatu dari dalam buku tersebut jatuh.

"Apa ini? kaset?" gumam Jeno sambil memungutnya, "dimana tabe player-nya?"

"Entahlah di sini tidak ada," jawab Renjun sambil mencari di sela-sela buku.

"Bagaimana bisa di dengar kalau tidak ada tabe player-nya?" tanya Jeno.

"Kita bawa saja dulu."









"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Di zaman sekarang, siapa yang punya barang jadul seperti ini?" tanya Haechan sambil menimang-nimang kaset tersebut.

"Iya tahu, yang anak generasi Z."

"Oh maaf lupa kalau di sini ada generasi purba kala," ucap Haechan sambil menundukkan kepalanya ke arah Jaemin bermaksud seperti menghormati yang lebih tua.

Kini tidak ada lagi yang bersuara, sambil memikirkan bagaimana caranya menggunakan alat tersebut.


"Oh, aku ingat, kak Mark."


















Kazoeru - Menghitung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kazoeru - Menghitung

[1] KazoeruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang