Jeno mencoba menjelaskan argumennya. Menurutnya untuk sebuah nada mengetes speaker itu terlalu monoton dan terdengar lebih seperti orang berhitung.
"Telingamu terlewat peka, Jeno. "
"WEH!!! Ke lapangan!"
Mendengar teriakan Felix dari ambang pintu. Mereka pun langsung menghentikan aktivitasnya dan langsung mengikuti instruksi dari Felix. Bukan hanya mereka, seisi kelas pun berhamburan menuju lapangan.
~1 2 3
Suara hitungan bergema di koridor, membuat pergerakan kaki mereka semakin cepat.
4 4 4~
Suara hitungan berakhir pada angka empat yang terulang tiga kali. Beberapa siswa masih berlari mendekat ke arah lapangan untuk memulai pelajaran olahraga.
"Kenapa, Jun?" tanya Jaemin sambil berbaris sesuai dengan permintaan gurunya.
Terlihat Renjun menunduk mencoba mengatur napasnya yang masih terengah-engah.
"Kakinya Renjun enggak napak gara-gara ditarik Jeno," jawab Haechan sambil terkekeh-kekeh melihat keadaan Renjun.
"Tidak biasanya dihitung, " ucap Renjun dengan suara yang terdengar tidak beraturan, karena beradu dengan napasnya yang masih terengah-engah.
"Supaya ngumpulnya cepat, mungkin," jawab Jeno yang terdengar memastikan.
"Gitu doang? Padahalkan aku harap yang lambat dihukum lari keliling lapangan, paling sedikit lima putaranlah." Kini mata Renjun menyipit menatap ke arah Jaemin. Yang ditatap langsung mengalihkan pandangannya ke arah guru yang mulai memberikan instruksi kepada mereka.
Setelah melakukan beberapa pemanasan, para siswa langsung berhambur melakukan olahraga inti. Olahraga merakyat yang sangat digemari, apalagi kalau bukan sepak bola.
Awalnya permainan berjalan dengan baik sampai akhirnya sebuah tendangan kuat membuat bola terlempar jauh dari lapangan.
"Biar aku saja yang ambil," ucap Renjun.
Tanpa menunggu jawaban yang lain, ia langsung berlari menuju arah melambungnya bola.
Matanya mulai mencari-cari di sekitaran tempat yang di yakini sebagai tempat jatuhnya bola tersebut.
Namun, kini sorot matanya teralihkan dengan bangunan tua yang sebagai besar terbuat dari kayu. Tertulis jelas kata 'perpustakaan' di bangunan tersebut.
"Apa yang kau cari anak muda?"
Suara serak seseorang membuat Renjun terkejut dan langsung membuatnya refleks melihat ke arah asal suara.
Ia mendapati seorang lelaki paruh baya, dengan tubuh yang sedikit bungkuk menatapnya sambil tersenyum tipis melihatkan kerutan pada wajahnya yang mulai menua.
"Maaf, saya sedang mencari bola." Lelaki paruh baya tersebut langsung menyodorkan bola yang sedari tadi ada di tangannya kepada Renjun.
"Terima kasih, pak." Lelaki paruh baya tersebut menggangguk dan langsung berjalan melalui Renjun menuju perpustakaan tua.
Ketika Renjun ingin melangkah meninggalkan tempat tersebut. Langkahnya ia urungkan saat ucapan terdengar dari arah belakang yang sepertinya tertuju padanya.
"Berkunjunglah kesini, mungkin apa yang kau cari ada di sini." Renjun bisa mendengar ucapan tersebut dengan jelas dan melihat wajah lelaki itu tersenyum. Tidak. Itu lebih terlihat seperti cengiran dari pada sebuah senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Kazoeru
Fanfiction[walaupun kisah ini telah rampung, tetaplah tinggalkan jejak :D] "Jangan diketuk atau 'dia' akan mulai menghitung" Catatan: Cerita ini hanya sekadar fiksi penggemar. Tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata. Saya hanya meminjam visual dan n...