Sebelumnya, kembali menyampaikan. Gunakan latar belakang hitam untuk membaca lebih baik :)
---
"Jadi pelakunya selama ini kepala sekolah?" tanya Haechan tidak percaya setelah kaset tersebut berhenti mengeluarkan suara.
"Lalu rumor ini hanya bualan, agar perhatian orang teralihkan?" duga Jaemin.
"Kalau seperti itu terlalu sederhana."
"Maksudnya?" Semua mata kini terpusat ke arah Jeno.
"Aku sempat berpikir seperti yang Jaemin katakan, namun setelah di pikir-pikir itu hanya poin tambah yang kepala sekolah dapatkan tanpa diduga-duga. Awalnya kepala sekolah memang sudah berniat membunuh ketiga anak yang tersisa agar jejaknya tidak bisa dibaca oleh awak media. Dia takut kalau anak-anak tersebut akan buka suara dan membeberkannya," jelas Jeno.
"Akh ... aku mengerti, kalau memang dari awal ia membuat rumor tersebut dan bertujuan untuk mengalihkan perhatian orang-orang, itu bisa jadi senjata makan tuankan?" sambar Renjun yang langsung diangguki Jeno.
"Oke ... otakku tidak sampai di situ. Yang jadi pertanyaanku bagaimana selanjutnya? Bagaimana cara kita menyerahkan kepala sekolah ke penjara kalau buktinya sudah habis terbakar?" tanya Jaemin.
Jaemin, Renjun dan Haechan tampak kebingung, setelah penuturan Jeno yang menyuruh mereka menyalakan keran air yang jelas-jelas tertulis kata 'rusak' di sana.
"Kerannya rusak. "
"Dari mana kalian tahu kalau keran ini rusak ?" tanya Jeno dengan wajah yang serius.
"Jen, kamu lagi pura-pura bodoh atau selama ini kamu hanya pura-pura pintar? itu nyata-nyata ada tulisannya, keran ru-sak."
Dengan cepat tangan Jeno menyalakan keran tersebut. Seketika air keluar dengan deras dari sana. Wajah mereka tampak bertanya-tanya.
Kini mata mereka sukses membulat ketika air yang keluar berubah warna menjadi keruh dan lama kelamaan menjadi hitam. Dengan cepat tangan Renjun menggapai keran tersebut dan langsung mematikannya.
"Bagaimana dengan keran yang lain?" Pertanyaan muncul di kepala Jaemin.
Tanpa menjawab Jeno langsung menyalakan keran lainnya. Sesekali Haechan membantu Jeno menyalakan keran-keran lainnya. Alhasil keran-keran tersebut mengeluarkan air yang jernih.
"Kenapa aku jadi berpikir yang tidak-tidak?"
"Tidak hanya kamu, aku juga," ucap Jeno.
Entah kenapa Renjun langsung melangkahkan kakinya menuju tangki air yang terletak tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
Mata Renjun menatap seksama pipa yang tersambung dari satu tangki ke keran air tersebut.
Terdapat tangga kecil yang terpasang di tangki tersebut. Tanpa pikir panjang Renjun langsung menaiki tangga tersebut, membuka penutup tangki air tersebut untuk memeriksa sesuatu yang ada di dalamnya. Namun, di sana terlalu gelap. Renjun tidak bisa melihat apa-apa.
"Ada yang bawa senter?" Semuanya menggeleng.
"Tunggu, akan aku ambil," ucap Haechan sambil berlari keluar.
Butuh waktu sepuluh menit, Haechan melakukan hal itu. Kini ia tampak masih mengatur napasnya yang terengah-engah sambil memberikan senternya kepada Renjun yang masih setia berdiri dengan menopang berat tubuhnya di tangga tersebut.
Dengan cekatan Renjun menyenteri ke dalam tangki air tersebut. Matanya sukses membulat setelah menangkap sesuatu yang janggal di dalam sana.
Sebuah seragam? Tidak bukan sebuah melainkan lebih.
"WAAAAAAA!!" suara teriakan Renjun menggema sampai keluar.
Seketika toilet menjadi ramai.
"Ada apa ini?" tanya Mr. Johnny—salah satu guru mereka.
Renjun tersandar mencoba menenangkan dirinya.
"Itu pak, Renjun melihat sesuatu di dalam tangki air," jawab Haechan sambil menunjuk tangki air yang di periksa Renjun.
"Apa yang kamu lihat, Renjun?" tanya Mr. Johnny.
"S-seragam," jawab Renjun sedikit gagap.
"Seragam?" gumam kecil Mr. Johnny sambil menatap tangki air yang di tunjuk Haechan. Tanpa berpikir lagi setelah mengambil alih senter, Mr. Johnny langsung mengecek tangki air tersebut.
Tidak jauh dari ekspresi Renjun tadi, Mr. Johnny juga melemparkan ekspresi kaget.
Setelah memakan waktu yang cukup lama akhirnya 'sesuatu' yang ada di dalam sana dapat di keluarkan. Di dalamnya terdapat tiga mayat yang sudah membusuk.
Line police kini menghiasi ruangan yang cukup luas tersebut. Beberapa siswa di keluarkan paksa. Agar tidak mendekati lokasi tersebut.
Renjun yang masih syok langsung di larikan ke UKS agar mendapat penanganan pertama yang baik.
Kazoeru - Menghitung
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Kazoeru
Fanfiction[walaupun kisah ini telah rampung, tetaplah tinggalkan jejak :D] "Jangan diketuk atau 'dia' akan mulai menghitung" Catatan: Cerita ini hanya sekadar fiksi penggemar. Tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata. Saya hanya meminjam visual dan n...