17. Pengakuan Kim Donghyun

548 116 15
                                    

Setelah pulang sekolah Renjun, Jeno, Jaemin dan Haechan langsung dikejutkan oleh Joochan yang berteriak-teriak di koridor.

Entah apa bujuk rayu yang diberikan oleh seorang Hong Joochan sehingga seorang Kim Donghyun berubah pikiran.

Kini mereka sudah berada di kelas 12-1. Keadaan begitu hening. Bingung harus bagaimana membuka percakapan tersebut.

"Santai~ kakak ini enggak galak kok," ucap Joochan, menetralkan suasana. Yang langsung dijawab dengan tatapan sinis oleh Donghyun dan tawaan kikuk oleh keempatnya.

Arah mata Donghyun kini berubah menatap keempatnya yang kini duduk di bangku yang tidak jauh dari jangkauannya.

"Kalian ingin tahu kejadian dua setengah tahun yang lalu kan?" Renjun dengan cepat menganggukkan kepalanya. Sebelum melontarkan perkataan kembali, Donghyun menghembuskan napasnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Itu berawal dari liburan semester satu. Di waktu liburan itu, beberapa siswa dikirim menjadi perwakilan sekolah dalam melaksanakan suatu kegiatan.

Namun, beberapa hari setelah kegiatan itu selesai, banyak orangtua siswa yang melaporkan kepada pihak sekolah, bahwa anak mereka belum juga pulang. Tetapi respon yang diberikan sekolah tidak seperti yang diharapkan. Karena itu, orangtua siswa langsung melaporkan hal itu kepada pihak yang berwenang.

Anak mereka hilang dan guru-guru tidak becus mengawasi murid-muridnya. Berita ini tersebar cukup luas sampai-sampai diliput di media massa.

Namun, pihak sekolah membantah semua tuntutan yang diterima sekolah, mereka bersikukuh mengatakan bahwa itu bukan kesalahan sekolah, karena guru sudah melaksanakan tugas sebagaimana seharusnya. Sekolah pun menguatkan pendapatnya dengan membuktikan bahwa ketiga siswa lain yang juga mengikuti kegiatan sudah kembali dan mengikuti kegiatan sekolah seperti biasa. Dengan begitu kasus hilangnya beberapa siswa itu bebas dari tanggungan sekolah dan orang tua siswa tidak dapat berkutik lagi.

Tidak berakhir begitu saja. Beberapa bulan setelah itu banyak rumor beredar. Iya, rumor itu seperti yang  kalian tahu; jangan mengetuk pintu kelas yang kosong atau dia akan mulai menghitung. Rumor itu semakin marak ketika tiba-tiba saja ketiga anak yang mengikuti kegiatan tersebut mendadak hilang. Orang-orang pun mengaitkan hal itu dengan rumor sekolah tersebut," jelas Donghyun panjang lebar.

"Maksudmu Dino, kak Minho sama kak Sicheng?" tanya Joochan.

Donghyun mengangguk, "Sampai saat ini keberadaan ketiganya masih belum diketahui."

"Apa rumor itu sebenarnya sebagai pengalih perhatian supaya orang-orang lupa dan tidak mengungkit masalah siswa-siswa yang hilang?" duga Jeno

"Tunggu, biarkan aku mencerna dulu. Jadi sebenarnya ada orang di balik ini semua?" ucap Jaemin.

"Siapa? Yang jelas bukan makhluk haluskan?"

"Itu yang harus kita cari," ucap Joochan.

"Kita temui Jiboem," ajak Donghyun.






"Kita temui Jiboem," ajak Donghyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kok mintanya sama aku. Aku sudah lepas dari ekskul jurnalistik."

"Lah, memangnya mantan jurnalistik enggak bisa?" ucap Joochan lesu.

"Ya enggak bisalah. Kenapa enggak minta aja langsung sama anak jurnalistik yang masih aktif?" tanya Jiboem bingung.

"Yang tahu dokumen itu cuma jurnalis angkatanmu. Dokumen dua setengah tahun yang lalu."

Jiboem yang mendengar penjelasan Donghyun hanya bisa meneguk salivanya dengan paksa.

Dengan beberapa kali mencoba membujuk akhirnya Jiboem luluh dan mengikuti permintaan mereka.

Di dalam ruang jurnalistik terdapat rak khusus yang menyimpan banyak dokumen-dokumen kegiatan mereka dari tahun ke tahun yang disusun rapi.

"Nah, hanya ini yang masih ada. Yang lain sudah di ambil," ucap Jiboem sambil menyerahkan map berwarna putih.

"Di ambil? Sama siapa?" tanya Renjun.

Jiboem mengangguk, "Kepala sekolah. Ini saja kami sembunyikan diam-diam."

"Untuk apa kalian simpan?" tanya Donghyun.

"Entahlah, saat itu kami merasa tidak perlu memberikan semua ini kepada kepala sekolah."

Keadaan ruangan menjadi hening. Mereka menatap map tersebut dengan seksama. Di dalam map tersebut terdapat beberapa lembaran koran yang membahas tentang kasus hilangnya siswa-siswa dari sekolah mereka.

"Ada satu hal yang menjanggal dipikiranku sampai saat ini. Kalau memang kasus ini benar-benar tidak ada sangkut pautnya dengan pihak sekolah, kenapa mereka harus membuang semua hal-hal yang berbau kasus ini?"

"Jadi dokumen yang lain dibuang?"

"Seingatku begitu."

"Kalau begitu, ini akan mengambang  sampai di sini saja dong," eluh Joochan.


"Ahh iya, apa sekolah kita mempunyai perpustakaan lebih dari satu?"












"Ahh iya, apa sekolah kita mempunyai perpustakaan lebih dari satu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kazoeru - Menghitung

[1] KazoeruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang