Renjun menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Mencoba memejamkan mata, bermaksud untuk melepaskan beban dan penat hari ini. Namun, semakin dalam ia memejamkan matanya, pemikiran di luar nalar memenuhi kepalanya.
Suasana begitu sepi, hanya ada Renjun di dalam ruang minimalis tersebut. Kemungkinan besar Donghyun ————— kakak sekamar Renjun itu masih sibuk dengan aktivitasnya.
Tuk... Tuk... Tuk
Suara yang disinyalir berasal dari jendela kamar membuat Renjun membuka matanya.
Ia hanya menatap langit-langit kamar. Tidak berniat untuk menatap asal suara. Baru saja Renjun ingin kembali memejamkan mata, suara tersebut terdengar semakin keras.
Semakin dibiarkan suara tersebut semakin keras dan cepat. Renjun berdecak malas sambil menatap ke arah jendela. Terlihat gorden yang menutupi kaca jendela bergoyang tertiup angin. Tangan Renjun mulai menggenggam gorden tersebut berniat untuk melihat apa yang ada di baliknya.
"WAAAAAAA!!!!!!"
Suara teriakan bergema memenuhi asrama. Membuat beberapa penghuni kamar keluar, mencari penyebab suara tersebut.
"Ada apa?" Beberapa siswa menghampiri Renjun yang duduk tersandar sambil mengatur napasnya yang tidak teratur.
Raut wajah mereka semakin panik dan menegang, seketika melihat kondisi Renjun yang semakin sulit bernapas.
"Bawa ke ruang kesehatan!" seru Hyunjin.
Setelah dibawa ke ruang kesehatan keadaan Renjun mulai membaik. Napasnya mulai teratur. Kini ia bisa kembali bernapas seperti biasanya.
"Minumlah," ucap seorang guru sambil menyodorkan mug berisi air hangat.
"Bagaimana perasaanmu sudah baikkan?" Pertanyaan guru tersebut langsung diangguki oleh Renjun sambil meletakkan mug yang telah tandas setengah isinya.
"Kalau begitu kamu bisa istirahat kembali ke kamarmu." Raut ketakutan kembali terpancar di wajah Renjun. Ketiga siswa yang berada di sana. Jeno, Hyunjin dan Jaemin. Sadar akan raut wajah tersebut.
"Kenapa, Jun?" pertanyaan kecil terlontar dari mulut Hyunjin. Renjun sama sekali tidak mengindahkan pertanyaan tersebut. Ia menunduk. Tenggelam dengan pikiran. Sampai akhirnya tangan Jeno yang mendarat di pundaknya membangunkannya dari lamunannya.
"Ada apa? Ayo ke asrama. "
"Mayat-" Ucapan menggantung Renjun membuat seisi ruang kesehatan terpusat padanya.
"Aku melihat mayat di jendela kamar."
"Mungkin kamu hanya kelelahan, makanya melihat hal-hal yang aneh. Sudah istirahatlah," ucap guru sambil memegang pundak kanan Renjun dan berjalan keluar meninggalkan keempatnya yang masih berdiri di depan jendela kamar Renjun.
Iya, setelah mendengar pernyataan Renjun yang menyatakan ia melihat mayat di kamarnya, mereka memutuskan untuk memastikan hal itu. Namun, meraka tidak melihat apapun di sana. Mayat yang Renjun katakan tidak terbukti.
"Aku kembali duluan, istirahatlah, Jun," ucap Hyunjin sebelum pundak pria tersebut benar-benar hilang dari pandangan yang lain.
Kamar begitu hening, padahal ketiganya kini saling berhadapan. Renjun, Jaemin dan Jeno. Ketiganya tidak ada yang memulai percakapan.
"Kalian tidak ingin kembali ke kamar kalian masing-masing? Aku baik-baik saja, mungkin yang dikatakan guru benar aku hanya kelelahan," ucap Renjun setelah melihat kedua temannya memasang raut wajah gelisah.
"Bagaimana dengan kejadian kemarin? Kau melihat dia terjatuh bukan?"
Sadar Jeno mulai mengatakan hal-hal yang membuatnya dan Renjun naik pitam tadi siang, langsung saja Jaemin memberikan kode pada Jeno untuk tidak mengatakannya lebih jauh. Walaupun sebenarnya dia tidak mengerti perkataan Jeno tersebut. Terlalu sulit dicerna.
"Tidak perlu melibatkannya. Dia tidak ingin diseret ke dalam masalah," ucap Jaemin.
"istirahatlah, Jun," lanjut Jaemin sambil berjalan ke luar kamar.
"Maaf, bukan aku yang ingin menyeretmu ke dalam masalah ini, tapi 'dia' bukan kah begitu?" tanya Jeno sambil berjalan keluar kamar. Samar-samar Renjun bisa melihat cengiran tajam di sudut bibir Jeno dan kepalanya yang sedikit dimiringkan. Sukses membuat bulu kuduk siapapun merinding melihatnya.
Bruk
Suara buku jatuh membuat mata Renjun membuka secara sempurna. Ia langsung terduduk sambil mengatur napasnya yang masih terengah-engah.
"Fyuh...syukurlah hanya mimpi."
Namun, kelegaannya harus tandas begitu sebuah bunyi decitan terdengar dari arah jendela kamar. Tanpa pikir panjang Renjun langsung menatap jendela tersebut.
Terlihat tulisan angka satu dengan bercak berwarna merah di ujung kiri kaca jendela kamarnya.
Kazoeru - Menghitung
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Kazoeru
Fanfiction[walaupun kisah ini telah rampung, tetaplah tinggalkan jejak :D] "Jangan diketuk atau 'dia' akan mulai menghitung" Catatan: Cerita ini hanya sekadar fiksi penggemar. Tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata. Saya hanya meminjam visual dan n...