Kembali mengingatkan, gunakan latar belakang hitam untuk membaca lebih baik :)
---
Hari ini merupakan hari pelepasan siswa-siswa kelas duabelas. Suasana aula sekolah begitu teratur, membuat acara berjalan dengan hikmat.
Beberapa susunan acara di laksanakan. Mulai dari menyanyikan lagu yang ditujukan sebagai rasa terima kasih kepada guru, pemberian apresiasi kepada siswa berprestasi, pemberian medali sebagai tanda kelulusan, hingga beberapa acara hiburan lainnya.
"Sudah siap semua?" tanya Renjun memastikan yang langsung diangguki Jeno.
"Yakin ini akan berhasil?" tanya Jaemin menuntut jawaban sambil menatap Renjun.
"Harus yakin!" Semua mata kini menatap ke arah suara. Jawaban ini terlontar bukan dari mulut Renjun melainkan Bomin. Orang yang tidak tahu menahu maksud dari pertanyaan Jaemin tadi.
"Asal masuk aja ke ruang artis," ucap Haechan.
"Terserah, kalian artis aku bosnya," kekeh Bomin, "Kalau kalian sudah usaha semaksimal mungkin percaya saja hasilnya akan maksimal juga." Motivasi Bomin langsung diangguki paham oleh keempatnya.
"Tapi, aku masih tidak percaya kenapa kalian mau jadi suka lerawan?"
"Syukur-syukur kami mau. Dari pada enggak sama sekali."
"Siap pak Renjun! Ah, kalian sudah siapkan? Sebentar lagi giliran kalian." Masih terhitung beberapa detik setelah Bomin berbicara. Suara MC-pun seperti mengiakan perkataan Bomin.
Seketika mereka berdiri di atas panggung suara tepuk tangan begitu meriah menyoraki mereka. Tak butuh waktu lama Renjun sebagai narator langsung memainkan perannya.
"Di ceritakan disebuah sekolah yang sangat tersohor dan populer dengan segudang anak yang bertalenta yang di didik dengan baik, berbagai kegiatan yang dapat mengharumkan dan meningkatkan nama baik sekolah selalu dijadikan acuan untuk diikuti agar sandang tersebut bisa bertahan dari generasi ke generasi selanjutnya. Sandang tersebut tidak semata-semata didapatkan tanpa usaha namun dimulai dari titik terendah. Inilah kami persembahankan kisah bagaimana usaha guru-guru yang mendidik para siswanya, untuk hadirin dalam sebuah cerita yang berjudul 'Sekolahku'. "
Tepuk tangan tak kunjung surut begitu Renjun membacakan adegan satu dalam drama tersebut. Semua berjalan lancar. Raut wajah menikmati terpancar di wajah setiap hadirin yang menyaksikan. Tidak dapat dipungkiri akting yang dilakukan benar-benar menghibur.
Awalnya memang begitu namun itu tidak bertahan lama sampai akhirnya Renjun membacakan kembali teks narasinya.
"Banyak penghargaan yang didapatkan oleh sekolah dari kegiatan tersebut. Namun, siapa sangka di balik kegiatan yang dilakukan tersebut menyimpan rahasia besar. Mungkin para hadirin ingat dengan kegiatan camping antar sekolah yang tepatnya dilakukan dua setengah tahun yang lalu.
Siswa-siswa yang ikut serta dalam kegiatan tersebut banyak yang hilang tanpa kabar. Bagaimana dengan kebijakan sekolah? Sekolah- tidak, tepatnya kepala sekolah punya alibi bahwasanya itu bukan kesalahan sekolah maupun guru. Lalu, apakah siswa itu tiba-tiba hilang begitu saja?"Perkataan Renjun tergantung akibat sambaran tidak terima dari kepala sekolah. Wajahnya memerah padam, matanya pun membulat sempurna.
"Apa-apaan ini? Hentikan semua ini!" serunya.
"Tidak lanjutkan saja, nak!" ucap salah satu wali murid di sana.
"Oh tapi kita lupa bahwa ada tiga siswa! Itu bukti yang kuat kalau sekolah tidak bersalah bukan? Namun, anehnya tiba-tiba saja setelah pernyataan tidak bersalah sekolah ketiga siswa itu tiba-tiba hilang bersama kasus ini dan setelah itu adanya rumor aneh yang menyebar yang membuat kasus ini tertutupi. Benar-benar aneh bukan? Namun, sayang seribu sayang mayat ketiga korban tersebut baru saja ditemukan tahun ini."
"Hentikan semua ini!" ucap kepala sekolah sambil menaiki panggung menyuruh paksa Renjun turun dari panggung.
"Hentikan omong kosong mu!"
Tolong dengarkan rekaman ini sampai selesai.
Saya Dong Sicheng dari kelas 12-1
Suara dari speaker kini terdengar. Membuat keadaan kembali hening. Semua kini terdiam mendengar suara rekaman tersebut.
Saya ingin semua orang tahu kebenaran yang sebenarnya
Saya minta maaf karena tidak bisa memberikan kesaksian
Hari itu, tanggal 28 september kami mengikuti kegiatan camping antar sekolah. Di mana kegiatan tersebut sudah sering kali dilakukan. Terdiri dari enam siswa dan tiga guru termasuk kepala sekolah.
Hari pertama, kedua, ketiga, sampai hari keenam kegiatan berjalan dengan baik. Namun, pada hari terakhir tepatnya di hari ketujuh, ketika semua orang sudah kembali ke kota. Tetapi tidak dengan rombongan sekolah kami. Kami diperintahkan untuk menunggu bus yang entah kenapa terlambat.
Di hitung sudah ada dua jam setengah kami menunggu.
Karena mulai jenuh, kepala sekolah menyuruh sebagian dari kami untuk berjalan menuju ke arah luar, barang kali supir bus itu kesulitan mencari lokasi kami.Ketiga dari kami pun pergi tanpa satu pun pengawasan dari guru. Mereka Kim Woojin, Jung Jaehyun dan Xu Minghao.
Tepat terhitung tiga jam setelah menunggu. Akhirnya bus yang ditunggu-tunggu telah tiba.
Namun, ketiganya belum kembali juga. Saat itu matahari mulai terbenam. Tanpa pikir panjang kepala sekolah menyuruh kami segera masuk ke dalam bus.
Ia menyuruh supir untuk menjalankan busnya. Tanpa berpikir bahwa ada yang masih tertinggal di sana. Tanpa usaha yang lebih ia tidak bertanggung jawab.
Tempat itu hutan dan jauh dari jangkauan warga. Susah untuk melakukan komunikasi di sana.
Karena itu, saya merasa sangat bersalah karena tidak bisa memberikan kesaksian di hari itu.
"Siapa itu? Matikan! Itu tidak benar, itu hanya omong kosong!"
"Anda bisa jelaskan itu di kantor polisi nanti." Kedua tangan kepala sekolah kini terborgol sempurna.
Kazoeru - Menghitung
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Kazoeru
Fanfiction[walaupun kisah ini telah rampung, tetaplah tinggalkan jejak :D] "Jangan diketuk atau 'dia' akan mulai menghitung" Catatan: Cerita ini hanya sekadar fiksi penggemar. Tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata. Saya hanya meminjam visual dan n...