Happy reading :"
"Udah selesai Neth?" Tanya Zein saat melihatku keluar dari dalam kelas bersama 'ADINDA SISKAMILA' sahabatku yang biasa kupanggil 'IKA'
Aku tersenyum manis, "udah" jawabku. Ika berdehem secara dibuat-buat, "karena aku ngga mau jadi nyamuk di antara kalian para pemabuk cinta, aku mau pulang duluan ya. Dadahh Neth" pamitnya. Kami mengangguk secara bersamaan lalu Zein menggandeng tanganku dengan tulus.
"Kaya mau nyebrang aja nih" sindirku. Dia terkekeh lalu mengacak rambutku gemas, "gandengan ngga selamanya nyebrang, gandengan bisa aja tanda ngga mau kehilangan" ucapnya sok puitis.
Aku mencoba menelaah kata demi kata yang dia ucapkan tadi, "emangnya siapa yang mau berpisah?" Tanyaku. Dia menggeleng cepat lalu membukakan pintu mobil sport hitamnya untukku.
Aku masuk dan duduk di sebelah kursi pengemudi lalu aku menghidupkan musik di dalam mobilnya.
Dimatamu masih tersimpan
Selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat
Di keningmu
Kau nampak tua dan lelah
Keringat mengucur deras
Namun kau tetap tabah hmmmMeski napasmu kadang tersengal
Memikul beban yang makin sarat
Kau tetap bertahanEngkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk hmmmNamun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setiaAYAH
Dalam hening sepi kurinduAku langsung mematikan Titip Rindu Buat Ayah tersebut, hatiku seperti ditusuk ribuan jarum sakitnya. Ayah telah berubah menjadi menakutkan sekarang, tidak ada lagi Ayah yang membelikan anaknya Es Krim disaat dia sedang menangis, tidak ada lagi Ayah yang memeluk anaknya disaat dia sedang kedinginan. Ayah berubah dan aku rindu Ayah yang dulunya menyayangiku.
"Kenapa dimatikan?" Tanya Zein. Lamunanku hancur karena pertanyaan darinya, aku menarik napas dalam-dalam terlebih dahulu karena air mataku hampir saja keluar.
Aku memperlihatkan senyuman manis kepadanya agar dia percaya akan ucapanku, "lagi pengen merasakan keheningan doang" alibiku. Jika dihitung, dosaku sungguh banyak karena selalu saja berbohong jika ditanya kenapa dan alasannya selalu saja berbohong.
Dia menatap lurus kedepan, "fungsi pacar dimata kamu apasih?" Tanyanya, "bahkan untuk cerita tentang masalah kamu sekalipun kamu ngga pernah mau, gimana caranya kita bisa saling mengerti?" Ungkapnya. Benteng pertahananku hampir saja runtuh mendengar pernyataannya yang cukup menyentuh, aku tidak ingin menangis didepan siapapun walau sehancur apaun aku.
"Kadang ada suatu hal yang ngga pernah bisa aku ceritain ke kamu, entah itu membuatku semakin kuat ataupun membuat kamu semakin menjauh."
"Turuni aku sekarang" pintaku dengan wajah datar tetapi dia tetap melajukan mobilnya tanpa mendengarkanku, "aku bilang turuni aku" kataku lagi tetapi dia masih kekeh melajukan mobilnya.
Aku mendengus kesal, "kamu pilih turuni aku disini atau aku loncat?" Ancamku. Secara spontan dia memberhentikan mobilnya, "maksud aku ngga gitu Neth" katanya sambil menatapku.
Setetes air mata keluar dari kelopak mataku, cepat-cepat aku menghapusnya, "kamu hanya perlu memilih untuk bertahan tanpa keterbukaan atau berpisah agar tidak ada yang merasa tidak di mengerti" kataku. Aku membuka pintu mobilnya lalu turun dan memberhentikan taksi yang kebetulan saja lewat di sana.
Taksi itu berhenti kemudian aku membuka pintu pengemudinya, "mension keluarga tuan Khadafi Pak" ucapku lalu supir taksi tersebut mengangguk dan melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.
Aku menggigit bibit bawahku dengan sangat kuat agar tidak ada satu orangpun yang melihatku menangis. Lebih baik mereka menganggapku selalu cerita dibandingkan mereka menatapku dengan tatapan iba karena rasa kasihan.
Taksi tersebut berhenti karena sudah sampai tepat di depan gerbang mensionku, "terimakasih Pak" ucapku ramah sambil memberikan uang seratus ribu sebanyak selembar lalu keluar dari dalam taksi tersebut.
Sampailah aku di Mension milik keluarga Khadafi Ayahku, pintu gerbang berwarna emas yang sangat besar dibuka oleh tiga orang penjaga berseragam hitam.
"Selamat sore Non" sapa mereka. Aku tersenyum hangat lalu masuk kedalam rumah dengan wajah datar dan sorot mata yang tajam.
Aku menaiki tangga dengan perlahan karena tenagaku sepertinya sudah hampir habis karena belum makan apapunn, pagi tadi aku hanya makan lima sendok nasi goreng dan aku juga belum makan siang.
"Non" panggil bik Sinta pembantu dirumahku. Aku berhenti dan menoleh kebawah, "kenapa Bik?" Tanyaku.
"Bibi udah masak makanan buat non Netha, ayo makan dulu Non" ucapnya ramah. Aku mengangguk, "Netha ganti baju dulu sebentar" kataku lalu aku kembali naik menuju kamarku.
Aku mengunci kamar lalu terduduk di balik pintu sambil menelungkupkan kedua tanganku di lutut dan menenggelamkan wajahku disana. Aku menangis dalam diam, dan ini cukup menyakitkan untuk seorang anak sepertiku.
"Kenapa kehidupanku sangat mengenaskan, menjadi anak dengan seribu satu masalah sejak kelas 6 SD bukan hal yang menyenangkan, aku benci hidupku, aku benci mamah, aku benci papah, aku benci jalang-jalang mereka, dan aku sangat benci pada diriku sendiri. Kenapa aku harus terlahir di dunia? Mati, aku ingin mati sekarang" aku membatin dengan nada yang sangat lirih hingga siapapun yang mendengarnya pasti akan merasa iba kepadaku. Dan aku tidak butuh rasa iba dari siapapun itu.
Aku masuk kedalam kamar mandi yang terhubung di kamarku, aku mencuci wajah lebamku di wastafel dan juga meratapi diriku dari balik kaca.
"Netha adalah anak yang tidak di inginkan, Netha adalah seorang pecundang" kataku sambil tersenyum sinis menghadap kaca.
"You will die Annetha Griselia" kataku sambil terkekeh seperti orang depresi.
Seharusnya orang tua bisa mencari cara agar anaknya tidak mendengar suara perkelahian ataupun pukulan agar sang anak bisa tumbuh dengan baik.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAWA AKU KE PLUTO
Fantasy"Bawa aku ke Pluto" ucapnya dengan nada lirih diiringi air mata. Tiba-tiba terdapat sebuah cahaya yang menyilaukan indra pengelihatannya, "Portal?" Ucapnya tidak percaya. Menurutnya portal hanya ada di dunia fantasi, bukan di dunia nyata. Dengan pen...