"Gue masih ngga ngerti deh, kenapa sih lo bisa ngilang selama 1 bulan lamanya dan ngga ninggali jejak sama sekali?" Sedari tadi Ozy terus-terusan menanyakan hal itu kepadaku dan aku hanya mengangkat bahu acuh karena tidak tahu harus menjawab apa.
"Kasi tau dong!" Paksa Ika sambil menggoyang-goyangkan bahuku paksa.
Aku mendengus kesal, "intinya gue pergi ke dunia yang banyak warna ungunya!"
"Dunia para janda maksud lo?" Terka Ozy dengan dahi yang mengerut.
Aku memukul kepalanya dengan buku yang sedari tadi kupegang sebab terkaannya sangat aneh, "sinting lo!" Ucapku.
"Kalo gue kasi tahu sama kalian, kalian juga ngga bakalan percaya," lanjutku.
"Yaudah deh," ucap mereka pasrah.
***
Saat ini aku berada di kantin. Aku sedang makan mie goreng sendirian karena Ozy dan Ika sedang memiliki bisnis lain. Awalnya mereka mengajakku, tetapi aku sedang malas untuk ikut.
Mataku membulat sempurna saat mengetahui Zein datang ke kantin bersama dua orang wanita di sebelah kanan dan kirinya. Aku sangat yakin jika Zein tidak sadar jika aku berada di kantin.
Moodku untuk makan hilang seketika. Hatiku langsung memanas saat melihatnya sedang bermesraan bersama dua orang jalang yang aku ketahui adalah adik kelasku.
'Bunuh orang dosa gak? Baru dateng ke bumi udah banyak aja nih masalah!'
Aku kembali meneruskan makan karena perutku sangat lapar, aku begitu rindu dengan masakan bumi dan aku tidak ambil pusing juga dengan pria penghianat seperti Zein.
Saat sudah selesai, aku memilih untuk menghampiri mereka terlebih dahuli. Aku mendatangi mereka dan duduk tepat di depan Zein.
Aku lihat, raut wajah yang sedari tadi tersenyum kini berubah menjadi datar seketika. Aku tersenyum sinis dan berdecih di depan mereka yang sok baik di depan padahal busuk di belakang.
"Hallo sayang," sapaku terlebih dahulu. Biarlah segalanya di mulai dari yang manis baru di akhiri dengan yang pahit.
Aku melirik kedua jalang yang berada di samping Zein. Aku berdecih di hadapan mereka berdua karena yang Aku tahu mereka adalah adik kelas yang selama ini memberiku coklat dan berbagai hadiah lainnya. Lihatlah, banyak yang manis di awal tetapi pahit di akhir.
"Semoga langgeng ya, gue ngga marah sama kalian jadi santai aja bro. Udahan kan?" Ucapku dengan santai sambil mengelus tangan mereka bertiga secara bergantian.
Ada raut wajah khawatir yang terlintas di wajah Zein, "aku bisa jelasin Neth," ucapnya dengan lirih.
Aku tersenyum manis, "jelasin lah" aku mencoba untuk terlihat biasa saja di hadapan mereka. Kalian sudah tahu kan jika aku punya banyak topeng? Jadi wajar saja jika aku seperti ini di hadapan mereka.
"Mereka ini cumaa,," sebelum dia menjelaskan, aku memilih untuk memotong ucapannya karena tidak ingin diberikan alasan yang lebih menyakitkan lagi.
"Cuma apa?" Ucapku merendahkan. Aku segera beranjak bangkit lalu pergi dari kantin dan membiarkan ketiga orang itu kembali bermesraan.
"ANNETHA!"
'AKU BENCI ZEIN!'
***
"Neth, lo ngga papa?" Tanya Ika dengan raut wajah khawatir yang terpampang jelas di wajahnya. Aku tersenyum lalu mengangkat bahuku acuh, "apa yang harus di kenapa-napain?" Tanyaku balik.
"Tapi Zein udah tigain Lo!" Ucapnya. Aku tersenyum sinis, "itu hak dia dan biarin aja dia bahagia dengan pilihannya!" Jawabku mencoba santai.
Ika tersenyum sinis sambil menepuk bahuku, "ada banyak hal yang ngga gue tahu sama sekali tentang lo, lo pemain drama paling hebat Neth, gue salut sama lo yang mencoba ngga papa padahal kenapa-napa!" Katanya dengan sinis.
Aku menatapnya dengan senyuman, "gue ngga papa" jawabku seadanya.
Dia hanya menggeleng diiringi kekehan sinis, "gue yakin lo kenapa-napa dan gue bakalan cari tahu tentang masalah lo. Lo lupa kalo gue ini stalker? Mulut memang bisa bohong tetapi tatapan mata enggak!" Ucapnya sinis lalu pergi meninggalkanku sendirian di kelas karena semua orang sudah pergi terlebih dahulu.
Aku menyelempangkan tasku lalu keluar kelas karena sudah waktunya untuk pulang.
Aku berjalan dengan santai melewati lorong demi lorong kelas. Banyak siswa dan siswi yang melirikku secara terang-terangan dengan tatapan memuja ataupun meremehkan.
"Netha"
Karena sudah tahu jika yang memanggilku adalah Zein, aku tetap mengabaikan panggilan itu kemudian kembali melanjutkan langkahku.
Berulang kali Zein memanggilku dan aku hanya diam seolah-olah tidak mendengarkan apapun. Aku rasa sudah cukup bertemu seorang penghianat sepertinya hari ini. Baru 30 hari ditinggal saja sudah mentigakanku, gimana jika satu tahun?
Dia menarik pergelangan tanganku hingga aku menabrak dada bidangnya. Aku memasang topeng senyum terlebih dahulu barulah aku menoleh kebelakang dan menatapnya.
"Apa lagi sayang?" Tanyaku dengan nada yang sedikit menggoda sambil melepas cekalannya. Dia menatapku dengan tatapan sendu, "maafin aku Neth" katanya. Dia hendak meraih kedua tanganku tetapi aku langsung menepisnya dengan kasar.
"Gue udah maafin lo, jadi tolong jangan pernah ganggu gue lagi," pintaku dengan selembut mungkin.
"Aku sayang kamu neth," katanya. Dia mengeluarkan cairan bening dari kelopak mata.
"Kalo sayang ngga akan mendua, apalagi mentiga" sindirku dengan senyuman sinis lalu membuang mukaku agar tidak menatapnya lagi.
Dia memelukku dan aku tidak membalasnya sama sekali, "maafin aku Sayang, aku hilaf dan frustasi karena kamu hilang, aku pusing nyariin kamu kemanapun, bahkan sampai saat ini orang suruhanku masih nyariin kamu, apalagi di tambah mereka yang terus goda dan hasut aku," jelasnya.
"Yaudahlah abaikan aja, toh ini semua salah aku karena aku udah menghilang yakan?" Sindirku lagi. Setetes air mata mulai jatuh dan membasahi pipiku dengan segera aku menghapusnya sebelum Zein melihatku menangis.
Dia menggeleng dan aku merasakan itu, "aku yang salah disini Neth, maafkan aku."
Aku mendorong tubuhnya agar dia segera menjauh, "udah gue maafin kok, yaudah jangan ganggu gue lagi!"
Mulai sekarang, kamu termasuk salah satu orang yang aku benci!

KAMU SEDANG MEMBACA
BAWA AKU KE PLUTO
Fantasy"Bawa aku ke Pluto" ucapnya dengan nada lirih diiringi air mata. Tiba-tiba terdapat sebuah cahaya yang menyilaukan indra pengelihatannya, "Portal?" Ucapnya tidak percaya. Menurutnya portal hanya ada di dunia fantasi, bukan di dunia nyata. Dengan pen...