12

37 9 0
                                    

'Tok tok tok'

Sudah berulang kali aku mengetuk pintu kamar yang selama ini di tempati oleh Netha, tetapi tidak kunjung di buka ataupun di sahutnya sedikitpun.

Aku rasa dia sedang tidak di kamar, oleh sebab itu aku memutuskan untuk mencarinya ke seluruh sudut istana keluargaku terlebih dahulu.

Di kamar ibu, tidak ada.

Di dapur, tidak ada.

Di kamar mandi, tidak ada.

Di Taman, tidak ada.

Di ruang tamu, tidak ada.

Dan di tempat manapun dia juga tidak ada.

Aku memutuskan untuk kembali ke kamarnya, aku takut jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan menimpanya disana.

'Ceklek' aku membuka pintu kamar itu dengan perlahan tetapi tidak kutemukan juga dia di sana. Aku memutuskan untuk masuk dan mencari tahu di mana dia berada, siapa tahu ada petunjuk di sini.

Aku menemukan kertas berwarna kuning yang tergeletak di atas kasur. Aku mengambil kertas itu kemudian membaca sambil menghayatinya.

Air mata perlahan jatuh membasahi pipiku. Jantungku rasanya ingin berhenti berdetak saat ini juga, ada rasa tidak ikhlas menyelimuti hatiku mendengar kabar bahwa dia sudah kembali ke Planet asalnya.

'Haruskah secepat ini?'

Aku memeluk kertas itu. Ini kali pertama aku merasakan yang namanya sebuah kehilangan. Hatiku rasanya sakit ketika mengetahui bahwa makhluk yang selama ini ku cintai telah kembali ke Planet asalnya.

Aku juga merasa bahagia saat mendengar kabar bahwa dia memiliki perasaan yang sama denganku.

Aku akan menunggunya kembali ke planet ini, aku akan menunggunya kembali ke Pluto. Aku yakin dia akan kembali dan kami akan berjodoh.

'Good bye my Princess and see you next time.'

***

Bugh

Aku mengusap-usap punggungku yang terasa sakit saat Aku terjatuh dari portal tersebut.

Aku menatap sekelilingku, ternyata aku terjatuh di lantai kamarku. Aku melirik jam dinding, disana tertera pukul 05:00. Aku segera mengambil handuk lalu melakukan ritual mandi karena tubuhku terasa lengket semuanya.

'I'm come back everyone.'

Aku sudah selesai memakai seragam sekolah dengan lengkap. Aku menghabiskan waktu selama 1 jam lamanya untuk hal itu.

Aku turun dari tangga sambil menenteng ranselku kemudian pergi menuju meja makan dengan wajah berbinar. Semua pelayan yang ada di dapur menatapku dengan mata yang membulat sempurna.

"Kenapa?" Tanyaku dengan polosnya. Salah seorang pelayan tua menghampiriku lalu memegang pundakku dengan tidak percaya, "Neng geulis kemana aja atuh? Kita semua cari-cari Eneng kemana aja tapi ngga ketemu juga."

Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal sama sekali. Aku lupa jika selama ini aku menghilang dan tinggal di Pluto. Jika aku berkata yang sebenarnya maka hasilnya juga akan percuma, mustahil mereka percaya.

Aku hanya menggeleng sebagai jawaban tidak tahu atas hilangnya diriku selama ini, "Orang tua itu nyariin Aku ngga Bik?" Tanyaku.

Orang yang ku panggil 'bibi' mendengus pelan,"Ibu sedang ada bisnis ke luar kota jadi tidak tahu jika neng geulis menghilang" ucapnya dengan ragu. Aku yakin saat itu Bibi berbohong  karena tidak ingin menyakiti hatiku.

"Oh" jawabku seadanya kemudian aku kembali tersenyum sumringah. Aku tidak ingin mood ku hancur hanya karena orang tua seperti mereka.

"Emangnya aku menghilang berapa hari Bik?" Tanyaku. Sang Bibi tampak sedang berfikir, "kira-kira satu bulan gitu Non."

Aku sukses membulatkan mataku dengan sempurna, karena yang Aku tahu selama ini Aku hanya tinggal 10 hari di Pluto.

"Serius Bik?" Tanyaku tidak percaya. Dia mengangguk. Aku melirik ke arah pelayan yang lain, mereka juga ikut mengangguk sebagai jawaban 'iya'.

"Ada yang nyariin aku ngga Bik?" Tanyaku dengan sendu. Sebab anak tidak di inginkan sepertiku ini mana mungkin ada yang perduli.

"Ada Non, ada yang namanya Zein, Ozy sama satu lagi Ika katanya." Aku mengangguk mengerti lalu terbitlah sebuah senyuman di bibirku karena masih ada yang perduli denganku.

"Ternyata masih ada yang ingat sama aku ya," kataku dengan lirih.

Aku menyalimi tangan para pelayan yang bekerja di rumahku satu persatu. Aku sudah menganggap mereka seperti keluarga dan aku juga harus menghormati Mereka. Dan satu hal yang perlu kalian tahu, aku di ajarkan menghormati orang lain sejak TK dulu oleh Mamah dan Papah.

"Netha langsung berangkat aja ya," pamitku. Mereka semua mengangguk walaupun sempat menyuruhku makan terlebih dahulu sebelum berangkat.

Aku keluar dan menghampiri Pakde Dadang yang sedang berbincang-bincang dengan tiga penjaga gerbang.

"Pakde, anterin Netha pergi sekolah." Mereka semua menatapku dengan tatapan tidak percaya.

"Anterin aja Pakde, Netha ngga papa," dia mengangguk lalu kami pergi melesat ke sekolah.

***

"Halloo semuanya," Aku menyapa teman sekelasku ketika baru saja masuk ke dalam kelas. Lagi-lagi aku mendapatkan tatapan tidak percaya seperti itu.

Dinda Siskamila atau yang kerap di panggil 'Ika' langsung menghampiriku dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Lo masih hidup Neth?" Katanya sambil memutar-mutar tubuhku. Dia menepuk-nepuk pipi kemudian mencubit lenganku hingga terdengar bunyi 'aw' dari mulutku.

Aku mengembangkan pipi, "jadi selama ini kalian fikir seorang Annetha Griselia udah mati?" Tanyaku dengan nada tidak santai.

Dia cengengesan kemudian menggeleng, "ngga gitu juga kali, gue fikir lo udah di culik sama wewe gombel."

Aku bergidik ngeri, "lo fikir gue cabe-cabean yang suka keluyuran waktu magrib," kataku sambil menyilangkan tangan di dada.

'AKU RINDU PANGERAN OM'

Apakah aku serendah itu hingga orang tuaku sendiri pun tidak pernah menganggapku :"

BAWA AKU KE PLUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang