07

48 12 0
                                    

Suasana sore hari di Pluto sangat indah, terdapat banyak hewan dan juga tumbuhan di daerah sekitar. Seperti saat ini, Annetha dan juga Pangeran Om sedang bermain bersama hewan kesayangan si Pangeran Om.

Mereka terlihat begitu dekat seperti sepasang kekasih dan mereka juga sangat akrab seperti sudah kenal bertahun-tahun lamanya.

"Pangeran Om," sang gadis yang bernama Annetha Griselia memanggilnya dengan mata berbinar.

"Ada apa?"

Sang gadis tersebut tersenyum dengan hangat, "hewannya bisa di bawa ke Bumi juga nggak?" Entah itu sebuah permintaan atau sebuah pertanyaan yang pasti sang Pangeran hanya menggeleng .

"Kenapa?" Tanya si gadis cerewet tersebut. "Dia bisa mati kalo tinggal di bumi" jawab si Pangeran.

Annetha mengangguk paham dan kembali mengelus bulu berwarna ungu dari hewan yang sedang duduk di pangkuannya ini. Dia sangat gemas dengan warna ungu yang di miliki sang hewan.

"Hewan ini namanya apa Pangeran Om?" Dia terlihat begitu senang dan wajahnya juga memancarkan senyum bahagia.

Si pangeran mengambil alih hewan di pangkuannya dan mengelus bulu hewan tersebut, "hewan ini namanya Urple," sang gadis tersebut mengangguk lalu mengelus hewan yang berada di pangkuan sang Pangeran karena masih merasa belum cukup untuk mengelus bulunya.

"Kalo di bumi ini namanya Kucing, tapi bulunya tidak ada yang berwarna ungu seperti ini" jelas sang gadis. Sang Pangeran Om mengangguk lalu memberi makan hewan tersebut.

Semilar angin yang berhembus membuat rambut sang gadis yang tergerai bebas menjadi terbang kesana kemari. Dia menyelipkan rambutnya di kuping serta menatap lurus ke depan, entah apa yang ada di fikirannya saat ini yang pasti dia terlalu fokus pada apa yang dia fikirkan.

Pangeran yang sedari tadi menatapnya pun heran dengan pandangannya yang kosong, "kamu kenapa?" Tanyanya.

Sang gadis hanya tersenyum, lebih tepatnya senyum pahit karena dia kembali mengingat keluarganya yang berada di bumi.

"Aku rindu Pamah dan juga Papah." Katanya sambil mengeluarkan setetes air mata. Setelah itu dia menghapusnya kembali karena tidak ingin terlihat lemah di depan siapapun.

Pangeran merasakan ada sebuah kesedihan yang tersirat di mata sang gadis tersebut, "kamu ingin kembali ke Bumi?" Tanya sang Pangeran dengan hati-hati, dia takut jika kesannya dia seperti mengusir wanita langka seperti wanita di sampingnya ini.

Dia menggeleng kecil, "Aku ngga mau pulang Pangeran Om, aku suka tinggal disini," ungkap sang gadis tersebut.

"Tetapi kamu merindukan orang tuamu bukan?" Gadis di depannya mengangguk dan pandangannya tetap kosong. "Hanya aku yang merindukan mereka, mereka tidak akan pernah merindukanku, mereka juga sudah tidak perduli lagi denganku."

Sang pangeran terenyuh mendengar penuturan lirih dari gadis tersebut, "mungkin itu hanya perasaanmu saja" kata sang Pangeran agar gadis tersebut tidak berfikiran negatif lagi tentang orang tuanya.

Gadis tersebut menggeleng dan kembali mengeluarkan air matanya, "sudah tidak ada satu orangpun di Dunia ini yang menginginkanku, termasuk kedua orangtuaku. Mereka sudah memiliki anak yang lain bersama selingkuhannya."

Pangeran tersebut merangkul bahu wanita yang berada di sampingnya, dia fikir wanita ini adalah wanita yang sangat bahagia di dunia karena dia selalu tersenyum tetapi nyatanya tidak. Bahkan bisa saja dia menjadi wanita yang paling menyedihkan dengan seribu senyum palsunya.

"Kamu harus bersyukur karena kamu bisa memiliki segalanya, kamu orang yang cukup berada bukan?" Tanya sang Pangeran berusaha menguatkan wanita rapuh ataupun tangguh di sampingnya.

"Harta bukan segalanya, aku tidak menyukai harta yang berlimpah, aku juga tidak menginginkan harta yang berlimpah, yang aku inginkan hanya keluarga yang utuh tanpa ada pertengkaran ataupun perpisahan."

Gadis tersebut malah menangis sejadi-jadinya, mungkin dia sudah tidak sanggup menahan segala kepedihan yang menimpanya selama ini.

Dia menarik napas panjang lalu menghembuskannya kembali, "bayangkan Om, anak SD yang masih belum mengerti apapun melihat sebuah kekerasan, adegan pukul-pukulan dan adegan maki-makin di depan matanya sendiri, bahkan dia belum boleh menonton acara tentang perkelahian seperti itu. Sudah 5 tahun aku merasakannya Om, aku capek melihat Mamah dan Papah terus-terusan bertengkar dan juga pukul-pukulan, bisa saja sewaktu-waktu aku bunuh diri karena sudah bosan melihat kejadian seperti itu, aku bisa depresi dan psikologisku bisa saja hancur kapan saja."

Baru kali ini Sang Gadis menceritakan kepedihan yang di alaminya selama bertahun-tahun kepada seseorang. Mungkin dia sudah cukup lelah menghadapi masalah yang tiada usainya hingga dia harus membagi masalah tersebut kepada orang lain agar bebannya terasa sedikit berkurang.

Si Pangeran tersebut hampir menitikkan air mata mendengar ucapan lirih dari gadis tersebut. Tapi sekuat tenaga dia harus menahan air matanya agar tidak keluar dengan sendirinya. Sang Pangeran yang mendengarnya saja sudah merasakan sakit, apalagi gadis di depannya yang tentu saja setiap hari.

Sang Pangeran membalikkan tubuh si Gadis hingga mereka saling berhadapan dan mata mereka bertemu. Pangeran tersebut memeluk tubuh gadis di depannya agar dia bisa memberikan sedikit ketenangan kepada sang Gadis.

"Kamu harus selalu sabar menghadapi masalah karena saya yakin jika kamu akan merasakan kebahagiaan kelak, jangan pernah putus asa karena itu akan membawamu kembali ke titik nol."

Gadis yang berada di dalam dekapannya mengangguk dan sang Pangeran bisa merasakan pergerakan di bahunya.

Jantung sang Pangeran berdegup lebih cepat daripada biasanya. Tiba-tiba saja wajahnya menjadi panas dingin karena sang Gadis juga membalas pelukannya.

"Ayo pulang Om" bisiknya tepat di telinga sang Pangeran. Pangeran Zrugberk mengangguk lalu mereka saling melepaskan pelukan dengan enggan.

Pangeran bangkit lalu menarik tangan sang gadis agar dia juga segera bangkit sama seperti Pangeran. Mereka berjalan beriringan seperti sepasang kekasih antara Pangeran dan Tuan Putri.

Tidak lupa pula sang Pangeran membawa hewan kesayangannya si Urple ikut di pangkuan tangannya. Mereka saling menyimpan senyum masing-masing yang hampir tercetak jelas di wajah mereka.

Ada titik dimana seseorang lelah dengan berbagai masalah yang di hadapinya dan melepaskan topeng palsu dari wajahnya.

BAWA AKU KE PLUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang