Aku memandang takjub pantulan diriku di cermin. Aku sungguh terlihat lebih cantik menggenakan gaun seperti ini.
"Terimakasih Aunty," ucapku.
Beliau yang ku panggil 'Aunty' mengangguk serta mengulurkan senyuman hangatnya, "ayo keluar, pasti Antonio sudah menunggumu di depan." Aku mengangguk patuh kemudian berjalan keluar kamar bersama orang di sebelahku dengan langkah hati-hati karena aku sangat jarang mengenakan gaun sebelumnya. Jika dihitung, mungkin 1 tahun aku hanya mengenakan gaun sekali.
Aku menampilkan senyuman khasku kepada orang yang sedang mematung di hadapanku, "gimana Antonio?" Tanya mamahnya dengan mata yang berbinar.
Orang tersebut malah terlihat gugup dan wajahnya juga terlihat sangat menggemaskan hingga aku sangat ingin untuk mencubit kedua pipinya.
'You are so beautiful'
"Ayo kita pergi" ajaknya. Aku mengangguk lalu berpamitan dengan Aunty Zrugberk terlebih dahulu.
***
"Kita jalan Om?" Tanyanya berulang kali. Dia begitu berisik hingga aku tidak bisa berfikir cara memulangkannya kembali ke Bumi.
Aku menghembuskan napas terlebih dahulu, "iya, saya ingin mengajakmu berjalan-jalan di Pluto terlebih dahulu sebelum kamu pulang kembali ke Planetmu" jelasku. Dia hanya manggut-manggut seperti anak kecil yang pernah ku lihat di sekitar istana.
Dia berhenti dan aku menatapnya heran, "ada apa?" Tanyaku penasaran dengan tingkahnya yang selalu saja terlihat aneh di mataku.
"Aku capek Om! Jadi cowok kok ngga peka, gendong kek!" Aku menatapnya dengan alis yang bertaut, apakah semua makhluk bumi sifatnya seperti dia?
"Tetapi kita sudah sampai."
Dia menatapku kedepan lalu beralih menatapjy dengan tatapan tidak percaya, "ini restaurant Om?" Tanyanya dengan wajah yang berbinar.
Aku mengangguk, "ayo masuk" ajakku.
Kami masuk kedalam 'Yugo' yang merupakan tempat makan di Pluto yang cukup terkenal. Lagi-lagi aku melihatnya dengan wajah yang berbinar padahal tempat ini biasa saja menurutku.
"Om, sering-sering ajak aku kesini ya, banyak banget warna ungu, aku suka" katanya. Aku hanya mengangguk dan mencetak sebuah senyum simpul di bibirku.
Ini merupakan kali pertamanya Aku berbicara dengan wanita selain Mamahku, tidak ada wanita yang berani menyapaku terlebih dahulu karena aku merupakan kalangan bangsawan, padahal aku tidak marah sama sekali jika mereka menyapaku.
"Om!" Aku terlonjak kaget mendengar nada bicaranya yang sedikit meninggi dan sebisa mungkin aku bersikap biasa saja di depannya, "ada apa" tanyaku.
"Yang bayar makannya kamu kan Om?" Tanyanya. Aku mengangguk membernarkan lalu kami mencari tempat duduk. Kami memilih duduk di pojok karena Yugo ini cukup ramai.
Banyak pasang mata yang melirik kami secara terang-terangan. Aku rasa mereka merasa asing melihat wanita di depanku yang parasnya begitu yang cantik dan anggun.
"Om!" Lagi-lagi aku di buat kaget oleh panggilannya. "Mata uang disini apa ya?" Tanyanya.
Aku menjawabnya dengan santai, "Uto" kataku. Dia mengangguk dan sedetik kemudian berkata lagi, "nanti aku boleh minta uang nggak Om?" Ucapnya.
Aku mengerutkan kening, "untuk apa?" Tanyaku. "Untuk ngasih bukti ke temen aku kalo aku memang pernah ke Pluto" katanya dengan semangat 45.
Jika wanita di sini terlihat anggun dengan gaya bicaranya, wanita ini berbanding terbalik dengan mereka, bahkan wanita di depanku ini sangat berisik tetapi aku tidak mempermasalahkan hal tersebut.
"Satu aja Om" melasnya. Aku mengangguk menyetujui, jika aku memberinya satu uang dari planet ini, tidak akan membuat Pluto bangkrut juga.
"Makanannya mana om? Aku laper!" Ucapnya. Aku menggaruk kepala yang tidak gatal, bahkan aku lupa memesan makanan karena terus memikirkan nasib wanita di depanku.
Aku menyodorkan sebuah kertas menu kepadanya. Dia tampak sedang memilih menu makanan yang akan dia pesan. Karena tak kunjung berbicara aku langsung bertanya kepadanya, "kenapa kamu lama?" Tanyaku dengan suara dingin.
Dia menatapku sambil menyengir, "nasi goreng ngga ada Om?" Tanyanya. Aku mengerutkan kening karena pesanan yang dia minta cukup aneh di telingaku.
"Tidak ada" kataku dengan cepat. Dia langsung memajukan bibirnya 1 cm, "kalo gitu pesananku samain aja deh sama Oom" ucapnya. Aku mengangguk lalu pergi ke tempat sang pembuat masakan di sini, "saya pesan Parasta dua dan juga Orna dua" kataku. Sang pembuat masakan tersebut mengangguk, "baik pangeran" ucapnya di iringi senyuman.
***
Aku menatap makanan yang tersedia di depanku ini dengan aneh pasalnya aku tidak pernah melihat makanan seaneh ini sebelumnya.
"Om"
"Ada apa?"
"Ini boleh dimakan?"
"Tentu saja"
"Halal nggak Om?" Tanyaku. Dia mengangguk kemudian aku kembali menatap makanan tersebut.
'Ini makanannya kaya daun-daun gitu terus ada kuah-kuahnya, minumannya juga warna hijau tua, ini apa ya namanya?'
"Kenapa tidak kamu makan?" Aku langsung menatap orang di depanku dengan wajah memelas, "saya takut makannya Pangeran Om" kataku jujur.
"Makan saja, rasanya lezat."
Aku memberanikan diri untuk menyentuh makanan tersebut dan memasukkannya ke dalam mulutku.
'Enak' batinku dengan wajah berbinar.
Aku langsung menyantap makanan di depanku dengan rakus hingga si Pangeran Om menatapku dengan tatapan aneh.
"Enak?" Tanyanya. Aku yang masih berusaha mengunyah makan di mulutku jadinya aku hanya mengangguk sebagai jawaban iya.
Kemudian aku meminum minuman berwarna hijau tua di samping makananku lalu menatap pangeran Om kembali, "ini namanya apa Pangeran Om?" Tanyaku antusias.
"Makanan itu namanya Parasta, sedangkan minumannya bernama Orna" jelasnya. Aku mengangguk dengan sangat antusias dan menatapnya dengan puppy eyes, "nanti kalo saya pulang ke Bumi, saya mau makanan ini di bawa ke Bumi juga ya Om."
Dia hanya mengangguk serta menggelengkan kepalanya kecil melihat aksi wanita di depannya yang cukup konyol.
Ternyata yang unik itu lebih menarik

KAMU SEDANG MEMBACA
BAWA AKU KE PLUTO
Fantasy"Bawa aku ke Pluto" ucapnya dengan nada lirih diiringi air mata. Tiba-tiba terdapat sebuah cahaya yang menyilaukan indra pengelihatannya, "Portal?" Ucapnya tidak percaya. Menurutnya portal hanya ada di dunia fantasi, bukan di dunia nyata. Dengan pen...