Mataku membulat sempurna saat melihat istana kerajaan si Pangeran Om.
"Ini kerajaan lo Om?" Tanyaku dengan mata berbinar. Dia mengangguk, "iya kamu benar" katanya.
"Btw nama lo siapa Om?" Tanyaku penasaran sambil menatapnya lekat, "nama saya Robert Antonio Zrugberk" jawabnya.
Aku menggelengkan kepala kagum, "itu nama atau rel kereta api, panjang bener" ledekku.
Dia mengangkat bahu acuh lalu menarik tanganku agar aku masuk kedalam Istana yang bertuliskan 'ZRUGBERK CASTLE'
"Om" panggilku lagi.
Dia berhenti kemudian menatapku, "ada apa?" Tanyanya. Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal karena ditatap olehnya, "ZrugBerk itu nama apaan Om?" Tanyaku penasaran diiringi kekehan kecil setelahnya.
Dia mendengus pelan, "Zrugberk itu nama turun-temurun keluarga kami, nama itu berasal dari ayahku. Ibuku juga mengganti nama belakangnya dengan Zrugberk kemudian nama itu diwariskan kepadaku anak semata wayangnya, lalu aku akan mewariskannya kepada istri dan anakku kelak" jelasnya. Aku manggut-manggut mengerti lalu kami melanjutkan langkah yang sempat terhenti.
Kami berhenti di sebuah pintu besar yang terdapat berlian berwarna bening di knop pintu tersebut.
"Mau ngapain Om?" Tanyaku penasaran. Dia hanya diam kemudian mengetuk pintu tersebut.
'Ceklek' muncullah seorang wanita paruh baya yang terlihat sangat cantik dengan pakaian kerajaannya yang berwarna putih.
Dia mengulurkan senyuman manisnya kepadaku dan aku juga membalas senyuman itu, "siapa dia Antonio?" Tanyanya.
Pangeran Zrugberk berbisik kepada ibunya dan aku hanya terdiam menunggu keputusan yang mereka ambil.
"Kamu alien?" Tanya wanita tersebut. Aku menggeleng kecil, "saya manusia Aunty" jawabku ramah.
Dia mengerutkan keningnya, "apa itu Aunty?" Tanyanya tidak paham.
"Aunty itu nama panggilan untuk wanita yang lebih tua daripada kita" jelasku. Dia manggut-manggut lalu menatapku dari atas hingga kebawah, "cantik" katanya. Aku hanya tersenyum malu mendengar penuturannya.
"Kamu makhluk yang berasal dari Bumi?" Tanyanya, aku mengangguk mantap kemudian dia memegang bahuku, "apakah di bumi banyak wanita cantik seperti dirimu?" Ucapnya. Aku terkekeh pelan mendengar ucapan Aunty Zrugberk dan sama sekali tidak menjawabnya.
"Siapa namamu?" Tanyanya. Aku tersenyum, "Annetha Griselia" jawabku ramah. Dia mengangguk, "nama saya Leticia Glory Zrugberk" katanya.
'Nama disini panjang-panjang semua ya, pasti kalo ujian susah deh ngisinya' batinku kagum.
"Kamu boleh tinggal disini selama yang kamu mau" ucapnya. Mataku berbinar sempurna, "terimakasih Aunty" kataku. Dia tersenyum lalu memelukku hangat dan aku juga membalas pelukannya.
"Antonio" panggil Aunty Zrugberk seraya melepaskan pelukan itu, "yes Mam" jawab pangeran Zrugberk dengan wajah polosnya.
"Kamu bisa antar dia ke kamar sekarang" perintah Aunty sambil menatap anaknya dengan senyuman.
Pangeran tersebut mengangguk lalu menarik tanganku. Aku mengikuti dan tetap membiarkannya membawaku kemanapun itu.
"Oom" panggilku di sela-sela perjalanan kami yang lumayan jauh hingga harus menaiki tangga.
"Ada apa?"
"Laper" ucapku sambil memajukan bibir 1 cm.
Dia berhenti dan menatapku, "kamu ingin makan?" Tanyanya. Aku mengangguk setuju.
"Nanti makananmu akan segera di antarkan pelayan ke kamar" ucapnya. Aku mengangguk antusias dan mengucapkan 'terimakasih' kepadanya.
"Disini ngga ada restaurant Om?"
Dia mengerutkan dahi, "apa itu restaurant?" Tanyanya polos. Aku mendengus kesal karena banyak hal yang tidak mereka ketahui tentang bumi, "restaurant itu tempat orang menjual makanan Om" jelasku.
Dia mengangguk mengerti, "tentu saja ada" jawabnya.
Aku membulatkan mata sempurna, "boleh dong Om kapan-kapan ajak aku ke restaurant" pintaku. Dia mengangguk dan mengiyakan jawabanku sehingga aku merasakan kesenangan yang tiada akhir.
"Pangeran Zrugberk" panggilku lagi. Mulutku tidak bisa berhenti berbicara karena ada banyak hal yang harus aku pertanyakan padanya sekarang.
"Ada apa?"
"Kayanya kalo aku panggil kamu Oom ketuaan deh, soalnya Oom itu cocok buat Ayah kamu" kataku.
"Kalau seperti itu kamu bisa memanggil saya Pangeran Zrugberk" jawabnya. Aku mendengus pelan, "nggak mau" tolakku mentah-mentah.
Dia mengerutkan kening kembali, "kenapa?" Tanyanya.
Aku mengangkat bahu acuh, "nggak pantes, ini bukan negri dongeng" jawabku acuh.
"Lalu kamu mau memanggilku apa?" Tanyanya. Aku mengetukkan jari ke dahi, "gimana kalo aku panggil kamu Abang?" Ucapku diiringi kekehan kecil setelahnya.
'Bang Zrugberk'
Aku kembali terkekeh geli mendengar ucapanku barusan yang sepertinya lucu jika aku memanggilnya dengan embel-embel 'abang.'
"Kamu kenapa?" Tanyanya tidak mengerti. Aku menarik napas dalam-dalam terlebih dahulu lalu menghembuskannya kembali, "lucu om" jawabku.
"Saya panggil kamu Oom aja deh, nanti kalo panggil ayah kamu baru uncle" lanjutku. Dia mengangguk kemudian kami berhenti di sebuah pintu yang terbuat dari kaca.
"Ini kamar buat saya Om?" Tanyaku sambil menatap pintu tersebut dengan wajah berbinar sebab dari luar kamar tersebut sudah tampak mewah.
Dia mengangguk, "ini kamar khusus untuk tamu yang berkunjung ke kerajaan kami" jelasnya. Aku mengangguk mengerti kemudian menatapnya. Dia membuka pintu tersebut lalu terlihatlah sebuah kamar yang cukup untuk ditempati oleh satu keluarga sekaligus.
"Besar banget Om" ucapku sambil menatapnya yang jauh lebih tinggi daripada aku.
Dia nyelonong masuk kedalam kamar tersebut, "ya begitulah" ucapnya.
"Kalau ada perlu kamu bisa datang ke kamar saya yang ada di sebelah" ucapnya kemudian dia hendak pergi begitu saja dari kamar ini.
Aku mencekal tangannya, "jangan pergi dulu Om, tungguin pelayannya datang ya" pintaku dengan puppy eyes.
Dia memutar bola matanya malas lalu kemudian mengangguk setuju, "Makasih Om" ucapku sambil mencubit pipinya gemas.
'Tok tok tok' di depan pintu tersebut sudah berdiri dua orang pelayan yang sedang membawa dua buah nampan emas.
"Saya pergi dulu" pamitnya. Aku mengangguk setuju lalu sang pangeran mempersilahkan dua orang pelayan tua tersebut masuk kedalam kamar yang aku tempati.
See? Dengan berada dalam suasana baru, aku bisa melupakan kepedihan dengan mudahnya walaupun suatu saat kepedihan itu akan datang dan terngiang kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAWA AKU KE PLUTO
Fantasy"Bawa aku ke Pluto" ucapnya dengan nada lirih diiringi air mata. Tiba-tiba terdapat sebuah cahaya yang menyilaukan indra pengelihatannya, "Portal?" Ucapnya tidak percaya. Menurutnya portal hanya ada di dunia fantasi, bukan di dunia nyata. Dengan pen...