19

37 8 0
                                    

Aku mulai memilih-memilih dan membongkar semua isi lemariku tetapi tidak kutemukan satupun baju yang cocok di kenakan untuk pesta nanti malam.

'Pake baju apa ya?'

Hp yang sedari tadi berdiam di nakas pun berdering. Aku mengambilnya lalu melihat notifikasi yang masuk.

KAK DITO

Namanya juga cewe, pasti kalo mau pergi kemana aja nganggapnya ngga punya baju padahal lemari penuh karena si pemilik kebanyakan baju :"

??

Gue udah beliin baju buat si dede gemesh yang satu ini :" ntar lagi juga sampai

Harus di pake ya biar kaya couple gitu heheh:"

***

"Selamat datang Tuan Putri," aku mendengus kesal sebab Ardito sedari tadi terus meledekku. Aku ingin sekali untuk memakannya hidup-hidup tetapi niat itu ku urungkan karena sekarang adalah saat yang berbahagia untuk dirinya.

"Jangan cemberut, nanti tambah unyu loh."

Aku memilih untuk diam tanpa menjawab ucapannya. Jika di jawab pasti dia akan semakin menjadi-jadi dan terus meledekku.

Banyak pasang mata yang melihat ke arah kami. Aku dan Ardito memakai baju yang bisa di bilang couple. Dia memakai jeans hitam dan kemeja putih yang dibalut oleh tuxedo hitam sedangkan aku memakai gaun berwarna hitam yang seiras dengannya. Aku merutuki diri sendiri karena memilih untuk memakai baju yang di berikannya.

"Yuk," dia menarik tanganku.

Ternyata dia membawaku ke tempat teman-temannya yang sedang bercanda ria. Ada sekitar 6 orang lelaki dan 2 orang perempuan disana dan sepertinya mereka anak kuliahan.

"Wah udah ngga jomblo lagi nih Bro?" Ucap lelaki yang memakai kemeja berwarna merah. Mereka semua melirikku secara terang-terangan dari atas hingga ke bawah. Ada decakan kagum yang terdengar jelas oleh telingaku.

"Bidadari njir," ucap salah satu dari mereka. Aku hanya menampilkan senyuman karena bingung harus menjawab seperti aku dan aku juga malu karena tidak mengenal mereka sama sekali.

Ardito hanya menggeleng-geleng kecil melihat tingkah temannya, "gimana bro dede gemesh gue?" Ucapnya. Aku menyikut perut Ardito karena secara tidak langsung dia menyatakan kepemilikan padahal kami berdua tidak ada status apapun dan aku juga tidak berharap untuk memiliki status lebih dengannya.

"Bolehlah, cuma ngga cocok sama lo yang sering mabok," sindir mereka. Ardito hanya tersenyum kemudian pamit kepada mereka. Aku dan Ardito pergi mendatangi tamu-tamu yang lain. Aku merasa tidak enak karena aku tidak mengenal satu orangpun di antara mereka jadinya aku hanya ikut dengan Ardito saja.

"Annetha," secara spontan kami berdua langsung menoleh ke belakang dan menemukan Zein disana.

Aku memasang wajah datar saat bertemu dengannya. Jujur saja jika aku masih sakit hati dengannya.

Zein menghampiri kami berdua kemudian berdiri di sebelahku. Aku mendengus pelan, "kenapa?" Tanyaku.

"Kamu pacaran sama sepupu Aku?" Aku hanya menggeleng kecil. Ardito tersenyum kepada Zein, "gimana Zein, boleh ngga jadi pacar gue? Abisnya dia itu unik sih, jadi suka."

***

Orang-orang yang berada di dalam ruangan Outdoor langsung melirik ke arah pentas. Disana sudah ada Ardito yang sedang memegang microphone.

"Baiklah teman-teman, acara sudah bisa di mulai jadi kalian bisa makan sepuasnya di sini," kata Ardito. Semua langsung bersorak senang sedangkan Annetha hanya tersenyum singkat.

Semuanya langsung mengambil makanan dan memulai acara mereka sendiri karena acara menyanyi sudah di lakukan sedangkan acara potong kue juga sudah dan Annetha mendapatkan suapan ketiga setelah Ayah dan Ibu Ardito.

"Kamu cocok deh sama Ardito," ucap Mamah Ardito yang berdiri di sebelah Annetha. "Iya cocok tuh," ikut Ayah Ardito yang berdiri di samping Mamahnya. Annetha hanya tersenyum malu mendengar ungkapan mereka.

"Yuk ikut tante," Annetha mengangguk kemudian mereka bertiga langsung pergi ke tempat dimana Ardito sedang berbicara dengan Zein. Annetha merutuki dirinya sendiri karena melihat Zein disana.

"Mamah kamu mana Zein?" Tanya Mamah Ardito dengan senyuman manisnya. Zein juga tersenyum, "bentar lagi dateng Tan," ucapnya.

"Mamah ngomongi apa aja ke dia?" Tanya Ardito sambil melirik Netha. Mamhanya hanya tersenyum singkat lalu mengangkat bahu acuh.

"Sorry telat Mbak," kami berlima secara serempak menoleh ke asal suara. Mamah Ardito hanya mengangguk. Mamah Zein yang memakai gaun hitam langsung bergabung bersama kami.

"Bentar lagi dia dateng Mbak," aku yakin yang dimaksud oleh Mamah Zein adalah Papahnya. Mamahnya langsung tersenyum ramah kepada Netha dan Netha juga membalasnya dengan tidak kalah ramah. Walaupun aku dan Zein sudah pacaran begitu lama, kami berdua belum pernah sempat bertemu dengan orang tua satu sama lain.

"Zein, kenapa sih bidadari seperti dia tidak pernah kamu ajak ke rumah?" Ucapnya. Annetha dan Zein hanya tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuk mereka yang tidak gatal sebab itu hanya masa lalu yang tidak pantas jika di ungkit kembali.

"Padahal Mamah bakalan restuin dia loh," ledeknya. Ardito berdehem, "udah masa lalu Tante!" Peringatnya.

Mereka terkekeh geli mendengar ucapan Ardito yang terdengar lucu di mata mereka sedangkan Annetha hanya tersenyum singkat karena tidak mengerti letak lucunya dimana.


Kamu itu lucu, aku suka entah cinta.

BAWA AKU KE PLUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang