Sebelum baca jangan lupa tekan 🌟 ya
Follow akun author nya juga heheLilis Angelia Queeny menduduki kelas 12 Bahasa B di SMA TARUNA. Lilis hanya memiliki sedikit teman lantaran kurang berinteraksi dengan teman-temannya. Sifat cueknya mendominasi. Jadi, jika tidak ada urusan dengannya maka ia tidak akan campur tangan. Lilis memiliki satu sahabat yakni Resti Shakira. Resti anaknya berbanding terbalik dengan Lilis. Ia hiperaktif, supel dan termasuk dari golongan orang kaya. Bukan! Bukan karena ia kaya lalu Lilis mau berteman dengannya bukan. Lilis bukan orang yang suka mencari kesempatan dalam kesempitan.
Lilis termasuk orang yang tidak percaya diri. Baik dengan wajah, kemampuan dan lain-lain. Diajak berfoto saja Lilis sangat mengantisipasi.
Dalam kelas sedang jamkos dikarenakan guru sedang rapat. Itu surga bagi anak-anak sekolah bukan. Sama halnya dengan kelas 12 Bahasa B. Walaupun sudah menginjakkan kaki di kelas 12 rasanya mereka masih ingin berada di Sma-itu.
Resti dan Lilis sedang duduk di bangkunya sambil membicarakan sesuatu.
"Em Lis?" Panggil Resti.
"Ya?" Lilis yang awalnya membaca cerita di wattpad menoleh ke arah Resti.
"Lulus SMA lu mau kuliah?" Lilis menghembus napasnya kasar lalu menjawab pertanyaan Resti.
"Kalo dibilang mau sih gue mau. Tapi ya gitu.. lo kan tau finansial keluarga gue gimana. Buat SMA aja harusnya gue bersyukur. Kalo lo pasti kuliah kan?" tanya Lilis pada Resti. Memang membicarakan masa depan di usia yang masih belia itu sangat sulit dipercaya. Anak 17 tahun harus memikirkan mau jadi apa ia selanjutnya? Belum dewasa tapi harus dituntut dewasa.
"Bokap sih nyuruhnya gitu. Tapi gue---"
"Kenapa?"
"Nanti kalo gue kuliah gue sama siapa? Gue bakal punya temen baru lagi dong"
"Ya baguslah! Temen lo makin banyak"
"Ya banyak! Tapi nggak ada yang kayak lo. Lagian kalo kerja lo kuliah nya kapan? Lo mau ikut part-time?"
"Nggak tau gue! Yang jelas gue kuliah taun depan! Tapi kalo nggak bisa taun depan ya taun depannya lagi" jelas Lilis cuek. Memang terlihat jika Lilis tidak peduli tapi dibalik kata tidak peduli sebenarnya Lilis sangat peduli.
"Lah udah bangkotan dong lo! Temen-temen lo masih pada bocah!"
"Enak aja!"
"Em Res!" kini Lilis yang memanggil Resti.
"Apaan?"
"Kalo lo nganggep orang lain beda itu tandanya apa ya?" Dahi Resti mengernyit. Beda? What is the meaning about beda? Ayolah Lis kata beda itu bermakna luas. Bagaimana Resti bisa tau jika kata itu hanya beda!
"Beda dalam artian?"
"Ngg-- nggak tau gue! Yang jelas ya beda aja gitu!" Lilis sudah takut setengah mati. Tangan sudah gemetar dari tadi. Jantungnya berasa selesai maraton.
"Yang lo omongin tuh cowok pa cewek?"
"Ngg--"
"Cowok ya? siapa? Anak sekolah sini? Atau temen kecil? Temen smp? Temen tk? Temen sd?" tanya Resti beruntun. Lilis yang berkeringat dingin dari tadi berusaha membuat Resti diam. Jika tidak runyam nanti urusannya.
"Res! Kecilin volumenya!" pinta Lilis. Wajah sudah memerah sekarang dan juga tangan terasa dingin serta tangannya gemetar.
"Siapa? Anak sini?" Lilis hanya diam. Tak tau harus menjawab apa.
"Kelas mana?" Lilis diam kembali. Hal itu membuat Resti geram. Ia sangat kepo. Tapi Lilis tidak memberi tahu dirinya
"Apa sih!"
"Lis! Gue kepo! Dari pada nanti gue jadi arwah penasaran mending lu kasih tau Lis!"
"Apaan sih!"
"Lilis! Kasih tau gue!" rayu Resti. Ya mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur lagi pula sudah basah mandi sekalian! Jika tidak dengan Resti dengan siapa ia bercerita.
"Jurusannya aja ya?"
"Oke oke nggak masalah" Resti tersenyum lebar mendengar jawaban sahabatnya. Lilis ingin mengatakan apa yang akan ia katakan namun rasanya sulit. Seperti ada sesuatu yang tercekat dikerongkongannya. Lidahnya terasa kelu.
"Ayolah Lis! Cuman bilang IPS aja susah amat!" Batin Lilis. Tangannya kembali dingin dan gemetar.
"Res!" Lilis menunjukkan tangannya yang bergetar.
"Ya ampun! Tangan lo gemeteran? Tangan lo juga dingin. Lo beneran suka sama orangnya?" goda Resti. Masih sempat-sempatnya untuk menggoda. Lilis hampir pingsan dibuatnya. Come on Lis! Ini baru cerita belum ketemu orangnya langsung. Baru cerita aja gemeteran gimana kalo ketemu orangnya? Langsung pingsan kali ah!
"Apaan sih!" Lilis menutupi sebagian wajahnya dengan rambutnya. Resti tertawa melihat tingkah sahabatnya. Macam anak sd yang baru pubertas saja dia. Bahkan sekarang anak sd lebih liar. Eh.
"Oke biar gue aja yang sebutin. Lo tinggal ngangguk kalo iya"
"IPA? Anak IPA pinter-pinter loh?" Lilis menggeleng dengan tanpa ragu.
"BAHASA?" Lilis menggeleng lagi.
Dan ini yang terakhir. Lilis meneguk salivanya. Tamatlah sudah kau Lis!
"IPS?" Lilis ingin menggeleng namun seakan kepalanya tidak dapat menggeleng.
"Beneran Ips? Siapa?"
"Nggak! Bukan!" elak Lilis.
"Yah udah ketahuan masih ngelak nih gue. Sekali mampus tetap mampus Lis" batin Lilis.
"Ayolah Lis! Siapa? Temen sd lu? Temen smp? Atau temen sd temen sma?"
"Temen sd gue cowoknya nggak sekolah disini semua!" Jawab Lilis sewot.
"Temen smp temen sma?"
"Kalo temen smp-sma anak IPS kan cuman si Eros!" kalian tau mengapa Lilis berbicara senggak seperti itu? Itu hanya kamuflase untuk menetralisir kegugupanya.
"Kali aja lo naksir si Eros haha!" Resti tertawa kembali. Seperti menertawakan teman sendiri adalah hal yang mengasikan.
"Nggak lah!"
"Tapi temennya!" Lanjut Lilis dalam hati.
"Siapa sih Lis? Inisial deh kalo gue nggak boleh tau namanya"
"Mawar! Sebut saja namanya mawar!" Jawab Lilis asal.
"Yeu lo pikir tukang bakso boraks! Siapa sih?"
"Bukan siapa-siapa!"
"Lis! Siapa?" Kalo sudah seperti ini Lilis hanya mendengus kesal. Ia harus memberitahu Resti.
"Temennya Eros" jawab Lilis dengan suara pelan.
"Yang mana? Temennya Eros banyak tau!" Tangan Lilis kembali bergetar. Kenapa membicarakan satu orang saja membuatnya hampir pingsan begini. Bagaimana jika ia maniak gosip? Bisa mati muda mungkin!
"Yang kemaren waktu kita ke kantin lewat koridor IPS dia di teras sama Eros" ujar Lilis berusaha menjelaskan sejelas jelasnya.
"Gue nggak liat mukanya!"
"Yang pake jaket item!"
"Yang tinggi itu?"
"Hm"
AL
Hai kalian aku hadir dengan cerita baru... Hai hai hai
Jangan lupa vote dan komen.Baca juga STORY FROM MOST WANTED dan DARKNESS
KAMU SEDANG MEMBACA
Ananta Lilis (SELESAI)
Teen Fiction"Lo kenapa sih? Kenapa sikap lo kayak gini ke gue. Lo punya pacar Nan! Apa lo akan membenarkan opini orang-orang kalo lo itu selingkuh? Tapi kenapa gue? Kenapa lo melibatkan gue dalam permasalahan kalian! Gue udah janji sama pacar lo, Nan. Bahwa gue...