8

93 15 0
                                    

Melly akhirnya mengetahui seluk beluk mengenai kedekatan Rayn dan Rean. Awalnya Melly terkejut dengan cerita yang dia dengar. Setahu Melly, Rean sejak dulu tidak pernah terlihat dekat dengan gadis manapun. Bahkan siswi populer di sekolah ini ditolak oleh Rean. Melly mendukung kedekatan mereka berdua, menurutnya Rean adalah laki-laki yang dapat dipercaya kata-katanya.

Bisa dibilang Melly banyak mengetahui tentang Rean dan teman-temannya. Melly sendiri mengakui bahwa dirinya menyukai salah satu di antara mereka. Namun, sebagai gadis cupu yang bahkan tidak memiliki teman dia hanya bisa mencintai dalam diam. Setelah kehadiran Rayn sebagai teman barunya, Melly akhirnya mulai membuka diri.

Hari ini adalah hari yang melelahkan sekaligus menyenangkan bagi Rayn. Sesampainya di rumah Rayn segera masuk kamar. Menjatuhkan tubuhnya diatas kasur sambil tersenyum sendirian. Pikirannya kembali memutar kejadian saat pulang sekolah.

"Rayn. Pulangnya sama aku aja, yuk."

"Tapi aku juga bawa mobil sendiri, Re." Jawaban Rayn membuat Rean berfikir sejenak hingga akhirnya Rean mengingat sesuatu.

"Mobilmu tinggal saja di sini. Bukannya kamu punya Bodygard, jadi biar dia saja yang mengurus mobilmu."

"Dari mana kamu tahu?" Rayn malah salah fokus dengan percakapan mereka. Yang membuat Rayn bingung, bagaimana bisa Rean tau kalau dia punya Bodygard.

"Sudahlah, Rayn. Ikut saja, kamu ini malah membahas hal lain. Jarang-jarang loh ada cogan yang mau nganter pulang. Ya gak, Re." Melly mengembalikan pokok pembicaraan awal karena dia mendapat kedipan mata dari Bagas pertanda meminta bantuan untuk Rean.

"Eh, yaudah aku mau." Tanpa pikir Panjang Rayn menerima tawaran Rean untuk pulang bersama. Tidak bisa dipungkiri bahwa Rayn merasa senang bisa pulang bersama Rean.

"Ya udah, yuk. Mobilku disana." Ajak Rean sambil menunjukkan dimana letak mobilnya. Mereka berdua akhirnya berlalu meninggalkan ketiga orang yang masih diam di tempat.

"Kamu pulang sama aku dan aku tidak menerima bantahan." Setelah Rean dan Rayn berjalan agak jauh. Kini Ghani yang memaksa Melly pulang bersamanya.

"Eh?" Melly terkejut karena tangannya ditarik paksa oleh Ghani, ada rasa senang di dalam hatinya saat ini, beruntung sekali cinta dalam diamnya kini sedikit terbalaskan.

"Huhuhu, nasib jomblo mah gini. Yaaa pulang sendiri." Bagas yang ditinggal oleh kawan-kawannya memutuskan untuk menuju mobilnya dan pulang.

***

"Rayn."

"Ya?"

"Kok diam saja dari tadi. Kamu tidak nyaman?"

"Oh, tidak. Hanya saja aku tidak tau harus mulai bicara dari mana. Kamu dari tadi juga diam saja." Rayn membela dirinya karena nyatanya bukan hanya dia yang merasa canggung.

"Kalau begitu mari kita memulai sebuah pembicaraan."

"Mau bicara apa?" Rayn kini sedikit memiringkan badannya ke arah Rean. Menunggu Rean berbicara.

"Kamu cantik." Dua kata satu kalimat yang lancar diucapkan oleh Rean, sejurus membuat Rayn salah tingkah. Rayn segera mengalihkan pandangannya ke arah jalanan di depannya tak lagi menghadap Rean, karena Rayn tidak ingin Rean melihat wajahnya yang diyakininya sudah seperti kepiting rebus.

"Apa yang ku katakan barusan bukan gombalan, Rayn. Percayalah padaku. Sejak pertama kita bertemu di mall, entah mengapa aku terus terbayang kamu. Apa kamu merasakan hal yang sama, Rayn?" Memang ini tujuan awal Rean mengajak Rayn pulang bersama. Dia ingin mengetahui bagaimana Rayn padanya.

Precious Time [Edisi Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang