***
“Turunnya air hujan dia tidak tahu untuk siapa, tapi turunnya air mata dia tahu untuk siapa.”
***Malam ini sepasang manusia sedang asik menikmati kopi malam bersama beberapa pengunjung di sana yang mayoritas berpasangan. Di sebuah meja kecil berbentuk bulat dengan gelas di hadapan masing-masing tak lupa kedua tangan yang saling bertautan ditengah-tengahnya. Percapakan mereka terlihat begitu menyenangkan hingga akhirnya sebuah tangan kekar menghantam meja mereka membuat suasana hening berubah mencekam.
"Apa-apaan kalian ini? Seperti ini kah caramu memperlakukan aku sebagai kekasihmu? Kamu bilang sedang sakit sehingga tidak bisa pergi bersamaku malam ini."
"Rean, cukup."
"Tutup mulutmu bajingan. Aku tahu kamu menyukainya, tapi aku tidak terima jika kalian bermain api di belakang."
"Kamu salah paham. Aku bisa jelasin kok"
"Semua yang telah aku lihat malam ini sudah cukup jelas untukku, Olive."
“Aku cinta sama kamu, Rean. Aku juga suka Danzy.”
“Cewek murahan!!!”
Sebuah tangan yang sejak tadi sudah terkepal kini menghantam wajah seseorang di hadapannya. Emosinya meluap ketika seseorang yang dia cinta di sebut murahan oleh temannya sendiri.
“Bagus, kalian memang cocok. Olive, mulai sekarang kita gak ada hubungan apa-apa lagi dan kamu Danzy, mulai sekarang kita bukan teman.”
"Reann mama panggil-panggil dari tadi gak nyaut juga. Mama kira kamu udah gak bernapas, Re. Ternyata melamun tidak jelas," teriakan itu mampu membuyarkan lamunan Rean.
"Ih Mama. Kalau mau teriak itu lihat situasi dulu dong. Rean itu lagi galau tau, Ma," ucapnya cemberut.
"Galau? Galau?? Hahaha. Anak muda jaman sekarang, kemaren jatuh cinta sekarang galau. Udah cuci muka sana terus turun buat makan malam. Papa udah nungguin dari tadi," ucap mama Rean lalu pergi meninggalkan kamar putranya. Sedangkan Rean akhirnya berjalan gontai menuju kamar mandi sekedar cuci muka tanpa mandi.
***
Langit malam memang tidak berjanji untuk terus menyajikan taburan bintangnya. Sang mendung pun tak pernah berjanji untuk tidak menghalangi bulan dari pandangan bumi. Tak usah berjanji jika tak mampu untuk menepati, katanya.
Semua memang diciptakan berpasangan. Begitu juga dengan perasaan. Ada bahagia juga akan ada sedih. Katanya pasangan itu adalah cerminan dari diri kita. Tidak, tidak selalu seperti itu. Kadang pasangan diciptakan untuk saling melengkapi. Seperti halnya sandal swallow kanan dan kiri yang begitu awet dipakai.
Tangannya terulur meraih handphone miliknya. Terlihat begitu sunyi tidak ada pesan yang masuk. Itu berarti tidak ada seseorang yang sedang merindukannya atau bahkan ingin mengetahui kabar dirinya. Tangan itu mulai mengetikkan sesuatu hingga layar telepon memunculkan dering panggilan keluar kepada seseorang yang di sebut Ibu olehnya.
“Siapa menelponku malam-malam begini? Anda siapa?” Suara dari seberang sana terdengar jengkel.
“Ibu, ini Rayn,” jawabnya lirih, berharap supaya seseorang di seberang sana tidak semakin murka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Time [Edisi Revisi]
RomanceApabila saat ini Rayn tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Maka bolehlah Rayn berharap jika suatu saat nanti akan ada seseorang yang menjadikan Rayn sebagai prioritas dihidupnya ? Seseorang yang akan mengenalkan Rayn pada banyak...