***
“Hal-hal yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehmu. Bisa saja terjadi sebentar lagi, esok atau lusa.”
***Suara bel masuk sekolah sudah berbunyi. Semua murid Gem International High School segera berlarian menuju kelas masing-masing. Ada yang sibuk dengan PR yang belum selesai. Ada yang santai sambil tebar pesona di koridor. Ada yang sibuk makan bekal karena tidak sempat sarapan di rumah. Ada yang teriak-teriak minta contekan. Ada yang memohon pada pak satpam supaya dibukakan pintu gerbang.
Pagi yang sibuk. Yaa, begitulah remaja jaman sekarang. Untunglah tidak semuanya seperti itu. Masih ada satu atau dua anak yang pendiam dan menjadi kutu buku. Pembaca setia dan penunggu perpustakaan. Terdengar membosankan, tapi itu dunia mereka. Menurut mereka hal-hal seperti itu sudah sangat menghibur dan tidak perlu banyak tingkah yang mengeluarkan banyak tenaga.
"Rayn. Katanya ada anak baru lohh nanti di kelas kita. Kemaren kan si Mak lampir itu masuknya di kelas sebelah. Nah, sekarang ada anak baru lagi masuknya di kelas kita. Cowok, katanya sih ganteng," kata Melly.
"Terus kenapa? Ingat kamu udah ada Ghani," jawab Rayn yang sama sekali tidak tertarik, baginya hanya Rean yang paling tampan.
"Iih Iyaa iyaa, Rayn. Tapi kalau lumayan juga kan. Bagus buat temen, Hehehe," balasnya dengan cengiran.
Sebelum Rayn sempat menjawab Melly, seorang guru memasuki kelas mereka di ikuti oleh seorang murid laki-laki yang berwajah asing. Seketika suasana kelas menjadi ricuh dengan bisikan halus para siswi.
"Astaga pangeranku"
"Kok gantengan dia daripada pacar aku"
"Jodohku akhirnya kita bertemu"
"Sudah diam kalian. Ayo kamu, perkenalkan diri dengan baik."
"Nama saya Danzy Mironus. Kalian bisa panggil saya Danzy, pindahan dari Belanda."
"Silahkan Danzy. Kamu duduk di bangku sebelah sana," ucap Bu Meta sambil menunjuk bangku yang di maksud.
"Terima kasih, Bu," ucapnya sopan lalu segera duduk. Sebelum itu dia sempat melirik seorang gadis yang sejak tadi tidak memperhatikan dia berbicara.
“cantik,” ucapnya dalam hati.
***
“Hallo, ada apa, Ma?”
“Rean, kamu cepet pulang ya, Nak. Papa …”
“Ma … Papa kenapa. Ya udah, Rean pulang sekarang.”
Sebuah rumah sakit berdiri kokoh di tengah padatnya penduduk dan lalu lintas. Terlihat dari luar situasi di sana sangat tenang, tapi tidak dengan situasi di dalam. Banyak orang berlarian lalu-lalang, sebagian di antaranya menangis tersedu-sedu mendengar kabar duka. Sebagian dari mereka diliputi rasa gelisah dan kekhawatiran ketika seseorang yang dia kenal berada di dalam ruang UGD.
Seperti halnya Rean dan mamanya yang kini tengah terduduk menahan tangis yang akan pecah di depan ruang UGD. Rean memeluk mamanya dari samping mencoba untuk memberinya ketenangan, walau Rean sendiri tidak yakin bahwa dia mampu. Keadaan yang semula baik-baik saja seketika berubah runyam ketika Rean mendapat telepon dari sang mama bahwa papanya mendadak terkena serangan jantung. Untung saja jarak antara rumah dan sekolahnya tidaklah jauh, hanya membutuhkan waktu kurang dari lima menit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Time [Edisi Revisi]
RomanceApabila saat ini Rayn tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Maka bolehlah Rayn berharap jika suatu saat nanti akan ada seseorang yang menjadikan Rayn sebagai prioritas dihidupnya ? Seseorang yang akan mengenalkan Rayn pada banyak...