• Kita dan Orang Tua

4.1K 681 87
                                    

'Jira, jika aku mengajakmu ke tempat orang tuaku, apakah kau mau ikut?'











Jira benar-benar bingung saat tiba-tiba Jimin menanyainya hal semacam itu. Jira bukannya tidak mau, hanya saja—

Oke, mereka memang sudah menjadi sangat dekat selama beberapa minggu ini. Tetapi, untuk pergi ke rumah Jimin dan menemui orang tuanya—Jira masih belum berani. Memangnya apa yang akan ia lakukan saat bertemu Tuan dan Nyonya Park? Dan juga, kenapa Jimin sampai harus mengajaknya ke rumah pemuda itu?

Niat awal benar-benar ingin menolak, tetapi Jimin sangat gencar memohon padanya. Jira akhirnya termakan hasutan pemuda yang masih bersaudara kembar dengan anak ayam itu.

Maka, di sinilah gadis itu berakhir. Rumah Jimin.

Jira benar-benar tidak menyangka jika Jimin mempunyai rumah sebesar ini. Rahangnya hampir menyentuh tanah saking terpesonanya dengan rumah si pemuda.

"Ayo," ajak Jimin sambil menarik tangan Jira dengan pelan.

Gadis yang masih setia membuka mulutnya itu pun mengerjap beberapa kali. Ia menahan lengan Jimin. "T-tunggu, Oppa. K-kau benar-benar tinggal di sini? Maksudku—sungguh di sini? Rumah yang mirip istana ini?"

"Aku tidak tinggal di sini. Ini rumah orang tuaku. Aku tinggal dengan Bangtan, ingat?" Jimin tersenyum simpul. "Ayo, masuk! Orang tuaku sudah menunggu di dalam."

"O-oke,"

Jira mengikuti Jimin dengan pandangan yang masih berkeliling melihat seisi rumah mewah itu. "Sumpah, Oppa, aku tidak menyangka rumahmu benar-benar sebesar ini. Kupikir, kau bukan dari keluarga kaya," kata Jira. Kemudian, tiba-tiba gadis itu menampakkan raut aneh. "Jangan-jangan, anggota Bangtan lain juga sekaya dirimu!" Jira berseru. "Kalau Taehyung Oppa dan Jin Oppa sih aku tahu, Hoseok Oppa juga. Mereka itu chaebol."

Jimin mendengus sambil tersenyum geli. Raut menyelidik Jira itu menggemaskan sekali. "Aku tidak tahu dengan yang lain. Tetapi untuk Yoongi Hyung ... bisa dibilang dia sama denganku."

Jira melotot. "Benarkah? Si kucing galak itu? Bagaimana kau tahu?"

"Kami masih sepupu. Ibunya Yoongi Hyung itu kakak dari ibuku."

"Ooo~~"



***




Jira meremas ujung pakaiannya dengan erat. Tuan dan Nyonya Park terlihat menelitinya dari ujung kaki hingga ujung rambut. Hal itu membuat Jira benar-benar merasa ditelanjangi habis-habisan.

Usapan Jimin di telapak tangannya tidak membuatnya tenang, justru malah membuat perasaannya lebih berantakan, karena sekarang Nyonya Park terus menatap tangan mereka yang bersentuhan.

"Aiden, apa ini gadis yang sering kau ceritakan?" tanya Tuan Park.

Ah, Jira juga baru tahu ternyata Tuan Park itu bukan orang Korea. Jimin bilang jika ayahnya adalah orang asli Kanada. Wah, kenyataan mengejutkan apalagi itu? Padahal Jira sama sekali tidak fasih berbahasa Inggris. Jangankan bahasa asing, ujian bahasa Korea saja nilainya masih C. Sungguh sebuah ironi yang nyata.

Jimin tersenyum dan mengangguk. "Benar, Ayah. Namanya Jira, Kim Jira."

"Halo, namaku Kim Jira. Senang bertemu dengan kalian." Jira menundukkan kepalanya sambil tersenyum kikuk.

"Halo juga. Aku adalah Ayah Jimin. Kau sangat manis, Jira. Nice to meet you too." Tuan Park tersenyum padanya. Senyumnya benar-benar terlihat seperti Jimin.

Dear, Mr. ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang