• Kita dan Pembalasan Dendam

5.3K 841 106
                                    

Jira menghela napasnya. Gadis itu berjalan perlahan menuju ruangan atasannya. Setidaknya ia harus menuruti keinginan Jean karena pria itu sudah membawanya ke rumah sakit.

Jira tidak terkejut jika nyatanya Jean memperlakukannya sangat berbeda dengan dulu. Jira tahu diri. Dialah sebenarnya yang membuat Jimin berubah menjadi sosok Jean.

Perlahan, Jira membuka pintu ruangan Jean. "Permisi, Tuan Aiden."

Jean menaikkan alisnya lalu melirik Jira yang sekarang sudah berdiri di hadapannya. Jean hanya merasa aneh dengan panggilan Jira untuknya.

"Kau sudah sehat?" tanya Jean tanpa menatap Jira. "Sudah bisa bekerja, kan? Pekerjaanmu banyak sekali, ngomong-ngomong."

Jira tersenyum kecil dan mengangguk. "Sudah. Aku sudah cukup sehat."

"Lain kali tidak usah memakai acara pingsan di ruanganku. Merepotkan."

Jira tersenyum getir. Perkataan atasannya benar-benar menusuk jantung. "Baiklah. Maaf, Tuan."

Jean berdehem. "Duduk di sana, mejamu sekarang di sebelah situ." Pria itu menunjuk pojok ruangannya yang berisi meja, kursi, komputer, dan alat-alat kantor lainnya.

Jira pun mengangguk dan berjalan menuju mejanya. Ia menghela napas pelan saat tumpukkan berkas sudah menggunung di mejanya. Jira pikir bosnya ini pasti sangat kesusahan karena mengerjakan semua ini sendiri.

Gadis itu duduk di kursinya. Jira pun mulai meneliti berkas-berkas yang menjadi pekerjaannya.

Sesekali, Jean terlihat mencuri pandang ke arah Jira yang tengah bekerja. Wajah serius gadis itu selalu cantik, masih sama seperti lima tahun yang lalu. Namun, Jean melihat gurat lelah di wajah manis itu. Jira juga terlihat sangat kurus dibandingkan dulu.

Apa yang terjadi?

Jean menggelengkan kepalanya saat ia sadar jika dirinya mulai memikirkan tentang Jira. Apa urusannya? Jira sendiri yang berkhianat padanya dan Jean pun sudah meminta agar gadis itu pergi dari hidupnya.

Tetapi, kenapa justru sekarang mereka dipertemukan lagi? Setelah rasa marah Jean pada Jira sudah berada di fase paling tinggi dan berubah menjadi benci.

Ya, Jean membenci Jira. Sangat benci sampai rasanya ingin melempar Jira dari atas gedung ini hingga tubuh ringkih gadis itu hancur karena membentur tanah.

Cukup ekstrem memang, tetapi itulah sebenarnya yang ia pikirkan tentang Jira.

Gadis itu sudah membuatnya malu, begitu menderita selama lima tahun terakhir. Lalu sekarang Jira datang dengan dalih mencari pekerjaan? Wah, Jean sungguh ingin memberikan piala Oscar atas akting gadis itu. Tidakkah Jira tahu jika ini adalah perusahaannya? Apakah tidak ada yang memberitahu gadis itu?

Apakah Kim Taehyung dan Jung Hoseok tidak memberitahunya?

Tidak, tidak, apa pedulinya. Ia hanya perlu menyiksa gadis itu sehingga Jira akhirnya akan menyerah dan keluar dengan sendirinya dari perusahannya. Ya, benar. Atau Jean mungkin bisa memecat gadis itu nantinya, seperti yang biasa ia lakukan.

Jean tersenyum miring. Ia menatap gadis yang terlihat tekun mengerjakan pekerjaannya.

Baiklah, rencana balas dendamnya sudah tersusun dengan rapi. Dan Kim Jira, tunggu saja pembalasan dari Jean Park ini.


***

Jira pulang ke kediamannya dengan tubuh lesu. Ini sudah pukul dua belas malam. Tadi, Jira harus lembur karena Jean meminta agar pekerjaannya selesai hari ini juga.

Dear, Mr. ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang