• Kita dan Pertemuan

6.4K 896 110
                                    

Park Jimin, atau yang lebih baik kita sebut sebagai Jean Park, tengah duduk dengan angkuh di atas kursi kebesarannya.

Pria itu mengusak rambut hitamnya dengan kesal. Dasinya sudah di longgarkan sehingga dua kancing teratas kemejanya terlepas.

"KANG JUNGWON!"

Dua detik setelah teriakan itu membahana, seorang pria akhirnya masuk ke dalam ruangan Jean.

"Ya, ada apa, Tuan?" Jungwon menunduk hormat.

"Apa jadwalku selanjutnya?"

"Entahlah, aku tidak tahu."

Jawaban santai itu membuat Jean membulatkan matanya. Ia hampir saja melempar pena miliknya ke kepala Jungwon.

"E-eh, tunggu dulu, Bos!" Jean menghentikan tangannya yang sudah terangkat. "Kau dilarang melakukan kekerasan fisik di sini, oke? Aku akan menuntutmu jika kau melakukan itu padaku," ancam pria itu. "Lagipula, Bos, aku ini bukan sekretarismu yang mengurusi hal-hal seperti itu, jadi jangan salahkan aku."

"Tapi, aku sedang tidak punya sekretaris sekarang, jadi otomatis kau yang harus mengurus semuanya." Jean berkata dengan penuh penekanan.

"Maka dari itu, Bos." Jungwon menambahkan. "Aku sudah mencarikan sekretaris baru untukmu."

Jean menaikkan alis. "Sekretaris baru?"

"Ya." Jungwon tersenyum. "Akan ku panggilkan, sebentar."

Pria itu keluar dari ruangan Jean. Beberapa menit kemudian, Jungwon kembali datang dengan seorang gadis yang tengah menunduk malu.

"Ini dia sekretaris yang kumaksudkan, Bos." Jungwon tersenyum lebar sambil memperkenalkan si gadis.

Jean pun mengangkat pandangannya, berusaha melihat sang calon sekretaris. Detik setelah ia mengenali wajah itu, Jean langsung membulatkan matanya.

Hal itu juga dialami oleh si gadis. Gadis itu bahkan mundur selangkah saking terkejutnya.

"Aku tinggalkan kalian dulu, oke? Semangat, Nona Kim!" Jungwon terkekeh. "Tuan Jean itu memang sedikit galak, tapi dia tidak makan orang, kok," bisik pria itu dengan nada gurau. Setelahnya, Jungwon pun keluar dari ruangan Jean.

Si gadis calon sekretaris itu menunduk hormat. "S-selamat pagi, Tuan. Aku Kim Jira."

Jean yang melihat kegugupan gadis itu pun menyeringai. Pria itu berjalan mendekati Jira dengan dandanan kusut dan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.

"Halo, Kim Jira. Lama tidak berjumpa. Merindukanku? Tidak ingin memberikanku pelukan?" ujar Jean.

"J-jimin Oppa, a-aku---"

"Ah, apa kau sudah menikah sekarang? Bagaimana dengan pria pilihanmu itu? Apa dia baik padamu?"

"Oppa,"

Wajah Jean berubah mengeras. "Gadis tidak tahu malu! Beraninya kau menginjakkan kaki di tempatku, sialan!" Jean berteriak tepat di depan wajah Jira.

"A-aku, aku sama sekali tidak tahu jika i-ini adalah perusahaan milikmu. Maafkan aku, Jimin Oppa. Ak-aku akan segera pergi. Maafkan aku." Jira memejamkan matanya erat. Gadis itu memeluk mapnya, tangannya bahkan mencengkeram kedua sisi map.

Jean tersenyum miring. "Kenapa kau bekerja seperti ini? Tidakkah pacarmu atau suamimu itu menafkahimu?" kata Jean. "Kau sudah menikah, Kim Jira?"

"A-aku akan pergi, Tuan Park. Permisi." Jira menunduk dan berbalik untuk pergi.

Namun, Jean lebih dulu mencekal pergelangan tangan Jira, membuat gadis itu kembali berhadapan dengannya. "Aku bertanya padamu, Kim Jira. Kau sudah menikah?"

Dear, Mr. ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang