"Kau kenapa? Kenapa sampai muntah begitu?" Jean bertanya setelah Jira selesai membersihkan kotoran bekas muntahnya.
Jira menggeleng. "Tidak apa-apa. Maaf, karena sudah mengotori rumahmu, Tuan." Jira menunduk sembilan puluh derajat.
Jean tersenyum miring. "Ternyata kau sekarang adalah gadis penyakitan, ya?"
Jira menutup matanya dan mengetatkan rahang. Kesal sekali sumpah. Mulut bosnya semakin lama semakin tidak punya aturan.
Jira menatap Jean dengan tajam, kemudian gadis itu memilih untuk pergi dari apartemen bosnya tanpa mengatakan apa-apa lagi.
"Hei, begitu caramu bersikap pada bos sendiri? Dimana sopan santunmu, Kim Jira?" sindir Jean.
Gadis itu kemudian menghembuskan napas kasar. Jira berbalik lalu menatap Jean dengan tajam. Gadis itu balas tersenyum sinis. "Sopan santun katamu? Kupikir kau harus bertanya hal itu pada dirimu sendiri, Park Jimin sialan." Gadis itu menarik napas panjang. "Aku sudah mentolerir segala sikapmu selama ini karena aku memang pernah mempunyai kesalahan yang sangat besar padamu. Aku tahu. Aku sadar. Tapi, hei, itu urusan pribadi. Kita sekarang sedang dalam hubungan kerja dan kau memperlakukanku seenaknya. Kau pikir aku akan menerimanya begitu saja?"
Jean mendengus. "Dasar tidak tahu terima kasih. Sudah baik aku menerimamu di perusahaanku."
"Oh, jadi begitu? Maka baiklah. Aku lebih baik menjadi kasir di minimarket daripada menjadi sekretarismu. Kau akan menerima surat pengunduran diriku saat kau pergi ke kantor nanti, tunggu saja." Jira terlihat begitu kesal.
Jimin tidak langsung menjawab. "Kau tetap harus membayar biaya rumah sakit yang ku keluarkan untukmu."
"Baiklah. Berapa yang kau mau?"
"Seribu dolar."
Mata Jira sontak membelalak. "Apa?! Seribu dolar kau bilang? Ini pemerasan namanya!" Ia berseru tidak terima.
"Itu sudah ditambah biaya aku menggendongmu sampai ke mobil, lalu mengurusi administrasimu sampai satu jam lamanya. Kau pikir berapa harga waktuku yang terbuang? Aku bisa menghasilkan seribu dolar per menit nya, jika kau ingin tahu. Sudah baik aku tidak menghitung sampai enam puluh ribu dolar!"
"Park Jimin, kau benar-benar!" Jira mengangkat tangannya, hampir saja kelepasan ingin memukul wajah menyebalkan Jimin. "Dasar brengsek! Makin tua bukannya semakin tobat tapi justru semakin brengsek. Ingat, Jimin, kau sudah bau tanah!"
"Beraninya kau bicara begitu padaku, gadis tidak tahu malu! Kau benar-benar ingin agar aku membuat hidupmu berantakan, ya?" ancam Jean.
Namun, Jira sama sekali tidak takut. "Cih, sekarang setelah jadi kaya kau benar-benar semakin tidak tahu aturan, ya. Dasar orang kaya baru!" Jira kemudian melepaskan kedua antingnya, jam tangan, dan juga cincin yang ia pakai. "Ini, sebagai uang muka." Gadis itu menaruh semua barangnya di meja nakas. "Sisanya aku akan bayar secepatnya, tidak usah khawatir."
Kemudian, Jira melangkah keluar dari apartemen Jean dengan menghentakkan kaki.
"Hei, Kim Jira! Kau benar-benar akan keluar dari perusahaan?!" seru Jean.
"Ya!" Jira berteriak kesal. "Aku tidak mau bekerja dengan bos hidung belang macam dirimu! Ah, sial sekali mataku yang suci sudah dikotori oleh ulah bejadmu!" Jira membuka pintu apartemen lalu menutupnya dengan sedikit bantingan.
"Y-YAK! AKU BELUM SELESAI BICARA!" Jean berteriak. "Sial!"
Kalau Jira sampai keluar dari perusahaan, maka bagaimana dengan aksi balas dendamnya? Sial, dia jadi pusing sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mr. Park
Fanfiction"Because everyone needs Park Jimin in their life." Dibalik nama besarnya, Jean V. Aiden mempunyai masa lalu yang cukup rumit. Siapa sangka jika pria penuh pesona itu ternyata mempunyai sebuah luka yang besar untuk seorang Kim Jira. Jean pikir, Jira...