• Kita dan Perpisahan

4.2K 697 185
                                    

Warning!
Chapter panjang. Segala macam keinginan untuk mengumpati Yo diperbolehkan. Hati-hati juga dengan segala macam typo karena Yo tidak berani membaca ulang ini. Jangan lupa juga baca author note di bawah. Sekian, terima kasih dan selamat membaca.























***

"Jira, kau baik-baik saja?"

Taehyung benar-benar tahu jika ia sangat bodoh jika menanyakan pertanyaan itu pada Jira. Gadis itu jelas tidak baik-baik saja. Bagaimana Jira bisa baik-baik saja setelah serentet kejadian ini?

Taehyung mendekati sang adik sepupu, menyentuh bahu Jira, membuat tubuh yang sudah kosong tanpa jiwa itu, menoleh ke arahnya. Tatapan Jira benar-benar memperlihatkan bahwa gadis itu memang sudah mati.

Taehyung rasanya ingin menangis. Ia tidak bisa, sangat tidak sanggup melihat keadaan Jira sekarang. Wajah Jira terlihat membiru, mungkin bekas dari pemaksaan si bajingan pemerkosanya.

Taehyung menggenggam kedua tangan Jira, menampakkan bekas memar yang ketara di tangan gadis itu. Padahal tadi memarnya tidak terlihat, tetapi sekarang semua memar itu membekas pada tubuh Jira.

Mata Taehyung berkaca-kaca. Ia menatap Jira yang hanya diam. "Apa sakit sekali?" Taehyung menyentuh pergelangan tangan Jira yang membiru.

Harusnya itu terasa sakit, tetapi kenapa Jira tidak merasakan apapun?

"Bicaralah, Jira. Jangan seperti ini. Aku benar-benar tidak bisa melihatmu begini." Taehyung mengelus pipi Jira.

Kemudian, setetes air mata meluncur mulus ke pipi Jira. "Oppa..."

"Ya, kenapa? Apa tubuhmu sakit? Mau ke rumah sakit sekarang?" Taehyung bertanya sambil menatap sepupunya dengan mata yang basah.

"Di sini..." Jira menyentuh dada kirinya. "Di sini terasa sesak sekali, Oppa. Apa kau tahu bagaimana menyembuhkannya? Benar-benar sakit sampai aku tidak bisa merasakan apapun sekarang."

Maka di sini, tangisan Taehyung pecah. Ia memeluk Jira dengan erat, merengkuh sosok yang begitu rapuh itu.

"Maaf. Maaf karena tidak bisa menjadi saudara yang baik untukmu, Jira. Maaf karena kau harus melewati semua ini. Andai saja ... andai saja saat itu aku menuruti hatiku untuk bertemu denganmu dan mengantarmu pulang, maka semuanya tidak akan seperti ini. Aku benar-benar minta maaf, Jira. Maafkan aku." Taehyung mengeratkan pelukannya.

"Bukan salahmu, Oppa. Ini semua karena aku. Nasib burukku. Aku pasti membuatmu malu, kan? Gadis menjijikkan macam diriku memang hanya bisa membuat orang lain kesusahan," ujar Jira.

"Apa yang kau bicarakan, Jira! Kau adikku. Adikku sayang. Jangan begini. Kau tidak membuatku jijik sama sekali, Jira." Taehyung melepaskan pelukan mereka. "Sekarang lebih baik kita pulang, oke? Kau belum tidur sejak kemarin, kan? Kau juga belum makan."

"Aku akan pulang sendiri. Oppa pulang saja. Terima kasih sudah berada di sampingku selama ini. Aku menyayangimu, Oppa."

"Jira, bagaimana aku bisa meninggalkanmu sekarang?" Taehyung menatap kesal ke arah Jira. "Aku akan mengantarmu. Ayo pulang."

Namun Jira memilih melangkah mundur. "Tolong, Oppa. Aku hanya ingin sendiri. Semua ini benar-benar tidak bisa kupercaya. Kumohon,"

Taehyung menghela napas kasar. "Oke. Tetapi berjanji padaku kau akan makan dan istirahat!"

Jira mengangguk pelan.

Gadis itu melangkah perlahan meninggalkan tempat kremasi itu sambil memeluk guci abu milik ibunya.

Dear, Mr. ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang