Jung Hoseok berlari sekuat tenaga di sepanjang lorong rumah sakit.
Tadi sore, pria itu dikabari oleh pihak rumah sakit bahwa Jira terlibat kecelakaan. Gadis itu berdiri di depan mobil boks yang melaju kencang, membuat tubuhnya tertabrak mobil itu.
Hoseok membuka pintu ruang inap dengan sedikit bantingan. Jira sudah dioperasi tadi, beruntunglah Hoseok bahwa ternyata dokter yang menangani Jira adalah kekasihnya, Ryu Haemi.
"Bagaimana keadaannya?" Hoseok bertanya pada Haemi yang baru saja mengecek Jira.
Haemi tersenyum. "Terima kasih pada Tuhan, dia baik-baik saja. Hanya ada sedikit luka di kepalanya. Beruntung sekali ia jatuh di atas semak, jadi keadaannya cukup aman. Kita hanya perlu menunggunya sadar."
Hoseok menghembuskan napas lega. "Syukurlah." Ia memeluk Haemi dan mencium pucuk kepala gadisnya. "Terima kasih sudah merawatnya."
Haemi tersenyum lembut. "Biasa saja. Adikmu juga adalah adikku, Hoseok."
Selanjutnya, Duo H itu serempak menoleh ke arah Jira yang melenguh. Gadis itu membuka matanya perlahan. Hoseok segera mendekati sepupunya. "Hei, Kim Jira, kau baik? Apa ada yang sakit?"
Jira menggeleng lemah. Kepalanya masih sedikit pusing. "Aku baik-baik saja."
"Bagaimana kau bisa melakukan ini sem-" Haemi menyentuh pundak Hoseok. Si gadis menggelengkan kepalanya. Hoseok pun menghembuskan napas panjang untuk menenangkan diri.
Hoseok menatap sang kekasih. Haemi tersenyum dan mengangguk. "Sepertinya aku harus meninggalkan kalian dulu. Aku akan kembali lagi nanti untuk mengecek Jira."
"Terima kasih, Haemi."
Haemi mengangguk dan mencium pipi Hoseok sekejap lalu pergi meninggalkan ruangan itu.
Hoseok pun kembali menatap Jira. "Kenapa kau lakukan ini semua, Jira?"
Jira memalingkan pandangannya, tidak ingin menatap Hoseok. Si pria sendiri mendengus kesal. "Apa kau sudah gila? Kau bisa mati, Jira!"
"Memang itu yang aku inginkan," ujar Jira. Gadis itu berbalik menatap Hoseok dengan wajah pucat dan mata yang basah. "Tadi Jimin Oppa datang ke rumahku." Jeda sejenak, Jira menarik napas panjang. "Dia bilang, dia ingin aku menghilang. Dia kesal, kenapa aku masih saja hidup dan bertemu dengannya."
Hoseok mendadak merasa lidahnya kelu.
"Oppa, apakah aku memang tidak seharusnya hidup? Apa aku sehina itu sampai dia pun berkata semenyakitkan itu?" Kemudian, Jira justru tertawa sumbang. "Benar. Bodoh. Aku memang hina. Lagipula apa yang aku pikirkan, hah? Jimin Oppa benar, akulah penyebab semua ini terjadi. Ini semua adalah salahku."
Hoseok mengepalkan tangannya dengan erat. Pria itu segera keluar dari ruang rawat Jira. Hoseok harus menyelesaikan semuanya sekarang. Dia harus menyadarkan adiknya yang sudah berubah menjadi bajingan tengik itu.
***
Jean membuka pintu apartemennya dengan malas. Ia baru saja akan tidur, tetapi bel apartemennya terus saja berbunyi. Jean jadi super kesal.
"Hyung? Kenapa ke sini?"
BUGHH!!
Jean tersungkur di lantai saat satu pukulan kuat dari Hoseok telak mengenai rahangnya. Jean mengusap ujung bibirnya yang mengeluarkan darah. Pria itu memandang Hoseok dengan tatapan marah dan kesal.
"Apa-apaan ini, Hyung!" Jean berseru keras.
"Kau yang apa-apaan, Bajingan!" Hoseok mecengkeram kerah kemeja Jean. "Apa yang kau katakan pada Jira?"
![](https://img.wattpad.com/cover/161229614-288-k47616.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mr. Park
Fanfiction"Because everyone needs Park Jimin in their life." Dibalik nama besarnya, Jean V. Aiden mempunyai masa lalu yang cukup rumit. Siapa sangka jika pria penuh pesona itu ternyata mempunyai sebuah luka yang besar untuk seorang Kim Jira. Jean pikir, Jira...