Seminggu terakhir ini Sejeong lebih banyak diem, padahal biasanya cewek itu suka usil, cerewet dan gak mau diem.
"Kamu kenapa?" tanya Doyoung. Pemuda itu terus menerus menanyakan hal yang sama.
Dan berkali-kali pula mendapat jawaban yang sama. "Gak papa."
Doyoung tuh ngerti pasti ada yang gak beres sama pacarnya, keliatan kok dari pandangan mata yang biasanya penuh binar sekarang keliatan agak kosong dari biasanya.
"Marah ya sama aku, gara-gara aku lembur waktu itu?" tanya Doyoung lagi.
Kalo diinget-inget sejak Sejeong nyusul Doyoung lembur seminggu yang lalu cewek itu jadi aneh kaya gini.
"Kamu mah, harusnya aku yang marah dong, kenapa kamu yang jadi marah gini sih???"
Sejeong menoleh, "aku gak marah."
"Terus kenapa diem mulu???? Jangan gini dong, kamu keliatan kaya orang lain kalo kaya gini." sahut Doyoung.
Cewek itu menatap Doyoung lekat, ditatap begitu lekat dan tajam membuat Doyoung merinding sendiri.
"Je—"
"Kamu gak bakal tinggalin aku, kan?" tanya Sejeong tiba-tiba. So random.
"Hah??????????"
"Sekalipun ada cewek yang lebih cantik dari aku suka sama kamu, kamu gak akan tinggalin aku demi dia kan?"
😭
Makin hari Sejeong makin aneh. Doyoung dapet banyak laporan dari teman-teman kerja Sejeong yang ngadu ke dia kalo pacarnya itu sering banget ngelamun, dan yang paling parah jadi lebih sering kena omel atasan karna kerjaannya gak bener.
"Je…"
Agaknya Sejeong cukup terkejut mendapati Doyoung yang saat ini berdiri di depannya. "Ayo pulang," ajak pemuda itu.
"Aku masih harus kerja," Sejeong menepis tangan Doyoung.
"Kamu masih mau kerja di saat gak bisa fokus gitu?" tanya Doyoung. "Ayo kita pulang,"
"Gak bisa," Sejeong kembali menepis tangan kekasihnya. "Aku gak mau dituduh makan gaji buta."
Sejeong kemudian melengos pergi, Doyoung menghela nafas dan beranjak menyusul gadis itu, kembali berdiri di depannya. Sengaja menghalangi jalan.
"Minggir," suruh Sejeong.
Doyoung menggeleng keras. "Gak mau."
"Doy—"
"Kamu kalo ada masalah bilang sama aku, jangan dipendem sendirian gitu." Doyoung memegangi kedua pundak Sejeong. "Cerita sama aku, kamu kenapa?"
Sejeong mendongak, menatap iris teduh Doyoung. Pikirannya kosong hingga tanpa sadar matanya kini meneteskan air mata.
"Kamu kenapa nangis??????????????"
Doyoung panik.
Berkali-kali Doyoung menyuruh Sejeong berhenti menangis tapi air mata gadis itu justru keluar semakin banyak.
"Kita pulang aja," Doyoung buru-buru merangkul Sejeong, menuntunnya keluar dari kantor.
😭
Doyoung biasanya cepat tanggap kalo soal mengatasi situasi dan kondisi gak terduga, tapi kali ini pemuda itu gak tau harus ngapain.
Buat Doyoung ini kali pertama dia lihat Sejeong nangis. After one year together it's the first time for him to see Sejeong cry.
"Sejeong—" sampai di mobil tangisan Sejeong justru makin hebat setiap kali Doyoung membuka suara.
Maka dari itu Doyoung hanya diam memperhatikan kekasihnya. Sejeong sendiri masih gak ngerti kenapa dia tiba-tiba nangis kaya gini.
Sejeong mengusap wajahnya lalu menoleh melihat Doyoung. "Doy—"
"Udah nangisnya?" sela Doyoung.
Sejeong menggeleng, air matanya meleleh lagi dengan sendirinya. "Dodooyyy...," gadis itu berhambur memeluk Doyoung erat.
"Udah dong nangisnya," Doyoung mengelus punggung Sejeong lembut.
"Jangan tinggalin aku ya?" ujar Sejeong.
"Tinggalin apa sih Je?? Aku gak kemana-mana kok," balas Doyoung.
Sejeong melonggarkan pelukannya, beralih mengangkat kepala guna menatap Doyoung. "Janji????" dia menyodorkan jari kelingkingnya.
Meski bingung Doyoung tetap menjabat jari kelingking Sejeong, "iya janji, sekarang cerita, kamu kenapa?"
Sejeong tak langsung menjawab, dia mengeratkan pelukannya dan semakin menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Doyoung.
Melihat Sejeong yang begitu manja sempat terbesit pemikiran di kepala Doyoung, jangan-jangan lagi datang bulan???????
"Jeje?"
"Inget si mbak cantik penunggu baru kantor kamu gak?" tanya Sejeong.
"Hm,"
"Dia beneran suka kamu, ngikutin kamu kemana-mana."
"Jangan mulai—"
"Aku serius," Sejeong menyela cepat, menatap yakin Doyoung yang saat ini sudah merinding sendiri.
"Ya terus?"
"Dia suka masukin orang, buat godain kamu." kata Sejeong lagi. Gadis itu kembali menyembunyikan wajah di leher Doyoung, sesekali mencium leher pemuda itu. "Aku takut…"
"Hah?"
"Hantu kaya dia bisa nekat lakuin apa aja, aku takut kamu direbut."
Doyoung mensejajarkan wajahnya dengan Sejeong, melempar tatapan yang sulit untuk Sejeong artikan.
"Kamu tuh konyol tau gak," ujar Doyoung. "Nangis hebat kaya gini cuma karna hal konyol kaya gitu,"
"Doy—"
"Ketakukan kamu tuh gak beralasan, buat apa cemburu sama hantu yang bahkan wujudnya aja aku gak tahu kaya gimana."
"Tapi Doy, dia cantik banget—"
"Percuma, di mataku kamu yang paling cantik."
Sejeong mendelik geli, tangannya kemudian menoyor kepala Doyoung. "Gombal dasar,"
"Dih aku serius,"
"Tau ah, dasar tukang gombal."
"Ya gak papa gombal sama pacar sendiri." Doyoung menangkup wajah Sejeong dengan kedua tangan. "Udahan kan nangisnya?"
"Menurut kamu?"
"Habis ini jangan nangis lagi ya," dia mencium sekilas bibir merah Sejeong. "Kamu jelek kalo nangis."
"Tadi katanya aku paling cantik, gimana sih." sungut Sejeong.
"Gak jadi ah, kamu jelek kalo nangis."
"Ohh gituu?????!!"
Doyoung tertawa. "Aku ngomong gini tandanya tuh kamu gak boleh nangis lagi tau,"
"Halah.,"
"Ih ngambek."
"Bodo."
Request buat LikeyLuv maaf kalo jauh dari ekspektasi hehehe. Buat yang mau request sok aja aku always open.,
KAMU SEDANG MEMBACA
If they
FanfictionKalo Sejeong dan Doyoung......... Sebuah bank book kisah Doyoung-Sejeong, mirip permen nano nano.