"Hello Sejeong,"Sejeong melangkah mundur ketika kepulan asap hitam itu mendekat ke arahnya. "Siapa?"
Terdengar suara tawa dari dalam kepulan asap hitam itu. "Aku yang telah menyelamatkanmu."
"Menyelamatkan apa?" Sejeong mendelik, bingung.
"Kau harusnya sudah mati." kepulan asap itu kembali berbicara, membuat Sejeong merinding hebat.
Ayolah mana ada asap hitam yang bisa bicara, jadi wajar kan kalau Sejeong merasa takut.
"Hoho… ini kali pertamaku melihatmu merasa takut," asap hitam itu kini menenggelami sejeong. "Woahh… aku rindu dengan rasa ini."
Sejeong semakin merinding dibuatnya. "Tunjukan dirimu, kumohon."
Kepulan asap itu kembali berkumpul menjadi satu, lalu terdengar suara gemuruh petir. Sejeong melihat ke atas, kilat tajam kini menghiasi langit gelap.
"Bagaimana dengan yang ini?"
"Ini, tubuh yang bagus."
Pandangan Sejeong kembali teralihkan, matanya melotot ketika melihat sosok laki-laki tanpa busana berdiri tepat di depannya."kYYAAAA!!" refleks kedua tangan Sejeong mendorong laki-laki itu, lalu segera berbalik badan sambil menutupi kedua matanya.
Si laki-laki terjatuh dan meringis. "Berani-beraninya…" dia beranjak, menjulurkan kedua tangannya lalu mencekik leher Sejeong dari belakang.
Sejeong meronta, nyaris tak bisa bernapas.
Tapi tiba-tiba si laki-laki melepaskan cekikannya, badannya merosot sambil tangannya yang memegangi leher.
Sejeong melirik ke belakang, "a-apa yang kau lakukan?"
Lalu suara tawa keras kembali menguar di udara. "Jadi aku dan kau saling terhubung?"
Sejeong mendelik tak mengerti. "Apa?"
"Nyawaku menjadi nyawamu, apa pun yang kau rasakan sekarang dapat kurasakan."
"A-apa?"
Kedua mata Sejeong langsung terpejam ketika laki-laki itu berpindah posisi. Berdiri di depannya.
"Dengar aku, makhluk rendahan."
Tubuh Sejeong rasanya bergetar hebat ketika sepasang tangan menariknya, mengurungnya di antara dada serta lengah kokoh laki-laki itu.
"Tubuhku sekarang milikmu, dan tubuhmu adalah milikku."
Suara rendah yang dibarengi dengan deru napas panas itu membuat bulu lehernya meremang.
Dagunya didorong ke atas, wajahnya jadi terangkat. Sejeong membuka kelopak matanya. Iris coklat Sejeong kini bertemu tatap dengan iris hitam kelam laki-laki itu.
Sejeong menahan napas ketika ibu jari laki-laki itu menyentuh ujung bibirnya.
"Jadi… tolong jaga tubuh kita dengan benar oke?"
Kepala Sejeong mengangguk kecil. Si wanita terlihat seperti anjing peliharaan, nurut sekali.
Si laki-laki tersenyum puas lalu mulai mengikis jarak wajahnya. "Anak pintar…"
Selanjutnya Sejeong merasa seluruh saraf tubuhnya kehilangan fungsi dan kedua kakinya seperi berubah menjadi jelly ketika bibir si laki-laki menempel di atas bibirnya.
Seketika langit gelap serta gemuruh petir itu menghilang, dalam sedetik berganti menjadi dinding berwarna hijau laut.
Sejeong terduduk dengan napas yang memburu. Keringat mengalir deras dari dahi serta lehernya. Dia melirik ke arah jam di atas nakas. Pukul dua dini hari.
Mimpi buruk lagi.
Mimpi buruk seolah menjadi makanan Sejeong setiap malam, tapi mimpi buruk yang barusan terasa begitu nyata.
Tangannya terangkat menyentuh bibirnya sendiri.
Basah.
Bibirnya basah.
Tidak, Sejeong bukan tipe orang berliur ketika tidur.
Dan sebanyak-banyaknya keringat yang mengalir dari dahinya, tidak mungkin kan sampai harus membuat bibirnya sebasah ini.
Jadi… yang barusan itu, sungguhan?
Jangan dibawa serius gengs, cuma selingan dan sayang kalau cuma berakhir di draft.
KAMU SEDANG MEMBACA
If they
FanfictionKalo Sejeong dan Doyoung......... Sebuah bank book kisah Doyoung-Sejeong, mirip permen nano nano.