Yang Doyoung ingat matanya masih menangkap sosok Sejeong yang asik bermain dengan air laut, tapi entah sejak kapan sosok itu mendadak raib.
Doyoung merutuki diri sendiri, sejak tadi dia hanya duduk di atas pasir lalu melamun, dan saat tersadar Sejeong malah hilang.
Hilang dari pandangannya.
Dua kaki panjang itu melangkah tanpa arah, kepalanya menoleh ke sana-sini dengan bola mata yang terus memindai sekitar mencoba untuk mencari sosok wanitanya.
Di saat kepanikan makin menenggelamkan Doyoung, sepasang tangan melingkari pinggangnya.
"Dor!"
Badan Doyoung berputar sempurna. Wajah Sejeong yang tersenyum sumringah itu membuat Doyoung merasa lega, tapi juga merasa kesal dan marah.
Tapi Doyoung meluapkan emosinya dengan merengkuh erat Sejeong.
"Sayang?" senyum Sejeong mulai luntur bersamaan dengan semakin eratnya pelukan Doyoung. "Kenapa?"
"Kamu dari mana aja sih?!" cetus Doyoung. "Gak tahu apa aku panik banget waktu gak bisa temuin kamu dimana pun,"
Alih-alih menanggapi perkataan suaminya dengan serius Sejeong justru tertawa keras.
Doyoung melepas pelukannya, wajahnya ditekuk dan keningnya mendelik sempurna. "Kok malah ketawa!!?"
Bener-bener deh Sejeong tuh gak ngerti Doyoung udah panik banget takut-takut kemungkinan buruk yang sejak tadi menghantuinya beneran terjadi, tapi yang dikhawatirkan malah ketawa???
Ini kalau Doyoung gak sayangg bangettttt mungkin Sejeong udah dilempar ke laut, terus dijadiin makanan hiu.
"Aku tuh tadi di tukang es kelapa situ tuh," sambil mencoba menghentikan tawanya Sejeong menunjuk ke arah tukang es kelapa. "Pas aku mau samperin kamu eh kamunya tiba-tiba pergi—"
"Ya aku nyariin kamu!" sungut Doyoung. "Aku tuh panik banget banget Kim Sejeong, demi Tuhan aku takut kamu—"
"Sshhh!!" telapak tangan Sejeong mendarat di atas mulut Doyoung, mencubitnya agar berhenti bicara. "Aku tahu kamu haus, sekarang minum es kelapa yuk!"
Langsung saja Sejeong menggandeng Doyoung menuju tukang es kelapa, yang digandeng menurut saja dengan mengeratkan genggaman tangan mereka.
"Es kelapanya satu lagi ya, Pak." ujar Sejeong pada si tukang es kelapa.
Keduanya duduk di pojok karena hanya tempat itu yang kosong, Sejeong sih tidak masalah karena dari sini pantainya terlihat sangat jelas. Tapi yang membuat wanita itu bingung adalah Doyoung yang tidak mau melepas genggaman tangannya.
"Doy, tangannya gak mau dilepas—"
"Gak." sela Doyoung. "Nanti kamu kabur lagi kalo aku lepas."
Sejeong tertawa lagi. "Apaan sih, ya terus kalo gak mau dilepas aku nya ngapa-ngapain jadi susah—"
"Biarin aja." Doyoung menyela lagi, wajahnya masih ditekuk kesal. "Aku tuh masih kesel tahu—"
Cup!
Bibir lembut Sejeong mengecup kilas bibir laki-lakinya. Tidak ada lumatan atau gerakan berarti, hanya sekedar menempel karena Sejeong masih sadar diri ini di muka umum.
"Cerewetnya mulai deh," Sejeong mengeluh, pura-pura mendesah lelah dan sengaja menyandarkan kepalanya di atas pundak lebar suaminya. "Moodku lagi bagus nih, jangan dirusak dongg!"
Doyoung menghembuskan napas kencang-kencang, bahkan dia sengaja mengarahkan lubang hidungnya pada arah pandang Sejeong.
"Ih! Apaan sih! Jorok!" sungut Sejeong dengan tangan yang mendorong wajah Doyoung menjauh. "Kalo upilnya tiba-tiba terbang keluar gimana?!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
If they
FanfictionKalo Sejeong dan Doyoung......... Sebuah bank book kisah Doyoung-Sejeong, mirip permen nano nano.