1. karena jidat

27.9K 2.7K 409
                                    

note: cerita ini fiksi, dan murni milik aku. mohon untuk tidak melakukan plagiarisme.

selamat membaca ❤

Pagi ini, di kediaman keluarga jidat. Mamah jidat sedang masak sarapan, papah jidat lagi minum teh di meja makan, dan dede jidat lagi maen game di depan kursi meja makan papahnya.

"De, tupperware yang kemarin belum keliatan. Ketinggalan di tas ya? Soalnya Mamah cuci piring nggak ada." tanya Wendy sambil memasak.

"Iya mungkin mah, Dede suka lupa." ujar Renjun yang masih asyik dengan ponselnya.

"Kamu jangan terus main game, itu lagi game baru? Bawa sana tupperware nya, kalo ketinggalan di sekolah. Mamah hapus dari KK" ujar Wendy yang menyimpan piring besar berisi nasi goreng dan omelet.

"Ini game dulu kok, Free Fire. Yaudah Dede mau ambil dulu itu." Renjun pun mengeluarkan permainannya dan pergi ke kamar mengambil tupperware bekas kemarin kelupaan di tas.

Pas dicari di tas, untung ada. Soalnya Renjun pelupa, kadang suka ketinggalan di kolong meja sekolah.

Renjun pun menyimpan tupperware di wastafel dan kembali duduk di meja makan.

Mereka bertiga pun duduk bersama di meja makan, peraturan 'jangan pegang ponsel'.

"Kamu ke sekolah gitu? Itu rambut nggak rapih banget." kata Chan yang gemas melihat poni rambut Renjun.

"Malo nggak ada guru bp sih nggak bakal di razia. Kalo ada dia ya kepaksa poninya harus di rapihin." ujar Renjun yang mengambil nasi beserta omelet ke piringnya.

"Yaudah rapihin dari rumah." kata Chan.

"Aduh Pah, justru itu. Renjun nggak suka, banyak banget anak perempuan jejeritan liatin Renjun nggak berponi. Jidat Renjun itu aurat, harus ditutupi." ujar Renjun yang mulai makan.

"Yaudah makan dulu, nanti ngobrolnya." kata Wendy.

Mereka semua pun makan bersama dengan kondisi hening. Tanpa suara televisi ataupun getaran ponsel.

Sudah menjadi peraturan bersama dari keluarga jidat ini.

Bagus juga sih.

Selesai makan, Renjun kembali lagi mengeluarkan suaranya.

"Mah, Papah kan dosen. Kenapa kira-kira bisa jadi dosen?" tanya Renjun kepada Wendy.

"Lihatlah lebarnya jidat papah, buat papah berpikir luas. Kamu juga harus gitu dong." jawab Chan yang memperlihatkan jidatnya. Aduh silau kek mentari menyinari bumi.

"Iya, terus terlinganya lebar. Katanya yang kaya gitu suka pinter." sambung Wendy.

"Terus kenapa Papah takut sama Mamah?" tanya Renjun.

"Karena Papah terlalu cinta sama Mamah, ya nggak Mah?" tanya Chan kepada Wendy.

Wendy langsung tersenyum kecut, "Bohong, kemaren aja Papah kamu masih senyam senyum sama temennya Jaehyun tuh." jawab Wendy yang sedikit mendelik.

"Mah, beliin Renjun topi dong." pinta Renjun.

Chan langsung natap Renjun. Topi? Buat apa?

"Topi SMA aja Mah, soalnya punya Renjun di pinjem Jaem, dan alhamdulillah si kembaran iqbaal pacar nurani itu nggak balikin lagi topi Renjun." kata Renjun lagi.

"Pake topi cuman hari Senin aja, pinjem ke Jaehyun gih." saran Chan.

"Nggak mau Pah, mau pake setiap hari sekarang." ujar Renjun.

"Lah buat apa?" tanya Wendy.

"Karena Mamah udah lahirin Renjun dengan keadaan jidat lebar." keluh Renjun.

Apa hubungannya?

"Kamu sering dibully karena jidat kamu? Atau jidat kamu buat matahari pantulin cahaya? Atau jidatnya suka dipake buat ngaca temen temen kamu?" tanya Wendy yang terus menerus.

Ya kepo, terus khawatir juga kalo anaknya emang ada diposisi gitu.

"Bukan Mah, udah Renjun bilang suka banyak anak perempuan yang histeris liat jidat Renjun. Padahal Renjun mukanya biasa aja." keluh Renjun lagi.

Chan menggelengkan kepalanya.

"Aduh, kamu itu suka tidak mengakui rezeki. Kamu itu tampan, lihat dong Papahnya." kata Chan yang langsung bergaya so keren.

"Yaudah nanti Papah kamu beliin pulang dari kampus." ujar Wendy.

"Oke."

Renjun pun bersiap-siap pergi ke sekolah. Begitu juga dengan Chan yang sama-sama bersiap-siap.

🌻


"Hey Renjun. Berhenti kamu!" seru guru BP yang selalu stand by deket gerbang.

Mampus!-Renjun.

Tadinya Renjun udah jalan biasa aja, tapi Guru BP sadar kalo Renjun rambutnya nggak rapih.

"Iya Pak?" sahut Renjun.

"Kamu kenapa rambutnya kaya gini?" tanya Guru BP, Johnny.

Guru BP pun mengacak poni rambut Renjun.

"Pak jangan." kata Renjun yang melihat Guru BP merapihkan rambutnya.

Poni Renjun disisir ke samping, otomatiskan jidat selebar gawang sepak bola itu kelihatan.

"Ya ampun Renjun! Jidat!" seru anak perempuan yang baru masuk melewati gerbang.

"Renjun? Renjun kan? Ganteng banget." tanya anak lain.

"Pak, ini Pak saya pake liptint. Razia aja Pak, biar bisa bareng bareng sama Renjun." pinta anak lain yang menyodorkan liptint kepada Pak Johnny.

Renjun langsung tertunduk, dengan wajah kusut dan merasa risih.

"RENJUN, KALO JIDAT KAMU KERINGETAN. INI ADA SAPU TANGAN YANG SIAP JADI LAP NYA!" Teriak yang lain.

"SEMUA KARNA JIDAT!" teriak Renjun.

[✔] keluarga jidatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang