"Papah!" teriak Renjun yang melihat Chan ada di cfd berduaan dengan seorang wanita.
Chan terlihat memegang lengan wanita tersebut. Kemudian mereka tertawa.
Anak mana yang tidak curiga dengan ayahnya ketika dia tertawa bersama wanita selain ibunya?
Renjun berlari ke arah Chan. Chan pun menoleh.
"Eh de—"
"Papah jahat! Kalo papah mau poligami bilang ke mamah! Jangan sembunyi punya hubungan dibelakang mamah!" pekik Renjun yang sudah nafsu dan menatap Chan dengan sinis.
Bukan pertama kalinya, di kampus saja Chan terkadang suka tebar pesona dengan gadis gadis remaja yang baru saja masuk kuliah.
"Tapi ini—" ucapan Chan lagi-lagi terpotong oleh Renjun.
"Papah jahat! Papah udah nggak sayang mamah! Untuk hari ini, papah nggak Renjun anggap sebagai papah" pekik Renjun yang menghentakkan kaki dan pergi.
Renjun pergi dengan rasa sakit hati, sedih juga. Resiko punya orang tua ganteng ya emang gitu.
Perasaan Renjun tak karuan, ingin marah tapi kepada siapa? Akhirnya Renjun pun berhenti berjalan dan duduk di depan toko sepatu.
"Kamu kenapa?" tanya seorang gadis yang melihat Renjun merenung dan duduk di sisi jalan.
"Nggak papa" jawab Renjun lesu.
"Ih kamu, aku tanya jawab nggak papa. Muka kamu jelek gitu kaya ada beban. Kamu kenapa?" dumel gadis itu.
"Mau marah, tapi nggak bisa" jawab renjun, gadis itu mengerti. Renjun bukan tipikal orang yang meluapkan amarah dengan lantang.
"Mau ditemenin pulang nggak?" tanya Renjun ke gadis itu, supaya dia tidak banyak bertanya.
"Yaudah boleh" ujarnya.
—
"Renjun" panggil Chan yang melihat Renjun baru saja pulang. Ya pulang telat, abis jalan-jalan sambil ngobrol bareng someone.
"Hmm" sahut Renjun yang berjalan masuk ke rumah dengan wajah tanpa gairah.
"Kamu salah paham" ujar Chan yang menghampiri anaknya.
"Hmm"
"De, papah serius"
"Hmm" lagi lagi Renjun hanya ber-hmm-ria.
"Ini anak member baru grup sabyan kali ya?" dumel Chan yang kesal juga.
"Iya, jadi dancernya" jawab Renjun datar.
"Papah serius!" kata Chan menekan.
"Ya menurut papah Renjun becanda?" Renjun menatap papahnya itu dengan serius.
"Kan kamu itu belum denger papah—" Renjun memotong lagi pembicaraan Chan.
"Udah pah, Renjun cape!" pekik Renjun yang masuk ke kamar dan membanting pintu.
Kebetulan di dalam kamar ada Wendy yang sedang membereskan pakaian Renjun ke dalam lemari.
"Kamu marah sama papah kamu?" tanya Wendy, tangannya masih sibuk dengan pekerjaan yang dia lakukan.
"Tau tuh, tanya dia. Abis sama siapa tadi pagi" jawab Renjun yang merebahkan diri di atas kasur.
"Jangan musuhan terus sama papah" ujar Wendy. "Kemarin kamu marah cuman karena dia bilang nggak anggap kamu anak"
Renjun menghela nafas dan duduk di kasurnya.
"Mah, Renjun kemarin nggak marah. Itu becanda. Toh malemnya Renjun bantuin papah lagi, main game bareng papah, nonton sule bareng-bareng" ujar Renjun.
"Cuman hari ini Renjun marah beneran sama papah, Renjun nggak ngerti. Kenapa Renjun punya papah yang ganteng mah? Kenapa?" tanya Renjun.
"Apa nggak bisa papah jadi jelek? Dia tuh kadang keliatan nggak kaya tebar pesona, tapi karena kegantengan yang terlalu berlebihan jadi kaya yang tebar pesona" lanjut Renjun.
Wendy hanya terkekeh mendengarnya, "jangan marahan terus ah. Mamah nggak suka" ujar Wendy.
Renjun menunduk.
"kalo mamah nggak suka, Renjun akan berusaha nggak marah sama papah"
"Nah gitu dong de" wendy mengacak rambut Renjun.
"Mamah nyimpen uang jajan di laci lemari baju kamu. Jangan bilang papah yah, biar kamu dapet uang jajan lagi dari papah"
Wendy pun keluar kamar Renjun.
—
"Kamu emangnya udah ketemu siapa?" tanya Wendy.
Mereka berdua sedang di kamar, supaya obrolannya tidak terdengar oleh Renjun.
Chan duduk di ranjang dan Wendy berdiri membelakangi Chan dengan jarak yang cukup jauh.
"Seohyun" jawab Chan.
"Tidur diluar ya hari ini" ujar Wendy, tanpa ekspresi apapun.
"Tapi—"
"Walaupun kamu tidur di luar, aku kasih kamu bantal sama selimut kok. Biar nggak kedinginan" potong Wendy.
Anak sama ibu itu sama. Sama sama suka potong pembicaraan.
"Kamu marah?" tanya Chan baik-baik.
"Memangnya semenjak aku rumah tangga sama kamu. Apa aku pernah marah? Pernah nggak aku menunjukkan sisi amarah aku ke kamu? 17 tahun aku rumah tangga?" tanya Wendy yang masih membelakanginya Chan.
"Maaf, tapi itu kejadian nggak sengaja. Ya, kamu nggak pernah marah sama aku. Ngebentak aku pun nggak pernah, dan kalaupun marah. Kamu lebih milih nyuruh aku tidur di luar dan nangis sendirian di kamar" ujar Chan yang berdiri dan menghampiri Wendy.
"Aku cuman nggak tau cara marah gimana" kata Wendy.
"Tapi kamu buat aku khawatir, karena kamu yang selalu nahan marah sampai nangis. Itu buat aku lebih sakit" kata Chan dengan nada yang sendu.
Dia berjalan menghampiri Wendy dan menggenggam tangannya.
"Liat aku yang" kata Chan.
"Nggak mau" lirih Wendy.
Suara Wendy terdengar lemah, Wendy menangis kecil karena tidak tahan dengan air matanya.
"Sini" Wendy langsung memeluk Chan. Dan tentu saja Chan membalas pelukannya.
"Jangan nangis" Chan mengusap punggung Wendy.
"Nggak" jawab Wendy, tapi masih ada air mata yang membasahi bahu Chan.
"Mau peluk dulu, sebelum kepergok Renjun" ujar Wendy.
Seperti yang diketahui, mereka memang sering tertangkap basah pacaran oleh Renjun.
"Yaudah" Chan memeluk Wendy semakin erat.
Berpelukan cukup lama, akhirnya mereka melepaskan pelukannya.
"Renjun kok nggak bersuara ya?" tanya Chan.
"Kita cek yuk" Wendy menuntun Chan untuk keluar kamar.
Saat membuka pintu untuk keluar dan menutupnya kembali. Wendy melihat sebuah sticky note berwarna hijau.
"Renjun mau nginep di rumah temen, pah maafin Renjun ya. Cuman pengen main aja. Hehehe"—dede Renjun.
"Renjun kabur?!" tanya Wendy terkejut.
—
Hai,, jangan lupa vote and coment 💙
Jadi Seohyun itu siapa? Kenapa bisa buat Renjun dan Wendy marah? Jawaban ada di chapter selanjutnya. Beserta gadis yang bersama Renjun :))
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] keluarga jidat
Fanfiction» wenyeol renjun « Selamat datang di Keluarga Jidat, dimana jidat adalah daya tarik dan pesona mereka. ⚠; berlatar tahun 2018 ⚠: tersedia renkyung moment, close aja kalo masih komen kapal lain. ⚠: tidak direvisi, takut komennya hilang. Semua terbent...