13. Mabar | [1] Titip Renjun

7.7K 1K 26
                                    

mau ngasih tau weh nggak jelas :v


⚠⚠⚠

"Njun, ada pasar malam loh!" seru Jaem yang menggebrak meja Renjun. Disusul oleh Jeno dan Haechan yang ikut menghampiri Renjun.

"Emang ada apaan di pasar malam?" tanya Renjun. Jujur aja, Renjun memang belum pernah ke pasar malam. Karena izin dari Wendy yang cukup sulit.

Kalo Chan yang boleh boleh aja, kan bisa punya waktu berdua sama Wendy.

"Ada mini dufan! Wahana nya itu bisa keliling desa gitu. Ada kora-kora, terus korsel, yang kaya kincir. Cuman bentuknya kecil" kata Jeno antusias.

"Yaudah boleh kuy" Renjun setuju.

"Diizinin nggak nih sama mamahnya?" tanya Haechan.

Renjun menopang dagu, Wendy itu terlalu sayang sama Renjun. Saking sayangnya Renjun dilarang main sampai makan di luar. Katanya semua lebih baik di rumah. Kalo main sama temen di rumah aja, jangan keluar rumah.

"Ohya, gue anter deh lo ntar pulang sekolah. Hari ini kan pulang jam 5. Nah ntar gue mampir ke rumah lo, abis izin kita otw dulu" ujar Haechan.

"Lah? Lo mau ke pasar malam pake seragam?" tanya Jeno yang menatap Haechan.

Kemudian Haechan berfikir sejenak.

"Ntar gue mau pake celana olahraga bawahannya. Terus atasan pake hoodie yang ada di tas. Gue udah izin mamah kok buat kesana abis sekolah" ujar Haechan.

Mereka bertiga mengangguk berjamaah dah menyetujui rencana Haechan.

⚠⚠⚠

Sepulang sekolah, keempat sejoli ini pulang ke rumahnya masing-masing. Kecuali Haechan yang ikut ke rumah Renjun.

Waktu di rumah Renjun, Haechan melihat Wendy dan Chan memasak di dapur. Berdua, kaya orang pacaran gitu lah.

"Jun, sumpah ya. Demi gue kecipratan ganteng bapak lo. Mereka berdua tuh nggak nyadar umur apa gimana sih? Bisa-bisanya romantisan depan anak" bisik Haechan kepada Renjun yang masih memperhatikan Chan dan Wendy memasak bersama seromantis drama korea.

Mereka berdua pun berjalan menghampiri Wendy dan Chan.

"Eh, udah pulang. Aduh maaf ya tangannya kotor" ujar Haechan yang ingin meraih tangan Wendy untuk salam tetapi Wendy menolaknya.

"Tumben ada Haechan" kata Chan. Memang biasanya Haechan jarang datang ke rumah Renjun kecuali kalo mau minjem PR.

Renjun menatap Chan "Pah masak apa?" tanyanya.

"Ini masak bulgogi, bentar ya mau cuci tangan dulu" kata Chan yang berlari kecil ke arah wastafel.

Renjun dan Haechan berdiri berhadapan dengan Wendy. Sebenarnya Haechan juga agak takut minta izin ajak Renjun.

"Tante, boleh nggak Haechan ajak Renjun ke pasar malam?" tanya Haechan.

Wendy diam sejenak, Renjun dan Haechan kompak mengigit bibir bawah mereka karena gugup dan takut juga.

"Padahal tante juga mau kesana, tapi kalo kamu mau bawa Renjun bareng juga nggak papa" jawab Wendy.

Mereka berdua pun bernafas lega, akhirnya Wendy menjawab sesuai ekspetasi mereka.

"Bilang aja tante mau pacaran sama om. Terus minta aku asuhin Renjun" sindir Haechan yang senyum-senyum.

Chan pun menghampiri mereka bertiga lagi.

"Bener kamu, pinter. Nih buat jajan" kata Chan yang memberi uang Rp. 50.000 untuk Haechan.

"Wah makasih Om, untung gue nganter Renjun sendiri. Kalo bawa si Jaem sama si Jeno. Harus bagi tiga" ujar Haechan yang langsung menyimpan uang itu di saku celana olah raganya.

"Yaudah, kamu makan dulu disini ya" kata Wendy.

Haechan langsung semangat dong pastinya, saku terisi. Pulang ke rumah perut ikutan terisi juga.

⚠⚠⚠

"Tante tante, mau naik wahana sama Om?" tanya Haechan.

Chan dan Wendy saling menatap, ukuran wahana cukup untuk ukuran anak remaja. Memangnya Wendy dan Chan bisa masuk?

"Bisa gitu?" tanya Chan.

"Bisa dong Om, asal bayar. Kalo ke Dufan suka penuh. Udah main disini dulu Om" jawab Haechan antusias. Mungkin efek udah dikasih jajan jadi semangat.

"Terus Renjun gimana?" tanya Wendy.

"Yaampun tante, percaya aja sama Haechan. Nanti dia bareng anak-anak lain kok Tan. Tante kalo mau pulang telepon aja ya" ujar Haechan.

Wendy pun mengangguk mengerti, sedangkan Renjun hanya ikut-ikut saja. Yang penting dia bisa bebas tapi mamah papah nya nggak khawatir.

"Om titip Renjun ya" kata Chan.

"Oh siyappp!!!" kata Haechan yang melakukan salam hormat.

Chan pun langsung menuntun tangan Wendy untuk berjalan bersama. "Duluan ya" pamit Chan.

"Yang lama yang Tante!" teriak Haechan.

Setelah Wendy dan Chan menjauh, Haechan langsung mengajak Renjun pergi menuju arena tempat belanja.

Mereka masih berdua, soalnya anak-anak ngajak ketemuan di area belanja dekat gerbang masuk.

"Eh, Nakyung" sapa Haechan yang melihat Nakyung melewati mereka bersama Seoyeon, Daehwi dan juga Somi.

"Ari sia nanaonan sih Haechan ngagoda cewe batur" ujar Daehwi dengan logat sundanya.

"Apasih, lo ngomong apa?! Nggak ngerti gue. Translate coba!" pekik Haechan.

Mereka pun saling adu melotot (?) sedangkan Renjun dan Nakyung kebetulan berdiri berhadapan.

"Temen lo yang lain mana?"

Akhirnya, Nakyung pun nanya Renjun.

"Ini lagi mau ke gerbang, nunggu mereka" jawab Renjun.

Mereka berdua pun kembali diam.

"Eh ya, gue cabut dulu" ujar Somi yang langsung menarik Seoyeon dan Daehwi supaya menjauh dari Renjun dan Nakyung.

Tidak lupa, Daehwi pun ikut menarik Haechan supaya menjauh juga.

"Hey, mau pada kemana?!" tanya Nakyung sedikit berteriak karena mereka mulai menjauh.

"Ini mau ke jemput Siyeon sama temen Haechan di gerbang!" teriak Somi.

Dan sisa mereka berdua, berdiri saling berhadapan. Tapi nggak ada yang ingin berbicara terlebih dahulu.

"Ekhem" Renjun pura-pura batuk untuk mencairkan suasana.

"Lo, ke-kenapa bisa diizinin keluar malem?" tanya Nakyung kaku.

"Haechan yang minta izin, kebetulan mamah juga sama papah kesini" jawab Renjun.

"Maaf ya"

"Buat apa?"

"Soal waktu pas ke acara Siyeon. Jujur gue tersentak sama perkataan tante Wendy" jawab Nakyung.

"Emang mamah bilang apa?" tanya Renjun.

"Katanya kamu galau karena chat nya dibaca aja" jawab Nakyung.

Seketika Renjun pun meloto kaget.

Ya ampun mamah, kenapa bilang sama orangnya. Harga diri Renjun sebagai anak cowok pun menciut— Renjun.


⚠⚠⚠

Oke, ini nggak jelas.

Nanti aja part. 2 nya untuk judul mabar (main bareng)


[✔] keluarga jidatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang