Part 21

2.6K 293 18
                                    


Hwa-young POV





Setelah keluar dari kamar mandi, aku mengeringkan rambut dan menyisirnya. Tak lupa mengecek cermin agar memastikan diriku terlihat tidak berantakan setelah keramas pagi. Aku tersenyum lebar melihat kondisi ku yang jauh lebih baik dari hari-hari ku sebelumnya.

Tiba-tiba terlintas di ingatanku tentang pria kemarin malam. Tunggu, aku bahkan belum tahu nama pria bertubuh tinggi dan proporsional itu. Aku memutuskan untuk pergi turun dan menemukan ia sedang sibuk memasak sesuatu.
Dari aroma yang menyebar aku dapat menebak makanan itu.

"Pancake?" tanya ku dari balik punggungnya. Ia menoleh sedikit kaget dengan kehadiran yang tiba-tiba.

"Oh? Iya. Kau mau?" Ia mencuil sedikit dan menjulurkan nya padaku. Aku tanpa berpikir lagi langsung memakan dari suapannya dan menggumam kecil karena rasa manis yang memenuhi mulutku. Netranya memandangku dengan kesenangan diikuti garis bibirnya yang terangkat.

"Enak!" seru ku gembira. Senyumnya melebar menunjukkan gigi kelinci yang kemarin belum sempat kulihat. Ia terlihat sangat manis dengan wajah yang tampan dan tubuh yang besar. Kelinci bertubuh besar. Muscle Bunny.

"Kalau begitu kau bisa tunggu dan duduk di sana? Aku akan menyiapkannya untukmu."

Tapi, aku menggelengkan kepala dengan yakin. Tatapannya menjadi penuh pertanyaan dengan sikapku.

"Aku akan membantumu! Haruskah aku menyiapkan sesuatu?" aku membalasnya dengan senyum yang lebar. Ia terkekeh kecil lalu menunjukkan ku untuk menyiapkan dua gelas susu. Aku dengan sigap melakukannya tapi, harus terhenti karena tubuh yang tak terlalu tinggi ini tak bisa menggapai gelas yang letaknya di lemari. Aku mendesis sebal sembari tak menyerah untuk memaksa tubuh kecilku.

"Bilang jika kau tidak bisa mengambilnya." Aku mendengar ia mendekati tubuhku dari belakang untuk mengambil dua buah gelas kaca dari sana. Aku terdiam karena malu dan hanya bisa berterima kasih atas bantuannya.

"Ngomong-ngomong nama mu siapa?" tanyaku memecahkan kesunyian kecil. Mataku terjun pada gelas yang sedang kuisi dengan susu.

"Ah, aku bahkan lupa untuk memperkenalkan diri. Aku Jeon Jungkook! dan kau?"

"Aku Choi Hwa-young."

Ups, maafkan aku marga suami yang terbuang. Aku lebih nyaman dengan nama lahirku.

"Umurmu?" tanya Jungkook.

"Dua puluh tiga. Kau?"

Jungkook yang selesai dengan penggorengan mendekatiku dengan membawa dua piring Pancake yang tertata rapi. Ketika aku menoleh, iris cokelatnya yang lebar menatap.

"Dua puluh satu! Hai noona !"

"Kau mengejek umurku?"

Jungkook tertawa hebat melihat wajah kesalku yang sekelibat datang. Ia berubah dari laki-laki penyelemat yang mempesona menjadi bayi besar yang nakal. Aku memukul kecil pundaknya ketika ia melancarkan lelucon lain yang mengejek.

"Aku kira, wah wanita ini pasti lebih muda dari diriku, tapi saat ia berjalan sudah seperti nenek-nenek!"

Tawanya meledak dan itu yang memecahkan suasana kaku di antara kami. Seakan-akan kami teman lama dan bukan orang asing yang baru bertemu kemarin malam. Aku sudah lama tidak merasakan kebahagiaan dan kebebasan yang meletup-letup seperti ini. Mungkin takdir sudah membawaku ke tempat yang aman bersama kelinci ini. Jeon Jungkook.

Kami sedang bergurau dan berbagi opini serta hobi di salah satu meja di kafe itu. Kafe nya buka pukul 7 dan ini masih jam 6 pagi.

"Oh, noona? Bolehkah aku meminta nomor telepon mu?" tanya Jungkook. Aku terangguk menampilkan senyuman.

Different (MYG) - ON HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang