Part 26

2.2K 246 15
                                    

Yoongi POV

Akhirnya setelah sekian waktu aku mencari Hoseok, tibalah sore hari di mana kami akan bertemu. Sejujurnya aku tidak 100% yakin kalau pria itu menanggapi serius memo kecil yang aku berikan tadi pagi. Atau seharusnya aku meminta nomor teleponnya? --tidak juga. Akan aneh jika aku langsung memintanya karena kami hanya dua kali bertemu.

Mungkin benar jika Hoseok pria yang baik. Buktinya, ia hadir dan sekarang duduk santai di hadapanku. Aku sempat bertanya-tanya kenapa ia bisa bersikap tanpa rasa waspada terhadap orang yang belum ia kenal dengan baik?

Guess what's his answer?
Very simple.

"Kita harus selalu berpikiran positif dan tidak membuat asumsi aneh yang malah menambah kepanikan sendiri."

Oh, hal itu bisa menjadi alasan untuk kematiannya. Menaruh kepercayaan terlalu besar pada seseorang akan membunuhnya.

Aku mulai rencanaku dengan percakapan sederhana yang ringan. Awalnya ia mengeryit ragu akan tujuanku menanyakan hal-hal kecil padahal kami belum terlalu mengenal. Lagi-lagi karena ia pria yang baik, Hoseok membiarkan cerita terluncur dari mulutnya. Ia bukan orang yang sulit, rencanaku pasti akan berhasil.

"Hobimu?"

Ketika aku mengangkat topik tersebut, ia memberiku tatapan sekilas dan bibirnya mengulas senyum.

"Aku suka menari. Aku ingin menjadi penari."

Ia tanpa titahku menceritakan panjang lebar tentang mimpi dan keinginannya. Matanya berbinar sepanjang cerita itu dan aku mulai terbiasa mendengar intonasi suaranya. Keinginan yang menggebu itu mengundang ide brilian ke otakku.

"Bagaimana kalau kau ikut audisi di agensiku?"

"Agensi? K-kau pemilik agensi? Apa aku sedang berhadapan dengan seorang bos?"

Aku terkekeh tak memboroskan suara, reaksi yang ia tunjukkan sesuai dengan harapanku. Cairan gelap yang mengadu rasa manis dan pahit kembali kuteguk. 
Sementara pandangan mata yang mengedar ke arah luar dengan tak sengaja menangkap figur seseorang yang cukup familiar.
Ia tengah tersenyum dan bercakap dengan pria tinggi di sampingnya. Ekspresi berbunganya luntur seketika ia menangkap manik tajamku --tak tertinggal senyum jahat yang berusaha lolos dari sudut bibirku.

Tidak perlu menunggu detik selanjutnya, wanita itu meraih tangan pendampingnya dan mereka berdua berbalik untuk lari.

Melarikan diri, hm?

"Tidak kusangka. Agensi mana yang kau kelola?"

Pikiranku buyar saat Hoseok kembali bertanya. Tapi, aku tak punya banyak waktu selagi kedua orang tadi telah berlalu pergi.

"Aku harus pergi. Hubungi saja nomorku jika kau membutuhkan sesuatu. Kau akan baik-baik saja, kan?"

"Ah, tidak apa-apa. Aku mengerti kau sibuk. Aku akan menghubungi nomormu nanti."

Aku mengulas senyum puas sebelum berlalu dengan topi dan masker yang kembali terpasang.
Kakiku berjalan cepat menuju tempat parkir yang tidak jauh dari tempat pertemuan.

Kalian pikir aku akan repot-repot mengejar mereka berdua?
Cih, bukan gayaku sama sekali.
Untuk apa ponsel diciptakan menurutmu?

"Datang ke tempat parkir dekat kafe tadi. Tidak ada penolakan atau kekasihmu itu hanya akan tinggal nama."

Lihat saja, Choi Hwa-young.






Hwa-young POV

Sial, kenapa harus ada lalat di momen manis seperti ini?

Different (MYG) - ON HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang