Part 25

2.5K 262 18
                                    

Pengeras suara di sudut kafe Jungkook menyalurkan semangat tersendiri bagi pria bernama Hoseok. Baik tangan maupun kakinya tidak ingin berhenti dari gerakan yang ia buat secara langsung ketika menangkap asyiknya melodi lagu tersebut. Kegiatan hiperaktifnya tidak mengganggu sama sekali, bahkan hatinya berbunga ketika beberapa pembeli memuji gerakan yang ia buat. Bibirnya tak mengenal lelah untuk tersenyum lebar, prinsip dasar yang ia tanam adalah tersenyum di semua keadaan. Dengan tersenyum ia dapat merasa kuat dan tiada yang tahu kapan secarik senyuman secara tidak sengaja akan mengubah hidup seseorang.

Hoseok menghabiskan waktunya untuk bekerja di kafe kecil milik Jungkook semata agar ia dapat mengulur waktu hingga bakat menarinya diterima suatu agensi. Mimpi terbesarnya hanyalah menjadi apa yang ia telah inginkan sejak kecil, seorang penari yang tampil di panggung megah --membuat orang yang melihatnya menjadi bahagia, tepatnya.

"Silakan ditunggu. Selamat pagi, apa yang ingin anda nikmati pagi ini?"

Pria di hadapan Hoseok menarik sekilas masker hitamnya, membiarkan Hoseok untuk mengamati dirinya sementara ia mengatakan hal yang ia pesan.

"Americano."

Klik --ingatan pria kelahiran Gwangju itu segera menyadari sosok bernuansa hitam pada pakaiannya. Mata yang menyorot tajam dan bibir tipis yang entah mengapa Hoseok masih mengingatnya. Tidak lupa kulit yang begitu pucat dipadukan dengan leather jacket hitam
--begitu unik dan familiar di matanya.

"Tunggu, bukannya kau --kita pernah bertemu? kau temannya Choi Hwa-young?"

"Oh, aku kira kau tidak mengingatku. Maafkan karena berprasangka buruk."

Hoseok menggunakan telapak tangannya untuk menutup gelak tawanya, aura gelap yang pria itu pancarkan tidak cocok dengan kata-kata yang baru ia sampaikan. Namun, ketika selembar catatan kecil jatuh di meja kasir, Hoseok memiringkan sisi kepalanya. Tanpa memberi kalimat penjelas, pria itu berbalik badan meninggalkan kafe sekaligus pesanannya.

"Dasar, apa ia lupa dengan  americanonya? Pria aneh."

Dan di atas kertas itu tertulis jelas nomor telepon beserta sebuah alamat dan jam. Pertemuan? Hoseok terkekeh kecil dan meneruskan pekerjaannya. Sementara kertas kecil tadi terlipat jatuh di saku baju hangat Hoseok.

*
*
*
*
*

Dengan gerakan cepat Yoongi meninggalkan kafe sibuk tadi. Targetnya sudah diberi umpan
--hanya perlu menunggu Hoseok memakan umpan dan menariknya. Ia tertawa kecil, puas dengan hasil pengamatan Taehyung yang cepat dan akurat. Pria itu berhasil menemukan sosok Hoseok yang mungkin bisa ia jadikan bahan untuk menyingkirkan Hwa-young dari kehidupan leluasa Yoongi.

Ia ingin Hwa-young pergi dari hidup Yoongi dengan kemauan wanita itu sendiri. Awalnya Yoongi yakin kalau Hwa-young akan segera mengadukan segala perbuatan kasar yang ia lakukan pada istrinya itu. Tapi, dengan berjalannya waktu ia mengerti bagaimana sosok lemah itu masih menahan segala penyiksaan karena ingin kedua orang tuanya bahagia.

Itu konyol, setidaknya bagi seorang pria yang hanya memikirkan individunya sendiri seperti Min Yoongi. Ia tidak ingin mengorbankan dirinya untuk kebahagiaan orang lain, hal itu hanya dilakukan orang bodoh. Itulah penilaian dari otak Yoongi yang terlampaui rasionalnya. Kali ini ia berharap usahanya akan berhasil membuat Hwa-young jijik dengan mengetahui sisi tidak normal Yoongi sehingga ia akan mengajukan perceraian.

Kenapa tidak membuat masalah ini sederhana? Yoongi hanya perlu menggugat cerai Hwa-young dan selesai.

Tidak. Ini tidak sederhana seperti yang kalian pikirkan. Harga diri Yoongi sangatlah rumit dan terlalu berat untuk diturunkan. Dia tidak ingin terlihat sebagai sisi jahat dalam hubungan ini, Hwa-young yang akan jadi penjahat dan mengakhiri pernikahan.

Different (MYG) - ON HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang