Part 22

2.5K 287 32
                                    

Author POV

Jantung Hwa-young berdetak kencang dan keringat dingin terus keluar ketika perjalanan 10 menit itu mencapai kawasan yang kini terlihat nyaman dan indah. Pohon hijau yang tertutup salju menyembunyikan salah satu rumah besar yang tak pernah ingin Hwa-young kunjungi lagi. Tapi, takdir begitu membencinya sehingga netra wanita itu harus melihat dinding putih yang mengitari bangunan itu.

Pintu besar rumah itu kembali mengingatkan usahanya untuk kabur di memori Hwa-young yang hampir runtuh karena tekanan mental. Ekor matanya melirik pria yang duduk dengan mata terpejam, pria yang tidur dengan tenang.

Apa yang akan ia lakukan untuk hukuman kali ini? Mengurungnya seumur hidup? Hwa-young tidak ingin dan tidak sanggup untuk membayangkan keadaannya saat itu. Hati kecilnya masih sangat enggan untuk melepaskan momen hangat yang ia rasakan dengan Jungkook. Ia yakin kali ini Yoongi tidak akan main-main memberinya hukuman. Ia terlalu percaya diri pada usaha kabur dari genggaman pria psikopat.

Jujur saja, ia masih merasakan ketakutan yang sama ketika dirinya melihat Jungkook tergores pisau yang dingin dan tajam sementara Yoongi yang tersenyum puas melakukan ancaman.

"Masuk ke rumah dan tunggu hukumanmu." titah Yoongi singkat. Hwa-young yang bergidik ngeri hanya dapat menurut disertai doa yang ia serukan di dalam hatinya.

Namjoon membukakan pintu mobil untuk Hwa-young, laki-laki itu menyambut dengan wajah bersalah. Tetapi senyuman Namjoon masih mengembang samar, tak ingin Yoongi tahu tentang kepeduliannya terhadap wanita yang kini berjalan dengan tarikan di borgolnya.

"Oh Tuan Min, anda sudah pulang? Dan kau? Tch.." ujar Hyera sinis ketika kedua maniknya menangkap eksistensi Hwa-young.

"Sudah kau siapkan ruangan nya?"

"Sudah. Tapi, Tuan Park sedang mengunjungi anda. Ia ada di ruang tengah."

Baik Namjoon maupun Yoongi sama-sama terkejut dengan kedatangan Jimin. Sementara Hwa-young berusaha membunuh rasa takutnya yang tiada tara. Saat tangan dingin Yoongi menarik ujung borgol, Hwa-young otomatis mengikutinya dari belakang. Hal ini membuatmu kaki lemasnya berjalan terhuyung-huyung menuju ruang tengah.

"Oh, hyung? Kau mendapatkannya?" tanya Jimin entah yang ditujukan pada Namjoon atau Yoongi membuat keduanya mengangguk.

"Dia benar-benar diculik HyungJoon?"

"Ada apa kau kesini?" tanya Yoongi tak mempedulikan pertanyaan Jimin. Jimin mengulum senyumnya, mencoba mengerti keadaan mantan kekasihnya itu.

"Aku sudah menduga semua ini. Kali ini tolong dengarkan aku, biarkan aku membantumu melindungi Hwa-young."

Mendengar nama istrinya terucap, penglihatan Yoongi melirik tajam. Di sampingnya, Hwa-young terlarut dalam pertanyaan akan maksud rencana Jimin.

"Melindungi? Apa yang bisa kau lakukan untuk melindunginya? Dia tertangkap karena kabur. Selama dia dikurung di sini, tidak ada yang hilang."

Perasaan ragu akan permintaan Jimin hilang seketika setelah mendengar kata 'dikurung'. Kini ia sangat berharap Yoongi akan menyerahkan pengawasan pada Jimin. Di mata Hwa-young laki-laki penuh senyuman seperti Jimin tidak bisa melakukan kejahatan.

"Itu mungkin kebetulan. Tapi setelah ini aku yakin rumahmu tidak akan aman lagi. Kau tahu bagaimana keras kepalanya HyungJoon, bukan?"

Yoongi terdiam memutar pikirannya. Tidak ada keinginan yang menggebu untuk melindungi Hwa-young, karena tiada artinya. Namun, jika Hwa-young hilang, maka kepercayaan dari keluarganya pun musnah. Yoongi pun tak ingin repot-repot menjamah jalanan untuk mencari gadis itu.

Different (MYG) - ON HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang