Nb: Kalau kalian pengen banget tahu dasar-dasar pemikiran Yoongi, tolong dibaca baik-baik ya Yoongi POV di bawah ini! Selamat membaca! 😊
Yoongi POV
"Nyonya Choi kelihatannya tidak sadarkan diri!"
Mataku melebar mendengar seruan itu. Aku bahkan tidak memikirkan apapun dan hanya bergegas menuruni tangga menuju kamarnya di sudut rumah.
"Hye, telepon dokter Lee sekarang!" titahku.
Saat pintu kamarnya terbuka, tubuh Hwa-young ada di lantai kamar yang dingin. Di sampingnya ada pula pecahan gelas dan air yang berceceran. Aku hanya menggunakan naluri kemanusiaan kali ini dengan menggendongnya ke kasur.
Bajunya basah, mungkin aku harus menggantinya. Benar, aku harus menggantinya. Aku bergegas menuju lemari cokelat di samping meja belajar dan baru kali ini aku sadari, Hwa-young tidak punya banyak koleksi pakaian. Namun bukan saatnya aku memikirkan masalah itu, aku hanya mengambil salah satu baju dan mengganti pakaiannya.
Ah wanita, aku sungguh tak menyukai wanita. Aku jijik dengan mereka. Jangan salahkan aku, Sujin yang membuatku seperti ini. Wanita yang begitu mudahnya mempercayakan tubuhnya pada pria yang bahkan berbohong dengannya. Hanya karena saat itu aku miskin dan terusir dari rumah, ia lebih memilih laki-laki sialan itu. Bahkan tanpa ingatan masa lalunya, ia masihlah tusukkan tajam untukku.
Dokter Lee tidak lamapun datang dan memeriksa dengan teliti kondisi Hwa-young. Wajahnya berkerut menandakan keseriusannya dalam bekerja. Tangannya kemudian beralih mengambil pena dan menuliskan sesuatu di salah satu lembaran kertasnya.
"Nyonya Choi kekurangan darah. Ia sangat pucat dan badannya lemah. Kemungkinan besar ia pingsan karena hal ini." ujar dokter Lee.
"Apa saja yang bisa aku lakukan untuknya?"
Ia hanya tersenyum kecil dan menyerahkan selembar resep obat.
"Kau bisa beli obat ini nanti. Untuk sekarang, kamu bisa mengompres badannya. Jika ia bangun, segera beri ia obat yang aku taruh di meja ini." Dokter Lee mengarahkan telunjuknya ke arah meja. Di sana ada sebuah botol kaca berwarna hitam dan bungkusan pil. Aku pun mengangguk mengerti.
"Beri dia waktu istirahat yang banyak. Usahakan nyonya Min tidak melakukan pekerjaan yang berat dan kalau bisa jangan pergi keluar dahulu."
"Aku mengerti. Terimakasih sudah mau datang malam-malam begini, dok."
Pria yang lebih tua itu mengucapkan salam sebelum keluar. Aku memanggil Hyera untuk datang dan menyuruhnya ke apotek.
"Biarkan aku mengompresmu sekarang."ujarku seakan wanita yang tengah terlelap dalam tidurnya itu bisa mendengar ucapan yang kulontarkan. Air hangat yang sudah siap beserta handuk kecil berwarna putih kuraih dan menaruhnya di dahi Hwa-young. Tiba-tiba mata gadis itu berkedip-kedip, ia menatap ke arahku dengan pandangan yang kuyakini masih kabur.
"Min..Yoongi?" Suaranya sangat parau dan aku segera mengambilkan segelas air dan ia meneguknya bersama obat.
"Ayah..Yoongi.."Ia mungkin masih melantur.
"Aku di sini. Tidurlah lagi." Ia hanya mengangguk dan aku ikut membantunya memposisikan kepalanya untuk menepi pada bantal.
Matanya kembali terkatup dengan auman kecil karena menguap. Aku kembali mengamatinya dalam ketenangan.
Detik itu pula entah mengapa sekujur tubuhku merinding dan darahku berdesir.
Wajah wanita itu begitu pucat dan matanya sembab-- pasti karena tangisannya. Memoriku menjelajah pada momen di mana aku melihat Hwa-young memeluk Jungkook siang tadi. Momen yang tanpa alasan baku membuat diriku tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different (MYG) - ON HIATUS
Fanfiction"Dijodohkan dengan seseorang pria tampan namun gay? Game over." -MAFIA AU Kisah dua insan yang sangat menghormati dan mencintai orang tuanya, sampai-sampai perjodohan pun tak dipikir dua kali. Choi Hwa-young, gadis yang kurang berpengalaman dalam ke...