Eighth Bloom

3K 299 41
                                    

Enjoy~
Sepenggal sebelum menyelam lebih dalam di Bukunya.

[La Fleur]

“Agensi sudah terus-terusan menelpon. CEO ingin bertemu denganmu.” Tukas Hyemi yang baru saja membalas pesan dari banyak orang.

Sunghee berdecak kesal. “Untuk apa lagi? Katakan pada mereka, ini urusan pribadiku. Tidak ada hubungannya dengan karir.”

“Tapi ini mempengaruhi karirmu, Sunghee-nim. Berita tentang pernikahanmu yang batal menimbulkan banyak kontroversi.”

Ya. Pengumuman pembatalan pernikahan Sunghee dengan calon suaminya yang kaya raya tersebar begitu cepat. Entah jurnalis mana yang berinisiatif untuk membuat headlines berita dengan judul Pernikahan Batal. Padahal, Sunghee sendiri tidak pernah menyatakan hal itu. Ia hanya menunda pernikahan. Mengingat kondisi Jimin saat ini, tidak mungkin untuk melanjutkan pernikahannya begitu saja. Hal ini bahkan sudah ia bicarakan dengan calon suaminya. Ia ingin menunda pernikahan, bukan membatalkannya.

Sunghee memijat pelan pelipisnya ketika ponselnya berdering. Panggilan dari calon suaminya.

“Baiklah. Setelah ini, kita bisa bertemu.” Sunghee menutup pembicaraan.

Setelah itu, ia menekan nomor lain dan menunggu.

“Hyebin-ah… Aku pulang terlambat. Katakan pada Jimin ya.”

Setelahnya, Sunghee memasukkan ponsel ke dalam tas. “Hyemi-ya. Aturkan jadwal untuk bertemu dengan CEO. Aku akan bertemu dengan calon suamiku.”

Hyemi menghela pelan. “Baiklah.”

*** 

Alunan musik klasik mengalun lembut. Membuat suasana di restaurant mewah itu tenang. Tidak ada pelanggan lain selain Sunghee dan si calon pengantin pria yang tertunda pernikahannya. Tempat itu memang sudah di sewa untuk mereka berdua.

“Seharusnya kau jujur padaku sejak dulu, Sunghee-ya.” Pria itu mengetukkan jarinya ke atas meja. Sunghee mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Pemandangan lampu malam yang dapat terlihat dari restaurant di lantai dua puluh sebuah hotel itu tidak lagi menakjubkan bagi Sunghee. Banyak hal yang dipikirkan sehingga ia tak bisa menikmati pemandangan indah itu.

“Maafkan aku, Namjoon. Aku tidak bermaksud membohongimu. Hanya saja, kurasa waktunya belum tepat. Kau tahu kan aku tidak pernah ingin mengecewakanmu.” Sunghee membuka pembicaraan setelah terdiam hampir sepuluh menit.

“Jujur saja, aku kecewa Sunghee-ya.”
Sunghee menggigit bibirnya. Menatap sendu pada pria itu. “Aku kecewa karena aku tidak mengetahui tentang anakmu. Tentang situasimu. Seharusnya aku lebih cepat tahu dan kita berdua bisa bersama-sama mencari solusi.”

Sunghee terkejut dengan pernyataan Namjoon.

“Seharusnya kau katakan yang sebenarnya padaku. Kita bisa mempercepat pernikahan dan anakmu bisa tinggal bersama kita lebih cepat, dan masalah ini tidak akan menjadi rumit seperti ini.”

Sunghee tidak menyangka Namjoon akan berbicara seperti itu. Ia mengira akan sulit bagi Namjoon untuk menerima dirinya jika Namjoon tahu bahwa Sunghee sudah memiliki seorang anak.

“Namjoon-ah…”

Namjoon meraih tangan Sunghee. Menggenggamnya erat. “Sunghee-ya, aku tahu ini sungguh sulit bagimu.”

Sunghee mengangguk pelan. “Maafkan aku karena sudah mengecewakanmu. Aku tidak bermaksud membatalkan pernikahan ini. Aku hanya berpikir untuk menundanya. Kurasa perlu waktu untuk membuat semua keadaan kembali baik. Anakku…” Sunghee menelan ludah. “…dia membutuhkan waktu untuk sembuh dari luka karena kehilangan neneknya. Aku tidak mungkin membiarkannya melihatku menikah. Kau tahu, itu akan mengguncangnya.”

[BOOK] La FleurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang