Potongan~
[La Fleur]
Sunghee membuka pintu kamar Jimin yang memang tidak dikunci. Dilihatnya Jimin yang menutup diri dengan selimut hingga leher. Sunghee mendekati anaknya. Duduk di sisi ranjang. Memandangi wajah anaknya dari samping. Sunghee membelai rambut Jimin.
“Jimin-ah…”
Panggilan itu berhasil membuat Jimin berbalik menghadap ibunya.
“Kau belum tidur?” tanya Sunghee lembut. Jimin menggeleng pelan. Kemudian ia menatap wajah ibunya dengan serius.
“Kenapa? Kau membutuhkan sesuatu?” tanya Sunghee. Jimin menggeleng lagi.
“Bu… apakah Ibu marah padaku?” Pertanyaan Jimin membuat Sunghee heran.
“Marah karena apa? Ibu tidak marah, sayang.”
Jimin mendudukkan tubuhnya. Menghadap tepat di depan sang ibu.
“Ibu. Maafkan aku. Aku egois. Aku mempermalukanmu di depan Paman Namjoon.”
Permintaan maaf itu begitu menyentuh hati Sunghee. Ia mendatangi anaknya untuk minta maaf, namun malah Jiimin yang meminta maaf untuk sesuatu yang tidak bisa disebut sebagai kesalahan.
“Aku…” Jimin menggigit bibirnya. “... aku belum siap bertemu dengan orang lain. Terutama yang berhubungan dengan hidupmu. Aku tidak…” Jimin menahan ucapannya. Melirik gugup pada ibunya.
“Katakan, sayang. Tidak apa-apa.” Sunghee mndorong anaknya untuk mengungkapkan isi hati.
“Aku masih tidak rela, Bu.” Jimin mengacak rambutnya sambil menggerutu. “Aish… Kenapa sulit sekali mengatakannya?”
Sunghee tertegun dengan kejujuran anaknya. Selama ini, ia benar-benar tidak memikirkan pendapat anak satu-satunya itu. Ia hanya memikirkan bagaimana caranya agar Jimin menerima Namjoon. Ia hanya memikirkan bagaimana membawa Jimin untuk memulai kehidupan dengan keluarga baru. Sunghee tidak pernah memikirkan apakah Jimin bersedia atau tidak dengan keputusannya itu. Tidak pernah memikirkan hati Jimin.
“Ibu…”
“Iya, sayang?”
“Apakah Ibu tidak mencintai Ayah lagi?”
Sunghee terhenyak. Jimin menanyakan hal yang seharusnya tak ingin Sunghee munculkan lagi. Sunghee tidak ingin menggeleng, namun tidak mengangguk.
“Tidak bisakah kalian saling mencintai lagi?” Jimin memandang Sunghee dengan tatapan memohon.
“Ibu… Apakah Tuhan tidak sayang padaku ya, Bu?”
“Kenapa Jimin berkata seperti itu hm?”
“Kenapa Tuhan membuat Ayah dan Ibu berpisah? Apakah aku membuat kesalahan yang sangat besar tanpa kusadari? Apakah Ayah dan Ibu berpisah karena aku?”
Sunghee mengeleng kuat. Ia tak menyangka anaknya berpikiran seperti itu. Sangat sakit rasanya. Yang menyakiti anaknya adalah dirinya sendiri. Yang tidak bisa menjadi orang tua yang baik. Namun yang merasa bersalah malah Jimin. Anaknya yang sama sekali tidak mencipta dosa apapun.
“Apakah jika aku menghilang, Ibu dan Ayah akan kembali bersatu?”
“Sssh.. Jimin-ah… jangan berkata seperti itu sayang. Kaulah yang menyatukan kami. Kau yang menjadi alasan kami untuk tetap bertahan sesulit apapun cobaan yang ada di dunia ini. Kau kekuatan Ibu maupun Ayah. Kalau Jimin menghilang, Ibu dan Ayah pun akan hilang.”
“Ayah masih mencintai Ibu.”
Sunghee terdiam sejenak.
“Ayahmu bilang begitu?”Jimin menggeleng. “Tapi aku tahu Ayah masih mencintai Ibu. Sangat."
Sunghee diam seribu bahasa. Pikirannya berkecamuk sekarang.
“Ibu, jangan pernah pergi jauh lagi ya. Aku membutuhkan Ibu. Aku ingin selalu dekat dengan Ayah. Aku ingin bersama kalian berdua.”
Sunghee tersenyum sendu, lalu mengangguk. “Ibu mengerti, sayang. Lihat, matamu sudah memerah. Artinya, kau harus tidur.” Sunghee mengusap bagian bawah mata Jimin dengan ibu jarinya.
Jimin mengangguk, lalu kembali berbaring. Menutup tubuhnya sendiri dengan selimut. Sunghee menepuk pelan lengan anaknya. Mengantarkan Jimin ke alam mimpi.
To be continued
[La Fleur]
Potongan lainnya~
For completed version, chat 0882-7703-0613See you
Love
KAMU SEDANG MEMBACA
[BOOK] La Fleur
Fanfiction[Full version on book] Kupu-kupu terbang, berharap bunga itu mekar lagi. Sekali lagi. Ask for more : 0882-7703-0613 (WA) (December 2018 - March 2019)