[La Fleur]
Tubuh tegap itu berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Ia berhenti sesaat setelah tiba di depan kamar rawat. Menghela napas dan merapikan dasinya. Sebuket bunga sudah siap di tangan. Baru saja hendak menggeser pintu ruang rawat, pintu sudah terbuka lebih dulu.
"Namjoon? Kau sudah sampai?" Sambut Sunghee sambil memeluk Namjoon. Selalu begitu. Sebuah pelukan singkat menjadi salam pertemuan mereka.
"Jimin?"
"Di dalam. Baru saja bangun, jadi agak sensitif. Kau harus berhati-hati." Sunghee berbisik, lalu terkekeh.
Namjoon pun memamerkan lesung pipinya. Sunghee menggiring Namjoon mendekati Jimin yang masih berbaring miring sambil memegang ponselnya. Ia sedang bermain game yang baru saja dibelikan oleh sang ayah karena bersedia untuk dirawat di rumah sakit.
"Jimin-ah, lihat siapa yang datang." Sunghee berusaha menarik perhatian sang anak. Jimin melirik sedikit. Lalu kembali fokus pada ponselnya. Sebuah respon yang sudah bisa dipahami oleh Namjoon.
"Apa kabar, Jimin-ah?" Namjoon meraih kursi kecil dan duduk di hadapan Jimin.
"Baik, Paman."
Namjoon tersenyum. Jawaban singkat itu seolah menjadi mukjizat karena ini pertama kalinya Jimin menanggapi basa-basinya.
"Kau sedang apa?" Namjoon meletakkan lengannya ke atas bagian brankar yang masih kosong. Sedikit mengangkat lehernya. Bersikap seolah penasaran dengan sesuatu yang sedang Jimin mainkan.
"Bermain game." Sahut Jimin tanpa menoleh.
"Oh ya? Game apa yang kau mainkan? Apakah AnthemX*?"
Jimin mematung, lalu menoleh pada Namjoon. "Paman tahu game itu?"
Namjoon terkekeh kikuk. "Tidak juga. Paman hanya iseng saja mengunduhnya. Waktu itu, selama menunggu klien, Paman bosan sekali, jadi Paman mengunduhnya."Jimin tiba-tiba tampak tertarik. Ia duduk. "Paman sudah sampai level berapa? Aku sudah di level 62. Banyak sekali weapon yang bagus. Paman memilih character siapa?"
Sunghee mengernyit. Sama sekali tidak mengerti pembicaraan mereka. Namun hati Sunghee cukup lega karena Jimin tidak lagi ketus terhadap Namjoon. Setidaknya, Namjoon tidak dibenci.
Namjoon meladeni Jimin yang bertanya banyak tentang game. Sebenarnya, Namjoon bukanlah pecinta game. Seorang pengusaha kaya tentu tidak punya waktu untuk hal-hal semacam itu. Namun, saat berbincang dengan salah karyawannya, bertanya tentang hal-hal yang berhubungan dengan remaja seumuran Jimin, akhirnya Namjoon mendapat sedikit petunjuk untuk mendekati buah hati Sunghee.
Beberapa jam sudah terlewati oleh Jimin yang sangat bersemangat berbicara dengan Namjoon. Sunghee berpamitan untuk memenuhi jadwal pemotretannya saat Hoseok dan Hyebin sampai di ruangan Jimin.
Hoseok sudah menawarkan diri untuk mengantarkan Sunghee, namun Namjoon juga tidak kalah.
"Biarkan aku saja yang mengantarkan Sunghee, Tuan Jung. Kami searah, jadi sekalian saja aku mengantarnya. Bagaimana, Sunghee-ya?"
Sunghee menoleh kikuk pada Hoseok yang wajahnya tampak tidak begitu cerah saat mendengar Namjoon ingin mengantar. Namun, Sunghee juga tidak punya alasan untuk menolak Namjoon karena Hyemi, manager-nya, sedang tidak bisa menjemput dirinya. Hoseok tidak bisa melarang atau mencegah, sehingga ia tidak berkomentar banyak.
Setengah perjalanan sudah dilewati Namjoon dan Sunghee tanpa perbincangan. Namjoon berinisiatif untuk memulai percakapan, "Jadi... belum ada penjelasan tentang keadaan Jimin?"
Sunghee menoleh kaget pada Namjoon. "Ya? Maaf... Kau bertanya sesuatu?"
Namjoon tersenyum tipis, "Kau melamun, Sunghee-ya." Sebelah tangan Namjoon mengusap pelan lengan Sunghee. Sunghee hanya terkekeh ringan.
"Aku bertanya, apakah belum ada penjelasan tentang keadaan Jimin?" Namjoon mengulang.
Sunghee menggeleng pelan. "Dokter akan menjelaskannya minggu depan. Aku berharap semuanya baik-baik saja."
"Semua pasti baik-baik saja. Kita harus optimis."
Sunghee mengangguk. "Di New Zealand, aku tahu seorang dokter yang hebat-"
"Kita hampir terlewat, Namjoon-ah!"
Namjoon menekan rem mendadak. Membuat tubuh mereka berdua terdorong ke depan."Benarkah?"
"Aku harus melakukan pemotretan di gedung itu. Sepertinya beberapa stylist sudah menungguku di depan gedung."
Namjoon menoleh ke belakang dan memang melihat beberapa orang sedang berdiri di depan gedung yang Sunghee tunjuk.
"Kau ingin aku putar-balik? Kita tidak bisa mundur."
"Tidak perlu, Namjoon-ah. Aku turun disini saja. Berjalan sedikit tidak akan membuatku lelah." Sunghee tersenyum meyakinkan. Namjoon menghela pasrah.
Sunghee keluar mobil setelah memeluk Namjoon, lalu berlari kecil menuju kumpulan orang yang langsung mengelilingi model cantik itu.
Namjoon menghembuskan napas. Melonggarkan dan mengeratkan tangan ke setirnya. Rencananya untuk menawarkan sesuatu pada Sunghee gagal. Namun, Namjoon tidak akan menyerah. Satu pintu sudah terbuka sedikit. Jimin sudah sudi berbicara dengannya. Itu sebuah pertanda bagus untuk Namjoon. Ia hanya perlu berusaha lebih keras untuk membuka pintu tersebut secara sempurna, dan seorang Kim Namjoon sangat yakin bahwa ia bisa melakukannya.
To be continued
Cie yg pantang menyerah si papa joon :')
Temukan lanjutan perjuangan dia di Bukunya
KAMU SEDANG MEMBACA
[BOOK] La Fleur
Fanfiction[Full version on book] Kupu-kupu terbang, berharap bunga itu mekar lagi. Sekali lagi. Ask for more : 0882-7703-0613 (WA) (December 2018 - March 2019)