[La Fleur]
“Aku mengajak Taehyung, Ayah.” Jimin berbicara melalui ponselnya. Taehyung mendelik saat namanya disebut. Namun, ia kembali memandang keluar jendela mobil.“Tidak usah khawatir, Yah. Kami sudah resmi menjadi teman. Jadi, kau tidak perlu cemas.” Jimin tersenyum lebar sambil melirik Taehyung yang diam seribu bahasa sambil mengarahkan pandangannya keluar jendela. Berpura-pura tidak mendengar.
Jimin menggumam beberapa kali. Mungkin menjawab pesan-pesan dari ayahnya yang pasti berpuluh. Harus begini-begitu. TIdak boleh begini-begitu. “Kan ada Bibi Hyebin yang mendampingi kami. Kau tidak perlu menyusul, Yah.” Jimin mengakhiri panggilannya setelah beberapa kalimat pesan lagi dari Hoseok.
“Apa kita sudah dekat dengan tokonya?” tanya Jimin pada Taehyung yang duduk di sampingnya.
“Masih jauh.” Jawab Taehyung singkat. Hyebin sesekali melihat ekspresi wajah Taehyung dari spion tengah. Wajah Taehyung datar. Bahkan terlihat menyedihkan, namun kuat.
Jimin menghela pelan. Sedikit tidak sabaran dengan jarak yang ditempuh menuju tempat yang ia nantikan.Ketika sampai, ia tercengang melihat sebuah bangunan tua dengan pintu kayu dan plang yang hanya tergantung dengan satu paku. Hampir terjatuh kelihatannya. Ada tulisan “OPEN” di dinding yang terdiri dari batu bata dan semen. Tidak di plester rapi dengan semen lagi.
“Apa yang kau lakukan? Tidak mau masuk?” Taehyung mengangkat alisnya.
Jimin menoleh pada Taehyung dengan mata membulat. “Kau yakin ini tempatnya?”
Taehyung memutar bola matanya. “Apa aku terlihat seperti memberikanmu alamat yang salah?”
Jimin menelan ludah dan melangkah mengikuti Taehyung yang membuka pintu kayu itu dengan sedikit tenaga.
Saat pintu terbuka, suasana di dalam ruangan sangat berbeda jauh dengan penampilan dari luar. Mannequin disusun beragam dan memamerkan baju kaos, hoodie, atau sweater dalam berbagai model dan pola.“Selamat datang…” suara itu terdengar dari kejauhan. Suaranya ada, namun tidak terlihat orangnya. Jimin melongok kesana-kemari mencari sumber suara. Taehyung menyikut Jimin dan mengangkat sedikit dagunya untuk menunjukkan dari mana suara itu berasal.
Ada sebuah kaca kecil berbentuk persegi panjang di sebuah dinding sekat. Mereka mendekati ruangan itu dan melihat kumpulan orang sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Melukis baju kaos polos yang terdiri dari berbagai warna.
“Maaf sekali. Tidak ada yang menyambut kalian ya di depan? Ada staf yang cuti, jadi kekurangan tenaga kerja untuk beberapa hari.” Pria yang dengan suara yang familiar itu menjelaskan. Sepertinya pria ini juga yang menyambut Jimin dan Taehyung tadi.
“Ada yang bisa kami bantu?”
Taehyung menoleh pada Jimin yang malah sibuk memperhatikan orang-orang yang menggerakkan kuasnya dengan cepat. Secepat itu, namun bisa membentuk gambar yang tepat dan sangat bagus. Jimin takjub dengan hal itu.
“Jung, katakan keperluanmu.” Tegur Taehyung. Namun, Jimin belum mendengar. Taehyung berdecak kesal dan mendekatkan wajahnya ke telinga Jimin. “Jung Jimin!”
Jimin terlonjak kaget. Ia mengernyit dan menatap Taehyung sinis sambil mengusap telinganya yang baru saja diteriaki.
“Suaramu, Taehyung-ah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[BOOK] La Fleur
Fanfiction[Full version on book] Kupu-kupu terbang, berharap bunga itu mekar lagi. Sekali lagi. Ask for more : 0882-7703-0613 (WA) (December 2018 - March 2019)