Eleventh Bloom

2.8K 302 91
                                    

Repost
Cerita selengkapnya jadi privilege untuk pemegang buku.

Selamat membaca~

[La Fleur]

Sunghee berniat mengajak Jimin berbelanja. Minggu depan Jimin akan masuk sekolah kembali. Meskipun Jimin perlengkapan sekolah dari Hoseok sudah lengkap, Sunghee tetap ingin membelikan beberapa perlengkapan sekolah baru.

“Sunghee-nim… Toko yang ingin kau kukunjungi ternyata tutup. Ingin ke toko lain?” Tanya Hyemi yang duduk di kursi depan. Bersebelahan dengan supir. Sunghee mengiyakan Hyemi.
Mereka berangkat dengan van pribadi Sunghee karena sehabis pergi dengan Jimin, Sunghee akan langsung ke tempat pemotretan. Tentu saja dengan membawa Jimin bersamanya.

Sunghee memang berencana untuk mulai menunjukkan pada publik bahwa dirinya sudah memiliki anak. Ia tidak ingin terus-terusan menyembunyikan anaknya. Apapun akan Sunghee terima. Cacian, makian, hujatan, asalkan semua itu tidak menyakiti Jimin.

“Bu…” panggil Jimin. Sunghee langsung menoleh pada anaknya.
Jimin menggigit bibirnya. Ragu untuk berucap. Namun rasa penasaran memenuhi pikirannya. “Kenapa Ibu ada di kamar Ayah tadi pagi?”
Pertanyaan Jimin sontak membuat Sunghee terhenyak. Sunghee melirik pada Hyemi yang sudah pasti mendengarkan percakapan mereka. Betapa besarnya malu yang harus ia tahan karena pertanyaan Jimin itu.

“Ah… Itu… Eum…” Sunghee mengedarkan pandangannya ke sembarang arah. Sementara sang anak menatap ibunya penuh harap.

“Itu hanya kebetulan saja. Ibu tertidur di kamar ayahmu.” Sunghee terkekeh kikuk. Menggaruk hidungnya yang jelas-jelas tidak gatal.

“Kebetulan? Kenapa bisa tertidur di kamar Ayah? Kenapa tidak di kamar Ibu sendiri?” Jimin bertanya seperti anak berusia lima tahun. Apa adanya dan tidak bisa direm.

Sunghee ingin sekali menutup mulut Jimin saat itu. Karena kini Hyemi menoleh sejenak ke belakang saat mendengar Jimin.

“Itu… eum… Ibu tidak sadar kalau Ibu ada di kamar Ayahmu tadi malam.”

“Maksudnya? Ibu mabuk?”

“Eum… bisa dibilang begitu?” Sunghee mengedikkan bahu.

Tentu saja Sunghee tahu bahwa dirinya mabuk. Sunghee benar-benar melupakan yang terjadi malam sebelumnya. Yang ia ingat terakhir kali adalah ketika ia menenggak segelas whisky pertamanya, lalu terbangun di kamar Hoseok. Sunghee merasa sangat malu karena mabuk di depan Hoseok. Namun Hoseok cukup baik hati untuk tidak menceritakan tentang pernyataan kejujuran antara mereka. Hoseok sangat paham bahwa Sunghee akan pingsan saking malunya jika ia menceritakan semua tanpa penyaringan.

Jimin mengangguk pelan. Ia bukannya tidak mengerti tentang hal-hal yang berhubungan dengan orang dewasa seperti itu. Ia hanya bingung mengungkapkan perasaannya.

Melihat kedua orang tuanya bersama tadi pagi di kamar, Jimin tidak bisa menentukan apakah ia senang atau tidak. Yang jelas, ia terkejut. Sangat terkejut.

“Apakah aku akan punya adik?” tanya Jimin polos. Selepas pertanyaan Jimin, van Sunghee berhenti mendadak. Membuat tubuh mereka hampir saja terjerembab.

“Maaf. Mobil di depan berhenti tiba-tiba.” Ujar si supir, lalu menjalankan van kembali. Hyemi menatap Sunghee dengan mata membulat.

“Apa maksud dari pertanyaan itu, Sunghee-nim?!” tanya Hyemi sedikit memekik. Saking terkejutnya.

Sunghee menggeleng cepat sambil melambaikan tangannya. “Tidak, tidak! Jangan salah paham, Hyemi-ya! Jimin hanya bercanda. Iya kan, Nak?” Sunghee tersenyum paksa. Menatap Jimin dengan tatapan memohon.

Jimin malah memautkan bibirnya. Memandang Hyemi yang kini juga menatap penuh tuntutan pada Jimin.
Jimin mengangguk pelan sambil tercengir. “Aku hanya penasaran saja. Tidak ada yang serius, Bibi.”

Hyemi menghembuskan napas lega. Lalu kembali membenahi posisi duduknya. “Jangan panggil aku Bibi. Panggil aku noona. Kau tahu? Noona saja.” Gerutu Hyemi dengan penekanan di kalimat terakhir.

Jimin ingin melanjutkan sejuta pertanyaan yang tersimpan dalam kepalanya, namun ia urungkan semua itu karena ingat bahwa ada Hyemi disana. Sementara Sunghee masih cemas jika saja Jimin melontarkan pertanyaan berbahaya lainnya.

Sesampainya di toko, Sunghee menggandeng tangan Jimin. Sunghee sengaja memakai pakaian yang tidak terlalu mencolok, namun tetap memakai kacamata hitam. Hyemi berjalan di belakang mereka. Sibuk menatap layar tab untuk mengecek jadwal Sunghee dan berita-berita terkait model cantik yang selalu ia dampingi itu.

Berjam-jam sudah Sunghee memilihkan banyak barang untuk Jimin. Bahkan Jimin sendiri tidak begitu mempedulikan apa saja yang ibunya belikan.

“Bu, aku merasa mual.” Ujar Jimin memegang lengan sang ibu ketika Sunghee telah memberikan kartu pembayarannya pada petugas kasir. Sunghee menoleh pada Jimin. Wajah Jimin pucat dan ia berpeluh.

“Mual? Apakah kepalamu pusing?” Sunghee menyeka kening Jimin dengan tangannya. Sunghee segera menyelesaikan pembayarannya, lalu meminta Hyemi untuk membawakan semua barang. Sementara dirinya memapah Jimin agar tidak terjatuh.

[...]
[...]
[...]


[La Fleur]

Shopee available at wellafellas

Love
Wella

[BOOK] La FleurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang